The Fed Kerek Lagi Suku Bunga ke level 5 - 5,25 Persen, Tertinggi dalam 16 Tahun

Federal Reserve (Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 16 tahun. The Fed telah mengisyaratkan bahwa kenaikan kali ini mungkin akan menjadi yang terakhir untuk saat ini.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 04 Mei 2023, 11:45 WIB
Diterbitkan 04 Mei 2023, 11:45 WIB
Wall Street
The Fed meningkatkan suku bunga utamanya sebesar 0,25 persen. Ini adalah kenaikan ke-10 dalam 14 bulan. Pergerakan tersebut telah mendorong suku bunga acuan The Fed antara 5 persen dan 5,25 persen. (AP Photo/Seth Wenig)

Liputan6.com, Jakarta - Federal Reserve (Fed) atau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) resmi menaikkan suku bunga ke level tertinggi dalam 16 tahun. Upaya Fed mendongkrak suku bunga terus menerus ini dalam perjuangannya menstabilkan angka inflasi yang mengganas.

Melansir BBC, Kamis (4/5/2023) The Fed meningkatkan suku bunga utamanya sebesar 0,25 persen. Ini adalah kenaikan ke-10 dalam 14 bulan.

Pergerakan tersebut telah mendorong suku bunga acuan The Fed antara 5 persen dan 5,25 persen. Kurang lebih setahun lalu atau tepatnya Maret 2022, suku bunga acuan ini masih berada di kisaran nol persen.

Namun, The Fed telah mengisyaratkan bahwa kenaikan kali ini mungkin akan menjadi yang terakhir untuk saat ini.

"Kami tidak lagi mengatakan bahwa kami mengantisipasi (kenaikan suku bunga lainnya),", kata ketua Federal Reserve Jerome Powell dalam sebuah konferensi pers setelah pengumuman suku bunga.

Tetapi Powell juga menolak untuk mengesampingkan tindakan lebih lanjut, dengan mengatakan: "(Langkah) kami akan didorong oleh data yang masuk."

Suku bunga yang lebih tinggi secara tajam meningkatkan biaya pinjaman di seluruh negara ekonomi terbesar dunia, memacu perlambatan di sektor-sektor seperti perumahan dan menjadi salah satu faktor keruntuhan tiga bank di AS baru-baru ini.

The Fed mulai menaikkan suku bunga secara agresif tahun lalu ketika biaya pangan dan energi di AS melonjak dengan laju tercepat dalam beberapa dekade.

Bank sentral di seluruh dunia, termasuk di Inggris dan Eropa, juga mengambil tindakan serupa.

Tingginya suku bunga dapat membuat biaya pembelian rumah, pinjaman untuk memperluas bisnis atau mengambil hutang lainnya. Dengan menaikkan biaya tersebut, para pejabat memperkirakan permintaan akan turun dan inflasi juga turun.


Bursa Saham Asia Tergelincir Setelah The Fed Kerek Suku Bunga

Rudal Korea Utara Bikin Bursa Saham Asia Ambruk
Seorang pria berjalan melewati indikator saham elektronik sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo (29/8). Rudal tersebut menuju wilayah Tohoku dekat negara Jepang. (AP Photo/Shizuo Kambayashi)

Sementara itu, bursa saham Asia Pasifik lesu pada perdagangan Kamis, (4/5/2023) usai the Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat menaikkan suku bunga 25 basis poin sesuai prediksi.

Dengan kenaikan suku bunga the Fed itu membawa kisaran suku bunga dana federal menjadi 5 persen-5,25 persen, level tertinggi sejak Agustus 2007.

Dikutip dari CNBC, the Fed mengisyaratkan kemungkinan jeda untuk menaikkan suku bunga. Pernyataan setelah pertemuan menghilangkan kalimat yang ada dalam pernyataan sebelumnya yang mengatakan, “komite antisipasi beberapa pengetatan kebijakan tambahan mungkin tepat” bagi the Fed untuk mencapai sasaran inflasi 2 persen.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,63 persen, menjelang data perdagangan Maret 2023. Indeks Kospi Korea Selatan merosot 0,49 persen, sedangkan indeks Kosdaq tergelincir 0,24 persen.

Indeks Hang Seng berjangka melemah ke posisi 19.656 dibandingkan penutupan terakhir di 19.699,16. Bursa saham China akan kembali buka usai libur Hari Buruh, sedangkan bursa saham Jepang libur.

Di Amerika Serikat, tiga indeks acuan melemah di wall street. Indeks Dow Jones melemah 0,80 persen. Indeks S&P 500 susut 0,70 persen. Indeks Nasdaq merosot 0,46 persen.


Penutupan Bursa Saham Asia pada 3 Mei 2023

Pasar Saham di Asia Turun Imbas Wabah Virus Corona
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Sebelumnya, bursa saham Asia Pasifik sebagian besar merosot pada perdagangan Rabu, 3 Mei 2023 seiring investor menantikan keputusan kebijakan the Federal Reserve atau bank sentral Amerika Serikat (AS).

Sebagian besar ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan the Fed menaikkan suku bunga 25 basis poin, dan kemudian berhenti. Indeks Hang Seng memimpin penurunan di wilayah tersebut dan anjlok 1,34 persen. Koreksi indeks Hang Seng dipimpin oleh sektor saham energi, industri dan perawatan kesehatan. Sementara itu, indeks Hang Seng teknologi susut 1,88 persen.

Di Australia, indeks ASX 200 melemah 0,96 persen ke posisi 7.197,4. Indeks Kospi Korea Selatan tergelincir 0,91 persen ke posisi 2.501,4. Indeks Kosdaq anjlok 1,45 persen ke posisi 843,18. Sedangkan bursa saham di Jepang dan China libur.

Di Amerika Serikat, tiga indeks acuan merosot seiring kekhawatiran investor terhadap sektor perbankan. Indeks Dow Jones dan Nasdaq melemah 1,08 persen. Indeks S&P 500 tergelincir 1,16 persen.

Infografis Indonesia Dapat Apa di Pertemuan IMF-Bank Dunia?
Infografis Indonesia Dapat Apa di Pertemuan IMF-Bank Dunia? (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya