Pesta Harga Minyak Dunia Selesai, Usai Melonjak 6 Persen Kini Anjlok Lagi

Pemotongan pasokan minyak mentah oleh OPEC+ yang diumumkan pada pekan lalu ternyata tidak bisa mendorong harga minyak dunia naik ke level lebih tinggi pada pekan ini.

oleh Maulandy Rizky Bayu Kencana diperbarui 11 Apr 2023, 08:00 WIB
Diterbitkan 11 Apr 2023, 08:00 WIB
Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP
Selasa (11/04/2023), harga minyak mentah Brent turun 96 sen atau 0,2 persen menjadi USD 84,58 per barel. Sementara harga West Texas Intermediate AS juga turun 94 atau 0,1 persen menjadi USD 79,74 per barel. Ilustrasi Harga Minyak Dunia Hari Ini. Foto: AFP

Liputan6.com, Jakarta - Harga emas dunia ditutup turun pada perdagangan Senin setelah mengalami kenaikan selama tiga pekan berturut-turut. Pelemahan harga minyak dunia ini karena adanya kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan.

Pemotongan pasokan minyak mentah oleh OPEC+ yang diumumkan pada pekan lalu ternyata tidak bisa mendorong harga minyak dunia naik ke level lebih tinggi.

Dolar AS naik setelah keluarnya pengumuman mengenai data pekerjaan AS yang menunjukkan pasar tenaga kerja yang ketat. Data ini meningkatkan ekspektasi kenaikan suku bunga Federal Reserve.

Kekuatan dolar AS membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan dapat membebani permintaan.

Mengutip CNBC, Selasa (11/04/2023), harga minyak mentah Brent turun 96 sen atau 0,2 persen menjadi USD 84,58 per barel. Sementara harga West Texas Intermediate AS juga turun 94 atau 0,1 persen menjadi USD 79,74 per barel.

Kedua tolok ukur harga minyak dunia ini turun lebih dari USD 1 di awal sesi.

"Kami melihat perdagangan minggu ini akan sangat dipengaruhi oleh data inflasi yang diumumkan pada Rabu dan IHP yang diumumkan pada Kamis. Data ini kemungkinan akan menghidupkan kembali momok suku bunga yang lebih tinggi yang dapat memperkuat dolar AS," kata Presiden Ritterbusch and Associates di Galena Illinois, Jim Ritterbusch.

Harga minyak mentah minggu lalu melonjak lebih dari 6 persen setelah OPEC+ yang merupakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya termasuk Rusia, mengejutkan pasar dengan putaran baru pengurangan produksi mulai Mei 2023.

Persediaan Minyak Mentah AS Turun

Harga minyak juga mendapat dukungan dari penurunan persediaan minyak mentah AS yang lebih curam dari perkiraan minggu lalu, serta penurunan stok bensin dan sulingan, mengisyaratkan meningkatnya permintaan.

Juga akan muncul laporan bulanan dari OPEC pada hari Kamis dan Badan Energi Internasional pada hari Jumat, yang akan memperbarui perkiraan permintaan dan pasokan minyak yang kemungkinan akan mempengaruhi harga minyak.

Ini 3 Negara Paling Terpukul Jika Harga Minyak Tembus USD 100, Ada Indonesia?

Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP
Ilustrasi Harga Minyak Dunia. Foto: AFP

Pemotongan produksi minyak oleh OPEC mendorong kenaikan pada harga minyak dunia. Analis melihat pemangkasan itu akan berdampak cukup signifikan pada negara importir minyak utama seperti India, Jepang dan Korea Selatan, terutama jika harga minyak dunia menyentuh USD 100 per barel.

Seperti diketahui, OPEC+ pekan lalu mengumumkan pengurangan produksi minyak sebesar 1,16 juta barel per hari, yang akan berlangsung hingga akhir 2023.

"Ini adalah pajak bagi setiap ekonomi pengimpor minyak," kata Pavel Molchanov, direktur pengelola bank investasi swasta Raymond James, dikutip dari CNBC International, Jumat (7/4/2023).

"Bukan AS yang paling merasakan sakit dari harga minyak menyentuh USD 100, melainkan negara-negara yang tidak memiliki sumber daya minyak domestik: Jepang, India, Jerman, Prancis ... untuk menyebutkan beberapa contoh besar," sebutnya.

Dalam pemangkasan terbaru, Arab Saudi dan Rusia akan memangkas produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari hingga akhir tahun ini, sementara negara anggota OPEC lainnya seperti Kuwait, Oman, Irak, Aljazair dan Kazakhstan juga mengurangi produksi.

Senada,  direktur Grup Eurasia, Henning Gloystein juga mengatakan bahwa "wilayah yang paling terpukul oleh pemotongan pasokan minyak dan lonjakan harga minyak mentah terkait adalah wilayah dengan tingkat ketergantungan impor yang tinggi dan pangsa bahan bakar fosil yang tinggi dalam sistem energi primer mereka"

"Itu berarti yang paling terekspos adalah industri pasar negara berkembang yang bergantung pada impor (minyak), terutama di Asia Selatan dan Tenggara, serta industri berat yang sangat bergantung pada impor minyak di Jepang dan Korea Selatan," bebernya.

Sekilas Tentang Impor Minyak di India Hingga Korea Selatan

Dolar Menguat, Harga Minyak Sentuh Level US$ 50
Penguatan dolar dan produksi minyak Rusia serta ekspor Irak tinggi membuat harga minyak dunia merosot 5 persen.

1. India

India merupakan konsumen minyak terbesar ketiga di dunia, dan telah membeli minyak dari Rusia dengan diskon besar sejak sanksi dijatuhkan pada negara itu sebagai tanggapan atas perang di Ukraina.

Menurut data pemerintah, impor minyak mentah India naik 8,5 persen pada Februari 2023 dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

"Meskipun mereka masih mendapat untung dari potongan harga gas Rusia, mereka sudah dirugikan oleh harga batu bara dan gas yang tinggi," kata Gloystein.

"Jika minyak naik lebih jauh, bahkan minyak mentah Rusia yang didiskon akan mulai mengganggu pertumbuhan India," sebut dia.

2. Jepang

Serupa, minyak juga berperan sebagai sumber energi paling signifikan di Jepang, dan menyumbang sekitar 40 persen dari total pasokan energi negara itu.

"Tidak memiliki produksi dalam negeri yang menonjol, Jepang sangat bergantung pada impor minyak mentah, dengan antara 80 persen hingga 90 persen berasal dari kawasan Timur Tengah," kata Badan Energi Internasional.

3. Korea Selatan

Demikian pula untuk Korea Selatan, minyak merupakan bagian terbesar dari kebutuhan energinya, menurut perusahaan riset independen Enerdata.

"Korea Selatan dan Italia lebih dari 75 persen bergantung pada minyak impor," kata Molchanov.

Eropa dan China juga "sangat terekspos," menurut Gloystein.

Namun, dia menambahkan bahwa paparan China sedikit berkurang karena produksi minyak dalam negeri, sementara Eropa secara keseluruhan bergantung terutama pada nuklir, batu bara, dan gas alam daripada bahan bakar fosil dalam bauran energi utama mereka.

Dampak Pemangkasan Minyak OPEC pada Negara Berkembang

Direktur pengelola bank investasi swasta Raymond James, Pavel Molchanov juga mengatakan bahwa beberapa pasar negara berkembang yang tidak memiliki kemampuan mata uang asing untuk mendukung impor bahan bakar akan terkena dampak negatif dari label harga USD 100.

Dia menyebut Argentina, Turki, Afrika Selatan, dan Pakistan sebagai ekonomi potensial yang akan terdampak pemangkasan.

Sri Lanka, yang tidak memproduksi minyak di dalam negeri dan 100 persen bergantung pada impor, juga sangat rentan terkena dampak yang lebih parah, ungkapnya.

"Negara-negara dengan mata uang asing paling sedikit dan importir akan paling terpukul karena harga minyak dalam dolar AS," kata pendiri Energy Aspects, Amrita Sen, yang menambahkan bahwa biaya impor akan naik lagi jika greenback menguat.

Namun, Molchanov melihat, harga yang tinggi mungkin tidak akan bertahan lama.

"Dalam jangka panjang, harga bisa lebih sesuai dengan keadaan kita saat ini, di kisaran sekitar USD 80 hingga USD 0 atau lebih," katanya.

"Begitu minyak mentah mencapai USD 100 per barel dan bertahan sebentar, itu mendorong produsen untuk benar-benar meningkatkan produksi lagi," kata Gloystein.

Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Heboh Kabar China Klaim Natuna hingga Tuntut Setop Pengeboran Migas. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya