Ini 10 Negara Terkaya di Dunia, Ada 2 dari Asia

Berikut 10 negara terkaya di dunia, dua berasal dari Benua Asia yakni Singapura dan Makau. Simak ulasannya.

oleh Agustina Melani diperbarui 24 Mei 2023, 13:41 WIB
Diterbitkan 24 Mei 2023, 13:41 WIB
Irlandia Berlakukan Lagi Lockdown COVID-19
Apa yang orang pikirkan ketika mereka negara-negara terkaya di dunia? Dan apa yang terlintas dalam pikiran ketika mereka berpikir tentang negara terkecil di dunia yang ternyata masuk negara terkaya di dunia (Xinhua)

Liputan6.com, Jakarta - Apa yang orang pikirkan ketika mereka negara-negara terkaya di dunia? Dan apa yang terlintas dalam pikiran ketika mereka berpikir tentang negara terkecil di dunia? Banyak orang mungkin akan terkejut saat mengetahui banyak negara terkaya di planet ini juga termasuk yang terkecil.

Dikutip dari Global Finance, Rabu (24/5/2023), beberapa negara yang sangat kecil dan sangat kaya yakni San Marino, Luksemburg, Swiss, dan Singapura mendapatkan manfaat dari sektor keuangan yang canggih dan rezim pajak yang menarik investasi asing, bakat profesional dan simpanan bank yang besar.

Lainnya seperti Qatar dan Uni Emirat Arab memiliki cadangan hidrokarbon yang besar atau sumber daya alam yang menguntungkan lainnya. Kasino yang memukau dan turis yang bagus untuk bisnis menjadi surga judi di Asia. Makau pun tetap menjadi salah satu negara bagian paling Makmur di dunia meski hampir tiga tahun alami lockdown dan pembatasan perjalanan terkait pandemi COVID-19.

Namun, apa yang dimaksud saat mengatakan sebuah negara “kaya” terutama di era meningkatnya ketimpangan pendapatan antara orang super kaya dan orang lain? Sementara produk domestik bruto (PDB) mengukur nilai semua barang dan jasa yang diproduksi di suatu negara, membagi output ini dengan jumlah penduduk adalah cara lebih baik untuk menentukan seberapa populasi kaya dan miskin suatu negara dibandingkan populasi negara lain.

Namun, hanya ketika memperhitungkan tingkat inflasi dan biaya barang dan jasa lokal kita dapat memperoleh gambaran lebih akurat tentang standar hidup rata-rata suatu negara, angka yang dihasilkan adalah apa yang disebut paritas daya beli (PPP) yang sering dinyatakan dalam dolar Amerika Serikat untuk memungkinkan perbandingan antara negara yang berbeda.

Lalu apakah asumsi negara-negara di mana PPP sangat tinggi, populasi keseluruhan terlihat lebih baik daripada di sebagian besar tempat lain di dunia? Tidak terlalu.

 

Hantaman Pandemi COVID-19

Potret Luksemburg, negara pertama di dunia yang menggratiskan ongkos transportasi umum (AP/Paul Ames)
Potret Luksemburg, negara pertama di dunia yang menggratiskan ongkos transportasi umum (AP/Paul Ames)

Pandemi COVID-19 mengangkat tabir perbedaan ini dengan cara yang hanya bisa diprediksi oleh sedikit orang. Meskipun tidak ada keraguan negara-negara terkaya, sering kali lebih rentan terhadap COVID-19 karena populasi yang lebih tua dan faktor risiko lainnya memiliki sumebr daya untuk merawat mereka yang membutuhkan lebih baik. Sumber daya tersebut tidak dapat diakses secara merata oleh semua orang.

Lebih jauh lagi, dampak ekonomi dan lockdown menghantam pekerja bergaji rendah daripada yang memiliki pekerjaan bergaji tinggi. Pada gilirannya memicu jenis ketidaksetaraan baru antara yang dapat bekerja dengan nyaman dari rumah dan mereka yang harus mempertaruhkan kesehatan dan keselamatan mereka bepergian ke tempat kerja.

Bagi mereka yang kehilangan pekerjaan karena industri mereka tutup selurujnya menemukan dirinya tanpa banyak jarring pengaman, ini lubang besar dalam sistem kesejahteraan paling terkenal di dunia terbuka.

Kemudian ketika pandemi COVID-19 mereda, inflasi melonjak secara global, dan Rusia invasi Ukraina, memperburuk krisis harga pangan dan minyak.

Sekali lagi, keluarga penghasilan rendah paling terpukul karena terpaksa membelanjakan sebagian besar pendapatan untuk kebutuhan dasar, perumahan, makanan, energi dan transportasi yang harganya lebih fluktuatif dan cenderung meningkat.

10 Negara Terkaya di Dunia

Bendera Singapura (unsplash)
Bendera Singapura (unsplash)

Di 10 negara termiskin di dunia, rata-rata daya beli per kapita adalah USD 1.380 sedangkan di 10 negara terkaya lebih dari USD 105.000, menurut data dari Dana Moneter Internasional (IMF). Sejak Oktober lalu, daya beli per kapita tumbuh hanya sebesar USD 30 di negara-negara miskin dan lebih dari USD 5.000 di negara-negara berpenghasilan tinggi.

Berikut 10 negara terkaya di dunia dikutip dari Global Finance:

  • Irlandia: GDP-PPP per kapita USD 145.196
  • Luksemburg: GDP-PPP per kapita USD 142.490
  • Singapura: GDP-PPP per kapital USD 133.895
  • Qatar: GDP-PPP per kapita USD 124.848
  • Macao SAR: GDP-PPP per kapita USD 89.558
  • Uni Emirat Arab: GDP-PPP per kapita USD 88.221
  • Swiss: GDP-PPP per kapita USD 87.963
  • Norwegia: GDP-PPP per kapita USD 82.655
  • Amerika Serikat: GDP-PPP per kapita USD 80.035
  • San Marino: GDP-PPP per kapita USD 78.926.

Dari 10 Negara Terkaya di Dunia, 2 di Asia

Gardens By The Bay Singapura
Gardens By The Bay Singapura (Sumber: PIxabay)

Dari 10 negara terkaya di dunia tersebut, dua berasal dari Asia. Berikut penjelasannya:

Singapura

Orang terkaya yang tinggal di Singapura adalah pendiri perusahaan peralatan medis Mindray, Li Xiting yang kekayaan bersihnya diprediksi mencapai USD 15,6 miliar atau sekitar Rp 232,12 triliun.

Pengembang properti Robert dan Philip Ng berada di urutan kedua dan Goh Cheng Liang dari Wuthelam Holdings yang produksi cat dan pelapis berada di urutan ketiga. Pada posisi keempat diduki Eduardo Saverin, salah satu pendiri Facebook yang pada 2011 meninggalkan Amerika Serikat dengan 53 juta saham perusahaan dan menjadi penduduk tetap Singapura. Nilai kekayaannya mencapai USD 9,6 miliar. Saverin memilih Singapura tidak hanya karena atraksi perkotaan, tetapi Singapura adalah surga fiskal yang Makmur dengan keuntungan modal dan dividen bebas pajak.

Namun, bagaimana Singapura menarik begitu banyak individu berpenghasilan tinggi? Ketika negara-kota itu merdeka pada 1965, setengah dari penduduknya buta huruf.

Dengan hampir tidak ada sumber daya alam, Singapura menarik diri dengan kerja keras, kebijakan cerdas menjadi salah satu tempat paling ramah bisnis di dunia.

Saat ini, Singapura adalah pusat perdagangan, manufaktur dan keuangan yang berkembang pesat dan 98 populasi orang dewasa sekarang bisa membaca.

Sayangnya hal itu tidak membuatnya kebal dari penurunan ekonomi global yang didorong oleh pandemi COVID-19. Pada 2020, ekonomi susut 3,9 persen, membuat negara itu jatuh ke dalam resesi untuk pertama kalinya lebih dari satu dekade. Pada 2021, ekonomi Singapura kembali bangkit dengan pertumbuhan 8,8 persen. Namun, kemudian perlambatan di China, mitra dagang utama, menggagalkan pemulihan.

Masalah ekonomi China hantam sektor manufaktur Singapura yang hasilkan 21,6 persen dari total PDB Singapura. Kemudian alami kontraksi 6 persen pada kuartal I 2023.

Makau

Pariwisata dan Kasino Makau Belum Bangkit Meski Ringankan Aturan Covid-19
Kasino Lisboa (kanan) terlihat di Makau pada 28 Desember 2022. Pusat gaming di pantai selatan Tiongkok dekat Hong Kong ini telah mengalami beberapa kontrol anti virus paling ketat di dunia selama hampir tiga tahun. (AP Photo/Kanis Leung)

Beberapa tahun yang lalu, banyak yang bertaruh Las Vegas di Asia sedang dalam perjalanan untuk menjadi negara terkaya di dunia. Dulunya merupakan koloni kekaisaran Portugis, kemudian diliberalisasi pada 2001 menjadi wilayah administrasi khusus China telah melihat kekayaannya tumbuh dengan kecepatan yang mencengangkan.

Dengan populasi sekitar 700.000, dan lebih dari 40 kasino tersebar di wilayah seluas sekitar 30 kilometer persegi, semenanjung sempit di selatan Hong Kong ini menjadi mesin penghasil uang.

Namun, saat COVID-19 menyerang, perjalanan global terhenti mesin mulai kehilangan uang di Makau. Bahkan untuk sementara Makau keluar dari peringkat 10 negara terkaya. Setelah lebih dari tiga tahun sejak dimulainya pandemi COVID-19, Makau perlahan kembali ke bisnis seperti biasa. Namun, itu juga satu-satunya negara dalam daftar yang daya beli per kapitanya lebih rendah daripada sebelum darurat kesehatan global, sekitar USD 125.000 pada 2019, turun lebih dari USD 35.000.

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya