Menkeu AS Janet Yellen Bertemu CEO Bank Kakap, Antisipasi Krisis?

Selain plafon utang, Yellen dan CEO bank di Wall Street juga membahas krisis perbankan yang sedang berlangsung di AS.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 19 Mei 2023, 11:50 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2023, 11:50 WIB
Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)
Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen kembali menekankan kebutuhan mendesak Kongres untuk mengatasi plafon utang AS yang sudah mencapai ambang batas.

Hal itu disampaikan Yellen saat menghadiri pertemuan dengan belasan pimpinan bank bank besar AS di Washington, salah satunya CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon dan CEO Citigroup Jane Fraser.

Melansir CNN Business, Jumat (19/5/2023) Departemen Keuangan AS mengungkapkan bahwa  Yellen membahas "kebutuhan mendesak Kongres untuk mengatasi batas utang dan menggarisbawahi konsekuensi nyata dari default bagi sistem perbankan, ekonomi domestik dan global"

Selain plafon utang, Yellen dan CEO bank di Wall Street juga membahas krisis perbankan yang sedang berlangsung.

Yellen "menegaskan kembali kekuatan dan kesehatan sistem perbankan AS, mencatat bahwa sektor tersebut tetap dikapitalisasi dengan baik dengan likuiditas yang kuat," demikian keterangan Departemen Keuangan AS.

Selain bertemu dengan CEO bank besar, Yellen juga berbincang dengan para eksekutif dari bank menengah, menurut seorang sumber yang mengetahui kabar tersebut.

MBCA mewakili sekitar 100 bank ukuran menengah dari seluruh negeri, termasuk sekitar delapan pemberi pinjaman dari California, tempat First Republic dan Silicon Valley Bank berbasis sebelum keruntuhan mereka.

Selama pertemuan, yang berlangsung di Departemen Keuangan, CEO bank menengah di AS juga menyatakan keprihatinan akut tentang bagaimana kebuntuan plafon utang akan berdampak pada institusi mereka, kata sumber itu.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Menkeu Janet Yellen: AS Default Bakal Picu Resesi dan Layanan Pemerintah Terganggu

Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)
Menteri Keuangan AS Janet Yellen dalam sesi House Financial Services Committee. (AP)

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen terus mengingatkan bahwa default pada utang AS kemungkinan akan menyebabkan jutaan orang di Amerika Serikat tidak menerima pendapatan, berpotensi memicu resesi yang dapat menghancurkan banyak pekerjaan dan bisnis.

Mengutip US News, Rabu (17/5/2023) dalam pertemuan komunitas bankir, Yellen mengatakan bahwa krisis ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya akan diperburuk oleh kemungkinan gangguan pada layanan pemerintah federal.

Gangguan ini termasuk pada lalu lintas udara, penegakan hukum, keamanan perbatasan dan pertahanan nasional, serta sistem telekomunikasi.

"Sangat mungkin bahwa kita akan melihat sejumlah pasar keuangan pecah - dengan kepanikan di seluruh dunia yang memicu margin call," jelas Yellen.

"Ekonomi kita tiba-tiba akan menemukan dirinya dalam badai ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya," ungkap Yellen, yang juga menyoroti 66 juta penerima Jaminan Sosial dan jutaan pensiun veteran militer kemungkinan besar tidak akan dibayar.

"Dan guncangan pendapatan yang diakibatkannya dapat menyebabkan resesi yang menghancurkan banyak pekerjaan dan bisnis Amerika," katanya.

Sebelumnya, Yellen telah memastikan kepasa Kongres bahwa Departemen Keuangan diperkirakan dapat membayar tagihan pemerintah Amerika Serikat hanya sampai 1 Juni tanpa kenaikan batas utang, menambah tekanan pada kebuntuan terkait keputusan menaikkan pagu utang. "Kegagalan untuk mencapai kesepakatan akan mengakibatkan konsekuensi ekonomi dan keuangan yang parah," tandasnya.


Janet Yellen Pastikan 1 Juni AS Default, Bila Tak Mau Tambah Plafon Utang

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen High-Level Seminar, Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022)
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen High-Level Seminar, Nusa Dua, Bali, Jumat (15/7/2022) (dok: Arief)

Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen memastikan kepada Kongres bahwa Amerika berpotensi mengalami default atau gagal bayar utang paling cepat 1 Juni mendatang.

"Dengan informasi tambahan yang sekarang tersedia, saya menulis untuk dicatat bahwa kami masih memperkirakan Departemen Keuangan kemungkinan tidak akan lagi dapat memenuhi semua utang pemerintah jika Kongres tidak bertindak untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang pada awal Juni, dan berpotensi paling cepat 1 Juni," kata Yellen, dikutip dari CNBC International, Selasa (16/5/2023).

Seperti yang dia sampaikan dalam surat sebelumnya kepada Kongres, Janet Yellen menggarisbawahi urgensi situasi tersebut.

"Menunggu hingga menit terakhir untuk menangguhkan atau menaikkan batas utang dapat menyebabkan kerugian serius bagi kepercayaan bisnis dan konsumen, meningkatkan biaya pinjaman jangka pendek untuk pembayar pajak, dan berdampak negatif pada peringkat kredit Amerika Serikat," jelasnya.

Yellen mengungkapkan bahwa, pihaknya telah melihat biaya pinjaman Treasury meningkat secara substansial untuk sekuritas yang jatuh tempo pada awal Juni 2023.

Pernyataan Yellen datang ketika pejabat Gedung Putih dan para pemimpin kongres bersiap untuk kembali bertemu, melanjutkan negosiasi mengenai potensi pemotongan belanja sebagai alternatif atau pengesahan kenaikan pagu atau plafon utang DPR. 

Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden telah menyatakan optimis pihaknya akan mencapai kesepakatan dengan Partai Republik untuk menaikkan atau menangguhkan batas utang untuk menghindari keruntuhan ekonomi.

"Saya benar-benar berpikir ada keinginan di pihak mereka, juga kami, untuk mencapai kesepakatan, dan saya pikir kami akan mampu melakukannya," ujar Biden kepada wartawan di Delaware.

Di sisi lain, Ketua DPR dari Partai Republik Kevin McCarthy melihat negosiasinya dengan Biden masih belum mencapai titik terang.

"Saya masih berpikir kita berjauhan," kata McCarthy kepada NBC News di luar gedung Capitol. "Bagi saya tampaknya mereka belum menginginkan kesepakatan," tambahnya.

Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya