Liputan6.com, Jakarta Sejumlah kota di Asia Tenggara mulai mengalami suhu panas yang tinggi selama akhir pekan, dengan beberapa daerah mencapai titik tertinggi dalam sejarah karena perubahan iklim global meningkatkan gelombang panas dan polusi udara di wilayah tersebut.
Melansir CNBC International, Selasa (16/5/2023) suhu di Tuong Duong, sebuah kota di Vietnam, mencapai rekor tertinggi, 111,6 derajat Fahrenheit (44,2 derajat Celsius) pada Minggu (14/5), menurut Pusat Peramalan Hidro-Meteorologi Nasional Vietnam.
Baca Juga
Luang Prabang, sebuah kota di Laos, juga mengalami rekor suhu panas tertinggi 110,3 derajat Fahrenheit (43,5 derajat Celcius) pada Sabtu (13/5), menurut Departemen Meteorologi Thailand.
Advertisement
Ada juga Bangkok, ibu kota Thailand, yang mengalami rekor suhu tertinggi 105,8 derajat Fahrenheit (41 derajat Celcius) selama akhir pekan.
Di hari yang sama, suhu panas di Singapura juga mencapai 98,6 derajat Fahrenheit (37 derajat Celcius), menyamai rekor sepanjang masa, yang tercatat 40 tahun lalu, menurut Badan Lingkungan Nasional negara itu.
Asia Tenggara meruapakan salah satu kawasan yang paling rentan terhadap perubahan iklim, yang memicu gelombang panas yang lebih sering dan parah serta memperburuk polusi udara,
Kombinasi panas ekstrem dan tingkat kabut asap yang tinggi di kawasan tersebut telah memperburuk risiko penyakit terkait panas serta masalah pernapasan dan kardiovaskular.
Suhu yang sangat panas tahun ini dapat dikaitkan dengan berbagai masalah, termasuk curah hujan yang lebih rendah selama musim dingin dan El Nino, yang dikenal sebagai pola cuaca yang biasanya membawa kondisi yang lebih panas dan kering ke wilayah tersebut.
Bulan-bulan terpanas di Asia Tenggara biasanya terjadi dari bulan Maret hingga Mei selama musim kemarau, saat suhu sering mencapai di atas 100 derajat Fahrenheit (38 derajat Celcius). Musim kemarau di kawasan ini biasanya berakhir dengan dimulainya musim hujan, yang membawa suhu dan curah hujan yang lebih dingin.
Studi Terbaru Ungkap Bahaya Suhu Tinggi di Asia
Namun, sebuah studi tahun 2022 lalu dari jurnal Communications Earth & Environment memperingatkan tingkat panas yang berbahaya diperkirakan akan terjadi antara tiga dan 10 kali lebih sering pada akhir abad ini.
Daerah tropis, termasuk sebagian besar Asia, dapat menghadapi suhu yang dua kali lipat dari hari "panas yang sangat berbahaya" yaitu 124 derajat Fahrenheit (51 derajat Celcius), menurut penelitian tersebut.
Seperti diketahui, kawasan Asia menghadapi banyak bencana termasuk banjir, kekeringan dan angin topan selain meningkatnya panas dan kelembapan.
Secara global, tahun 2022 digolongkan sebagai salah satu tahun terpanas dalam sejarah karena panas lautan meningkat dan lapisan es laut di Antartika mencair hingga mendekati rekor terendah, menurut data pemerintah AS.
Advertisement
Senjata Menko Luhut Perang Lawan El Nino
Indonesia akan memasuki masa kekeringan pada Mei 2023. Kekeringan atau El Nino ini menjadi siklus alam yang harus dihadapi setelah dalam bebera tahun Indonesia dilanda La Nina atau curah hujan tinggi. Namun demikian, Menko Luhut mengaku sudah memiliki senjata dalam menghadapi El Nino ini.
Menko Luhut menjelaskan, El Nino ini akan membuat produksi pangan terdampak sehingga sangat berpotensi meningkatkan angka inflasi. Hal inilah yang diminta oleh Menko Luhut untuk diantisipasi.
"Saya meminta seluruh K/L terkait juga pemerintah daerah untuk mulai bersiap sejak dini, memperhitungkan segala langkah yang mesti ditempuh agar pengalaman buruk delapan tahun lalu tidak terulang kembali. Setidaknya sejak saat ini kami menyiapkan teknologi modifikasi cuaca sebagai senjata menghadapi El Nino,” katanya dalam unggahan di akun Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, dikutip Jumat (28/4/2023).
Menko luhut juga menambahkan, tingginya suhu udara di sejumlah wilayah Indonesia juga sebagai tanda dari mulaid atangnya El Nino.
Penjelasan El Nino
Mengutip laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) RI,
El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah.
Pemanasan yang terjadi pada SML akan meningkatkan risiko pertumbuhan awan untuk area Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di Indonesia. Secara singkat, El Nino akan menyebabkan kekeringan secara umum.
Menurut LindungiHutan, fenomena El Nino sendiri dapat disebabkan oleh banyak hal. Seperti garis khatulistiwa, interaksi laut-atmosfer, sirkulasi walker atau tinggi rendahnya tekanan udara di wilayah tertentu, hingga angin monsoon.
Advertisement
Dampak El Nino
Ketika El Nino mampir, kekurangan angin pasat dan monsoon akan melemah. Sekaligus, daerah yang dilintasi oleh garis khatulistiwa akan mengalami penurunan curah hujan.
Dampak utama saat El Nino terjadi adalah beberapa kawasan di Indonesia rawan terkena dampak kekeringan. Beberapa kawasan yang berisiko jadi korban El Nino adalah Sumatera Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Akibat terjadinya cuaca ekstrem tersebut, berbagai penyakit bisa timbul. Masyarakat menjadi lebih rentan mengalami diare, flu, demam berdarah, kolera, ataupun penyakit lainnya.
Dalam hal pertanian, fenomena perubahan iklim seperti terjadinya El Nino dapat menyebabkan tanaman rusak dan kekurangan pasokan air. Kelembaban udara yang meningkat dapat memancing kehadiran hama serta menyebabkan tanaman tidak bisa dipanen karena kekeringan.
Begitupun dalam konteks kehidupan laut, El Nino bisa memicu terjadinya perpindahan ikan ke kawasan yang lebih sesuai, yang mana berujung mengurangi pendapatan nelayan untuk mencari ikan.