Jasindo Gelar Literasi Keuangan, Targetkan Anak SMA dan Petani di Desa

PT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo akan kembali menggelar literasi keuangan di 2023.

oleh Liputan6.com diperbarui 21 Mar 2023, 20:46 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2023, 20:41 WIB
Asuransi Jasindo
Asuransi Jasindo

Liputan6.com, Jakarta PT Asuransi Jasa Indonesia atau Asuransi Jasindo akan kembali menggelar literasi keuangan di 2023. Menurut Sekretaris Perusahaan Asuransi Jasindo, Cahyo Adi, tahun ini peningkatan literasi keuangan Asuransi Jasindo akan menyasar siswa-siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) dan masyarakat daerah pedesaan yang berprofesi sebagai petani.

“Untuk menjangkau petani di daerah, kami memanfaatkan jaringan 30 Representative Office Asuransi Jasindo yang tersebar di seluruh Indonesia,” kata Cahyo, Selasa (21/3/2023)

Ia melanjutkan, usia-usia anak SMA sangat penting disasar dalam literasi keuangan, karena usia-usia tersebut merupakan waktu yang pas untuk menanamkan pengetahuan mengenai bagaimana cara mengelola keuangan dengan baik.

“Target kami menjangkau masyakarat di daerah pedesaan ini juga sejalan dengan arah strategis Literasi Keuangan Tahun 2023 yang dicanangkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK),” sambungnya.

Komitmen Asuransi Jasindo terhadap peningkatan literasi keuangan khususnya literasi asuransi, terus dilakukan sepanjang tahun. Hal ini tidak boleh putus, karena peningkatan literasi memerlukan usaha-usaha yang berkesinambungan setiap tahunnya agar pemahaman dan kesadaran masyarakat Indonesia mengenai prinsip pengelolaan keuangan dapat terus ditingkatkan sampai pada tingkatan well literate.

Berdasar pada Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) tahun 2022 yang dikeluarkan oleh OJK, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia naik menjadi 49,68 persen, dibanding tahun 2019 sebesar 38,03 persen.

“Hasil ini menjadi semangat kami dalam melaksanakan program-program Literasi di tahun ini, karena kami ingin turut serta menjadi bagian dari kemajuan tingkat literasi keuangan di Indonesia khususnya literasi asuransi,” tutup Cahyo.


Literasi Keuangan Rendah Bikin Masyarakat Rentan Terjebak Pinjol Ilegal

Uang Bank Indonesia
Ilustrasi menukarkan uang Rupiah. /pexels.com Ahsanjaya

Direktur Utama Superbank, Tigor M. Siahaan menyebut pengguna kartu kredit di Indonesia hanya sekitar 2 persen dari total penduduk 270 juta jiwa. Selain itu, penggunaan kartu debit di Indonesia juga masih terbatas.

"Orang yang punya kartu kredit di Indonesia hanya 2 persen, yang pakai debit card juga masih terbatas," kata Tigor dalam acara SPARK Indonesia Banking & Finance Summit 2023 di Hotel Kempinski, Jakarta Pusat, Senin (27/2).

Tigor menjelaskan masih minimnya penggunaan kartu kredit di Tanah Air bukan berarti masyarakat Indonesia tidak memiliki utang. Sebaliknya, mereka justru terjebak dalam pinjaman utang lain kepada saudara, tetangga, rentenir hingga pinjaman online atau pinjol ilegal.

"Tapi bukan berarti orang Indonesia enggak punya utang, enggak. Justru orang Indonesia jadi meminjam ke rentenir, saudara tetangga sampai pinjol ilegal," kata Tigor.

 


Utang Ojol

Ilustrasi Pinjaman Online alias Pinjol. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)
Ilustrasi Pinjaman Online alias Pinjol. (Liputan6.com/Rita Ayuningtyas)

Bahkan, Tigor menyebut ada seorang pengemudi ojek online yang memiliki utang hingga Rp80 juta. Padahal utangnya semula pinjamannya hanya Rp12 juta.

"Ada yang terlilit utang sampai Rp80 juta dari awalnya Rp12 juta saja, ini menggulung terus di pinjol-pinjol," kata dia

Fenomena tersebut hanya sebagian contoh yang terjadi di masyarakat. Tigor menilai hal tersebut tidak terlepas dari minimnya literasi keuangan bagi masyarakat.

"Ini semua karena literasi keuangan kita yang masih rendah," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya