Liputan6.com, Jakarta Perekonomian Jerman sedikit menyusut pada kuartal pertama 2023 dibandingkan dengan kuartal sebelumnya. Penyusutan ini mendorong Jerman memasuki resesi teknis.
Data dari Kantor Statistik Federal, Destatis menunjukkan bahwa Produk Domestik Bruto (PDB) Jerman turun 0,3 persen di kuartal pertama 2023.
Baca Juga
"Setelah pertumbuhan PDB memasuki wilayah negatif pada akhir tahun 2022, ekonomi Jerman kini mencatat dua kuartal negatif berturut-turut," kata Presiden Destatis, Ruth Brand, dikutip dari Deutsche Welle Kamis (25/5/2023)..
Advertisement
Angka PDB negara ekonomi terbesar Eropa pada Januari hingga Maret 2023 mengikuti penurunan 0,5 persen pada kuartal keempat tahun 2022.
Seperti diketahui, resesi umumnya didefinisikan sebagai kontraksi ekonomi selama dua kuartal berturut-turut.
"Butuh beberapa revisi statistik, tetapi pada akhirnya, ekonomi Jerman benar-benar melakukan musim dingin ini seperti yang kami khawatirkan sejak musim panas lalu," ungkap ekonom ING, Carsten Brzeski dalam sebuah catatan kepada klien.
Brzeski menyebut, cuaca musim dingin, rebound dalam aktivitas industri, dibantu oleh pembukaan kembali China dan pelonggara rantai pasokan tidak cukup kuat untuk mengeluarkan ekonomi Jerman dari zona bahaya resesi.
Ditambah lagi, tingginya inflasi di Jerman terus berdampak pada ekonomi negara itu selama kuartal tersebut.
Hal ini tercermin dari konsumsi rumah tangga yang turun 1,2 persen quarter-on-quarter setelah penyesuaian harga dan musiman.
Rumah tangga di Jerman membelanjakan lebih sedikit untuk makanan, minuman, pakaian, sepatu, dan furnitur dibandingkan kuartal sebelumnya. Mereka juga membeli lebih sedikit mobil baru, kemungkinan karena subsidi pemerintah dihentikan pada akhir tahun 2022.
Pengeluaran Pemerintah Merosot
Selain itu, Pengeluaran pemerintah Jerman juga merosot dalam tiga bulan pertama tahun ini.
Namun, ada secercah cahaya ketika investasi, yang naik dalam tiga bulan pertama tahun ini setelah paruh kedua tahun 2022 yang lemah, dibantu oleh pemulihan sementara di sektor konstruksi.
"Penurunan PDB sebesar 0,3 persen jauh lebih sesuai dengan ekspektasi pada awal tahun karena Jerman telah terpukul oleh inflasi tinggi dan kenaikan suku bunga," kata Andrew Kenningham, kepala ekonom Eropa di Capital Economics.
Advertisement
Menkeu Janet Yellen: AS Default Bakal Picu Resesi dan Layanan Pemerintah Terganggu
Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen terus mengingatkan bahwa default pada utang AS kemungkinan akan menyebabkan jutaan orang di Amerika Serikat tidak menerima pendapatan, berpotensi memicu resesi yang dapat menghancurkan banyak pekerjaan dan bisnis.
Mengutip US News, Rabu (17/5/2023) dalam pertemuan komunitas bankir, Yellen mengatakan bahwa krisis ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya akan diperburuk oleh kemungkinan gangguan pada layanan pemerintah federal.
Gangguan ini termasuk pada lalu lintas udara, penegakan hukum, keamanan perbatasan dan pertahanan nasional, serta sistem telekomunikasi.
"Sangat mungkin bahwa kita akan melihat sejumlah pasar keuangan pecah - dengan kepanikan di seluruh dunia yang memicu margin call," jelas Yellen.
"Ekonomi kita tiba-tiba akan menemukan dirinya dalam badai ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya," ungkap Yellen, yang juga menyoroti 66 juta penerima Jaminan Sosial dan jutaan pensiun veteran militer kemungkinan besar tidak akan dibayar.
"Dan guncangan pendapatan yang diakibatkannya dapat menyebabkan resesi yang menghancurkan banyak pekerjaan dan bisnis Amerika," katanya.
Sebelumnya, Yellen telah memastikan kepasa Kongres bahwa Departemen Keuangan diperkirakan dapat membayar tagihan pemerintah Amerika Serikat hanya sampai 1 Juni tanpa kenaikan batas utang, menambah tekanan pada kebuntuan terkait keputusan menaikkan pagu utang. "Kegagalan untuk mencapai kesepakatan akan mengakibatkan konsekuensi ekonomi dan keuangan yang parah," tandasnya.