Waduh, Admin dan HR jadi Pekerjaan Terbanyak Kena PHK

Pekerjaan admin dan human resources (HR) merupakan jenis pekerjaan teratas mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).

oleh Liputan6.com diperbarui 07 Des 2022, 13:50 WIB
Diterbitkan 07 Des 2022, 13:50 WIB
PHK
Ilustrasi: PHK Karyawan (Sumber: IEEE Spectrum)

Liputan6.com, Jakarta Perusahaan penyedia informasi lowongan kerja terbesar di Asia, JobStreet mempublikasi bahwa pekerjaan admin dan human resources (HR) merupakan jenis pekerjaan teratas mengalami Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Langkah perusahaan untuk mem-PHK karyawan tidak hanya berlaku di industri manufaktur, namun perusahaan berbasis teknologi.

"Job function yang paling banyak di-PHK sebesar 16 persen itu spesialisasi admin dan HR," ujar Country marketing manager JobStreet Indonesia, Sawitri Hertoto saat konferensi pers virtual, Rabu (7/12).

Sawitri mengatakan, sedikitnya berdasarkan survei JobStreet dalam hampir 12 bulan terakhir ada 5 job function teratas yang mengalami Pemutusan Hubungan Kerja. Setelah admin dan HR di posisi pertama yaitu 16 persen, posisi kedua terbanyak PHK yaitu transportasi dan logistik sebesar 14 persen.

Kemudian, posisi ketiga dengan jumlah paling banyak PHK yaitu sales atau business development sebesar 11 persen, disusul dengan marketing dan pekerjaan yang berkaitan dengan fisik dengan masing-masing persentase PHK sebesar 10 persen.

Sawitri menuturkan, hampir seluruh perusahaan mengalami guncangan cukup rumit yang berdampak terhadap rekrutmen karyawan. Terlebih lagi terhadap perusahaan rintisan berbasis teknologi.

Dia tidak memungkiri banyak perusahaan rintisan atau startup mengalami tech winter. Yaitu sebuah kondisi di mana sebuah perusahaan berbasis teknologi tumbang karena berbagai faktor. Akan tetapi, Sawitri menilai, tidak semua masa suram dihadapi seluruh perusahaan.

 

Pandemi Covid-19

Ilustrasi kena PHK
Ilustrasi kena PHK. (Photo by Ron Lach : https://www.pexels.com/photo/elder-man-sitting-in-front-of-a-computer-tied-with-black-and-yellow-tape-9830806/)

Ia mengambil contoh kondisi saat awal masa pandemi Covid-19 hampir seluruh perusahaan memutus karyawan karena guncangan ekonomi.

Di satu sisi, kondisi tersebut menjadi pertumbuhan agresif pada perusahaan berbasis teknologi seperti e-commerce, financial technology.

"Selalu ada industri yang sedang turun biasanya ada industri lain yang juga naik atau mungkin membutuhkan karyawan bahkan memanfaatkan talent-talent berkualitas yang di-PHK oleh industri," ujarnya.

Meski begitu, Sawitri mengatakan bahwa masih banyak perusahaan saat ini yang mulai merekrut karyawan agar operasional tetap berjalan. Untuk itu, virtual career fair yang digelar oleh JobStreet Indonesia kembali digelar pada 8-10 Desember 2022.

Virtual career fair tahun ini menjadi virtual career ke-6 yang dihadirkan oleh situs JobStreet Indonesia.

Musim PHK Massal di Perusahaan Startup, Apa Masalahnya?

Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan
Ilustrasi Startup, Perusahaan Teknologi, Cloud, Komputasi Awan. Kredit: Freepik

Maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menerpa perusahaan rintisan atau startup, baik di Indonesia maupun global menjadi perhatian banyak pihak.

Melihat fenomena ini, Founding Partner AC Ventures Pandu Sjahrir menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan startup melakukan PHK dalam beberapa bulan terakhir.

Menurut Pandu, faktor pertama adalah dari sisi eksternal, seperti kenaikan suku bunga, inflasi dan perang.

"Ada faktor perang di awal 2022 dan terjadi kenaikan suku bunga untuk penanganan inflasi. Kenaikan suku bunga ini mempengaruhi cost of capital yang terjadi di pasar," kata Pandu dalam keterangan tertulis, Rabu (7/12/2022).

Faktor kedua, ekspektasi yang tinggi dari investor setelah melihat siklus bisnis atau business cycle yang terjadi dengan sangat cepat bagi perusahaan, khususnya sektor teknologi ketika momentum pandemi Covid-19.

"Ini bisnis cycle yang amat cepat. Saat tahun 2020 terjadi pandemi, suku bunga menurun, pemerintah membantu dan banyak tumbuh perusahaan teknologi karena banyak shifting dari offline to online. Dan banyak perusahaan teknologi berkembang lebih cepat dari yang diharapkan selama 2020 sampai 2021," lanjutnya.

Pandu pun membantah kalau besarnya gaji talenta digital startup sebagai biang kerok terjadinya badai PHK, karena SDM bukan menjadi pengeluaran terbesar perusahaan startup. Besarnya gaji yang diberikan itu adalah sebuah tren untuk mendapat talenta terbaik di beberapa tahun lalu, dan tahun ini sudah semakin menurun.

Bakar Duit

Startup
Ilustrasi Startup (iStockPhoto)

Menurut dia, yang menjadi faktor ketiga terjadinya badai PHK adalah karena beberapa tahun lalu perusahaan banyak melakukan bakar uang sebagai strategi mendapatkan pasar yang besar.

"Anggaran perusahaan terbesar bukan di sumber daya manusia. Banyak perusahaan kini refocus pada bisnis mereka dan dan mengurangi burning cost; entah itu di marketing cost, business processing cost, semuanya itu dikurangi secara signifikan," ungkap Pandu.

Lebih lanjut, tahun 2023 akan mengubah bentuk startup setelah badai PHK ini. Katanya, PHK telah mengajarkan perusahaan untuk kembali pada fokus bisnis mereka dan mengutamakan mengejar profit alih-alih mengejar pasar yang luas (market share).

"Saya optimis pada 2023 karena banyak reshaping dari sisi industri. Mungkin akan ada yang merger, konsolidasi, dan pemenang dari ini akan jadi ultimate winner 5-10 tahun ke depan. Dan untuk perusahaan startup baru kemungkinan kualitas di 2023 bisa sangat bagus. Karena kualitas founder sudah berpikir bukan market share tapi cari solusi yang pas dengan capital yang tidak terlalu besar," pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya