Rupiah Loyo Lawan Dolar AS, Imbas Silicon Valley Bank Bangkrut

Ekspektasi pasar akan penundaan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed membuat Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS

oleh Liputan6.com diperbarui 14 Mar 2023, 10:14 WIB
Diterbitkan 14 Mar 2023, 10:14 WIB
Rupiah Tembus Rp15.000 per USD
Seorang warga menjual uang dolar Amerika Serikat di salah satu gerai money changer di Jakarta, Senin (4/7/2022). Rupiah kembali melemah melawan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan mendekati lagi Rp15.000 per USD 1 dan menjadi salah satu yang terburuk. (merdeka.com/Iqbal S Nugroho)

Liputan6.com, Jakarta Ekspektasi pasar akan penundaan kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Fed membuat Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada awal perdagangan Selasa merosot.

Nilai tukar rupiah pada Selasa pagi dibuka menurun 28 poin atau 0,19 persen ke posisi 15.405 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.377 per dolar AS.

"Harapan pelaku pasar akan penundaan kenaikan bunga The Fed bulan Maret nanti akibat rontoknya SVB (Silicon Valley Bank) dan Signature Bank di Amerika Serikat," kata analis Bank Woori Saudara Rully Nova dikutip dari Antara, Selasa (14/3/2023).

Otoritas California menutup SVB pada Jumat (10/3/2023) setelah pemberi pinjaman yang berfokus pada perusahaan rintisan teknologi itu melaporkan kerugian besar dari penjualan sekuritas, memicu penurunan simpanan bank. Keruntuhan SVB adalah kegagalan bank terbesar sejak runtuhnya asosiasi simpan pinjam AS Washington Mutual pada tahun 2008.

Signature Bank yang berbasis di New York, pemberi pinjaman utama dalam industri kripto, ditutup pada Minggu (12/3/2023) oleh regulator karena "pengecualian risiko sistemik serupa", Departemen Keuangan AS, Federal Reserve, dan Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengatakan dalam pernyataan bersama.

The Fed pada Minggu (12/3/2023) mengumumkan program pinjaman darurat baru untuk meningkatkan kapasitas sistem perbankan.

 

Investor Berspekulasi

Nilai Tukar Rupiah Menguat Atas Dolar
Teller tengah menghitung mata uang dolar di penukaran uang di Jakarta, Junat (23/11). Nilai tukar dolar AS terpantau terus melemah terhadap rupiah hingga ke level Rp 14.504. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Runtuhnya SVB membuat investor berspekulasi bahwa Fed sekarang akan enggan mengguncang perahu dengan menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin bulan ini, dengan sorotan kuat pada data inflasi Selasa (14/3/2023).

Pasar sekarang memperkirakan peluang hampir 18 persen dari Fed mempertahankan suku bunga saat ini dan peluang 82 persen untuk kenaikan 25 basis poin. Sebaliknya, pasar memperkirakan peluang 70 persen untuk kenaikan 50 basis poin sebelum SVB runtuh.

Rully mengatakan pasar menunggu dan mencermati data inflasi AS yang akan dirilis dalam pekan ini. Mengacu pada data inflasi bulan-bulan sebelumnya dengan tren penurunan namun dengan kecepatan penurunan yang lambat, diperkirakan inflasi Februari AS sebesar 6,2 persen.

 

Faktor Internal

BCA Jan 2017
Pada 2017 diramalkan kurs rupiah akan bergerak menuju pelemahan dengan rata-rata 13.500 per dolar AS.

Sementara dari faktor internal, pelaku pasar menantikan arah kebijakan Bank Indonesia (BI) melalui hasil Rapat Dewan Gubernur BI dalam pekan ini.

Rully memproyeksikan rupiah bergerak pada kisaran 15.275 per dolar AS hingga 15.375 per dolar AS.

Pada Senin (13/3) rupiah ditutup naik 74 poin atau 0,48 persen ke posisi 15.377 per dolar AS dibandingkan posisi pada penutupan perdagangan sebelumnya 15.450 per dolar AS.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya