Jumlah Wisatawan Global Naik Dua Kali Lipat di 2022, Capai 917 Juta Kedatangan

Organisasi Pariwisata Dunia mengungkapkan, ada 917 juta kedatangan turis global pada 2022 lalu, naik dari 455 juta pada 2021.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 18 Jan 2023, 12:30 WIB
Diterbitkan 18 Jan 2023, 12:30 WIB
Tarif Batas Atas Tiket Pesawat
Aktivitas penerbangan di areal Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Kamis (16/5/2019). Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi antara Kementerian Bidang Perekonomian dan Kementerian Perhubungan memutuskan tarif batas atas tiket pesawat turun sebesar 12 - 16 persen. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Pariwisata Dunia mengungkapkan bahwa jumlah wisatawan internasional naik dua kali lipat pada tahun 2022 dibandingkan tahun sebelumnya, dan akan mencapai tingkat pra-pandemi di 2023 berkat pencabutan pembatasan perjalanan, terutama di China.

Melansir Channel News Asia, Rabu (18/1/2023) Organisasi Pariwisata Dunia mengatakan dalam laporan terbarunya bahwa ada 917 juta kedatangan turis global pada 2022 lalu, naik dari 455 juta pada 2021.

"Angka ini menandai hasil yang lebih kuat dari yang diperkirakan," kata badan itu.

Sementara jumlah kedatangan internasional tahun lalu masih hanya 63 persen dari tingkat yang tercatat pada 2019 sebelum pandemi, badan PBB itu memperkirakan jumlah turis internasional bisa mencapai 80 persen hingga 95 persen pada 2023.

"Tahun baru membawa lebih banyak alasan untuk optimisme pariwisata global," kata sekretaris jenderal Organisasi Pariwisata Dunia Zurab Pololikashvili, dalam sebuah pernyataan.

Laporan Organisasi Pariwisata Dunia juga mengungkapkan bahwa pariwisata internasional akan mengkonsolidasikan pemulihannya pada tahun 2023. Pemulihan ini didukung oleh permintaan wisata yang terpendam, terutama dari kawasan Asia dan Pasifik saat destinasi dan pasar dibuka.

"Dalam jangka pendek, dimulainya kembali perjalanan dari China kemungkinan akan menguntungkan negara Asia khususnya," beber laporan tersebut.

"Pada saat yang sama, permintaan yang kuat dari Amerika Serikat, didukung oleh dolar AS yang kuat, akan terus menguntungkan destinasi di kawasan ini dan sekitarnya, Eropa, khususnya, juga bakal diuntungkan," tambahnya.

Maskapai China Bakal Tingkatkan Kapasitas

Prediksi lonjakan penumpang pesawat
Calon penumpang beraktivitas di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Jumat (18/12/2020). PT Angkasa Pura II (Persero) atau AP II memprediksi lalu lintas sebanyak 2,1 juta penumpang pada periode angkutan Natal dan Tahun Baru 2021. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selain itu, analis juga memperkirakan maskapai penerbangan di China kemungkinan akan melakukan peningkatan kapasitas yang signifikan mulai akhir Maret 2023, dengan dimulainya penjadwalan musim panas.

Sebagai informasi, China merupakan pasar turis serbesar di dunia pada 2019 dan pencabutan pembatasan perjalanannya "merupakan langkah signifikan dan sangat disambut baik untuk pemulihan sektor pariwisata", kata laporan Organisasi Pariwisata Dunia.

Tetapi badan PBB tersebut memperingatkan bahwa inflasi dan suku bunga yang tinggi, kekhawatiran akan resesi global dan ketidakpastian yang berasal dari perang Rusia-Ukraina dapat menghambat pemulihan sektor tersebut pada tahun 2023.

"Wisatawan diharapkan semakin mencari nilai uang dan melakukan perjalanan dekat dengan rumah sebagai respons terhadap lingkungan ekonomi yang menantang," tambahnya.

Eropa Mencatat 585 Juta Kedatangan Pelancong di 2022

Garuda Indonesia Tutup 97 Rute Penerbangan
Pesawat Garuda terparkir di landasan pacu Terminal 3, Bandara Soekarno Hatta, Banten, Rabu (17/11/2021). Maskapai Garuda Indonesia akan menutup 97 rute penerbangannya secara bertahap hingga 2022 mendatang bersamaan dengan proses restrukturisasi yang tengah dilakukan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Adapun Eropa, yang merupakan wilayah tujuan wisata paling populer di dunia, mencatat 585 juta kedatangan pelancong tahun lalu, telah mencapaki hampir 80 persen dari tingkat pra-pandemi, sebagian karena musim panas yang "sangat kuat".

Sedangkan pariwisata wilayah Afrika dan Amerika hanya pulih sekitar 65 persen dari pengunjung pra-pandemi, dan kawasan Asia dan Pasifik hanya mencapai 23 persen karena pembatasan terkait pandemi yang lebih kuat.

Sebagian besar destinasi juga mencatat "peningkatan signifikan" dalam penerimaan pariwisata internasional, didukung oleh masyatakat yang memutuskan pergi berlibur untuk waktu yang lebih lama, keinginan untuk membelanjakan lebih banyak dan kenaikan biaya akibat inflasi.

Pasar tradisional, seperti Prancis dan Jerman, dan pasar negara berkembang seperti India dan Arab Saudi, membukukan angka pengeluaran yang "kuat" tahun lalu, menurut Organisasi Pariwisata Dunia.

Beberapa destinasi, termasuk Meksiko, Portugal, dan Rumania, bahkan melaporkan penerimaan pariwisata di atas tingkat sebelum pandemi tahun lalu, ungkapnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya