Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,03 Persen, Sri Mulyani: Ini Sangat Langka

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap Indonesia tengah mengalami momen langka. Utamanya dengan capaian kinerja perekonomian yang positif di tengah kondisi pelemahan ekonomi global.

oleh Arief Rahman H diperbarui 06 Jun 2023, 12:33 WIB
Diterbitkan 06 Jun 2023, 12:21 WIB
Sri Mulyani Bahas KEM dan PPKF RAPBN TA 2024
"Kondisi kesehatan dan kesinambungan fiskal juga perlu terus diperkuat guna menghasilkan kebijakan fiskal yang kredibel dan mampu menjadi jangkar stabilitas ekonomi makro," ujar Sri dalam Rapat Paripurna di Gedung Nusantara II,Senayan, Jakarta, Selasa (30/5/2023). (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap Indonesia tengah mengalami momen langka. Utamanya dengan capaian kinerja perekonomian yang positif di tengah kondisi pelemahan ekonomi global.

Menurut catatannya, ekonomi Indonesia mampu bertahan tumbuh di angka 5,03 persen di kuartal I-2023. Ini yang membuat Indonesia menjadi perhatian seluruh negara di dunia.

"Meskipun kita juga melihat bulan Mei ini sudah sedikit menurun, namun ini adalah situasi yang sangat langka. Sebagian besar negara-negara yang selama ini pertumbuhan ekonominya baik, mereka dihadapkan pada perlemahan pertumbuhan ekonomi dan demand-nya juga melemah atau kontraktif," ujar Sri Mulyani dalam Bisnis Indonesia Gree Forum 2023, Selasa (6/6/2023).

Capaian ekonomi tadi diperkuat juga oleh kemampuan Indonesia mengendalikan tingkat inflasi. Salah satu kesuksesan pengendalian inflasi yang dibeberkan Sri Mulyani adalah pada momen Lebaran 2023 lalu.

Dia mengakui, biasanya terjadi lonjakan inflasi yang cukup tinggi. Namun, untuk tahun ini, dia melihat upaya stabilisasi harga yang berpengaruh pada inflasi cukup berhasil.

"Secara musiman biasanya demand-nya sangat tinggi dan itu bisa mendukung atau menciptakan dorongan terhadap kenaikan harga dan di sisi nilai tukar kita juga melihat Indonesia relatif stabil nilai tukar rata-rata rupiah tahun lalu terdepresiasinya 3,9 persen, seperti Malaysia yang 6,2 persen depresiasinya atau India Rupee yang turun 6,4 persen," paparnya.

"Kinerja perekonomian Indonesia yang membaik, inflasi yang rendah, nilai tukar yang relatif stabil dan tentu prospek ekonomi yang masih positif, kita mampu untuk menarik capital inflow, baik di capital market pasar saham maupun di surat berharga dan dalam bentuk foreign direct investment," sambungnya.

 

Inflasi Mei 2023

BPS Catat Inflasi April 2023 Tembus 4,33 Persen
Kenaikan inflasi ini dipengaruhi oleh sektor transportasi yang mencatatkan inflasi sebesar 0,84 persen memberikan andil 0,1 persen terhadap inflasi nasional. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Diberitakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, inflasi Mei 2023 secara bulanan atau month to month (mtm) sebesar 0,09 persen. Sehingga inflasi tahunan atau year on year (YoY) dibanding Mei 2022 sebesar 4,00 persen, sementara inflasi tahun kalender atau year to date 1,10 persen.

Angka tersebut lebih rendah dibandingkan catatan inflasi April 2023. Kala itu, inflasi bulanan tercatat sebesar 0,33 persen, dengan inflasi tahunan mencapai 4,33 persen.

"Jika dilihat secara series, inflasi Mei 2023 secara bulan ke bulan lebih rendah dibandingkan inflasi bulan sebelumnya, sebesar 4,33 persen. Juga lebih rendah dibanding inflasi di bulan yang sama tahun lalu, Mei 2022 sebesar 0,40 persen," jelas Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Pudji Ismartini, Senin (5/6/2023).

Pudji menyampaikan, penyumbang inflasi bulanan tertinggi Mei 2023 adalah kelompok makanan, minuman dan tembakau dengan kontribusi sebesar 0,48 persen dan andilnya 0,13 persen.

"Tapi, inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau tersebut diredam oleh deflasi pada kelompok pakaian dan alas kaki, serta transportasi," imbuhnya.

 

Penyumbang Inflasi

BI Prediksi Inflasi Oktober Capai 0,05 Persen
Pedagang beraktivitas di salah satu pasar tradisional di Jakarta, Rabu (26/10/2022). Realisasi inflasi tersebut lebih rendah dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan dampak penyesuaian harga BBM terhadap kenaikan inflasi kelompok pangan bergejolak dan inflasi kelompok harga diatur Pemerintah yang tidak sebesar prakiraan awal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Komoditas penyumbang inflasi secara month to month terbesar di antaranya adalah bawang merah dan daging ayam ras dengan andil sebesar 0,03 persen. Disusul ikan segar, telur ayam ras, rokok kretek filter, dan bawang putih dengan andil sebesar 0,02 persen.

Adapun berdasarkan sebaran inflasi Mei 2023 menurut wilayah, dari total 90 kota Indeks Harga Konsumen (IHK), sebanyak 77 kota mengalami inflasi dan 13 lainnya alami deflasi.

"Secara umum terlihat dari 90 kota IHK, terdapat 77 kota yang mengalami inflasi. Dari kota tersebut, 67 kota mengalami inflasi di atas inflasi nasional, dan 10 kota lainnya mengalami inflasi di bawah inflasi nasional. Sedangkan 13 kota lainnya mengalami deflasi," tutur Pudji.

 

Turun Lebih Cepat

Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan angka inflasi Mei 2023 secara bulanan sebesar 0,09 persen. Dengan nilai tersebut maka inflasi tahunan atau year on year (YoY) dibanding Mei 2022 sebesar 4,00 persen.

Angka inflasi tahunan pada Mei 2023 ini menurun jika dibandingkan tingkat inflasi pada April 2023 sebesar 4,33 persen (yoy).

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, penurunan inflasi ini lebih cepat dari perkiraan. Hal ini dipicu berbagai komponen-komponen inflasi inti yang tetap rendah di bawah 3 persen.

"Terima kasih semuanya, kelihatan bahwa inflasi turun lebih cepat dari yang kita perkirakan, terutama kalau memang melihat komponen-komponen inflasi inti tetap rendah di bawah 3 persen," kata Perry di komplek Parlemen, Jakarta Pusat, Senin, (5/6/2023).

Penurunan inflasi tersebut, kata Perry menunjukkan berbagai langkah pengendalian permintaan dari sisi moneter berjalan dengan baik. Tak terkecuali inflasi bahan pangan yang rendah berkat program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP) yang digencarkan pemerintah.

"Itu membuktikan memang langkah untuk pengendalian permintaan dari sisi moneter cukup berhasil. Demikian juga volatile food yang terus rendah, ini dari hasil GNPIP ," ujarnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya