Liputan6.com, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menanti kepastian PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) untuk proyek blok migas di laut dalam, atau Indonesia Deepwater Development (IDD) di Kalimantan Timur.
Tak hanya Chevron, Arifin juga memberi tenggat kepastian divestasi Shell Upstream Overseas Ltd untuk Blok Masela.
Baca Juga
Arifin tak ingin kedua proyek migas tersebut terus terbelengkalai. Sehingga ia menetapkan waktu penyelesaian per Juli 2023.
Advertisement
"Juli IDD (dan Blok Masela) harus ada kepastian, kalau enggak kita ambil pemikiran lain," tegas Arifin di Jakarta, Jumat (23/6/2023).
Beberapa waktu lalu, Arifin sempat mengatakan, proses akuisisi Blok Masela oleh PT Pertamina (Persero) akan rampung pada Juni 2023 mendatang.
Pertamina nantinya bakal memperoleh hak partisipasi 35 persen di Blok Masela yang ditinggalkan Shell 2 tahun lalu. Pertamina akan menjadi partner dari Inpex Corporation yang menguasai 65 persen hak partisipasi.
"Awal Juni kita harapkan udah tuntas. Udah ada partner-nya, sudah ada konsorsium baru," ujar Arifin di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Jumat (5/5/2023).
Menurut dia, Pertamina saat ini belum mencari mitra untuk bisa membagi hak partisipasinya dalam akuisisi proyek strategis nasional (PSN) tersebut. "Masih Pertamina," imbuhnya.
Selain Blok Masela, Arifin juga menyampaikan informasi soal pengganti PT Chevron Pacific Indonesia (CPI) untuk proyek blok migas di laut dalam, atau Indonesia Deepwater Development.
Secara target waktu, raksasa migas asal Italia Eni dikabarkan bakal menjadi pengganti CPI di IDD. "Akhir Mei ya, Insya Allah sudah close deal," pungkas Arifin
Â
Selangkah Lagi, Pertamina Garap Harta Karun Migas di Blok Masela
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengakui tinggal selangkah lagi masuk untuk menggarap Blok Masela. Menyusul negosiasi yang alot terkait syarat yang diminta pengelola sebelumnya, Shell.
Nicke menyebut, proses masuknya Pertamina menggarap salah satu 'harta karun' migas itu masuk tahap finalisasi. Ini jadi langkah untuk meningkatkan produksi dari minyak dan gas bumi (migas) yang digarap Pertamina.
"Beberapa akuisisi yang harus kita lakukan karena kita tidak secara konvensional saja mengembangkanya. Jadi harus ada angka rasional yang kita lakukan, salah satunya di dalam negeri yang telah kita finalkan itu adalah (pengelolaan) Blok Masela," ujar dia dalam Media Briefing Capaian Kinerja Pertamina, di Grha Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Garap Blok Masela
Melalui finalisasi ini, diharapkan dalam waktu dekat Pertamina bakal menggarap Blok Masela. Salah satu keuntungan yang didapatnya, kata dia, diharapkan bisa berkontribusi pada pendapatan perseroan dan negara.
"Komitmen kami adalah mendevelop sesegera mungkin gas yang ada dalam perut bumi Masela ini menjadi sari dan bisa dimonetitasi dan juga menghasilkan pendapatan negara sekaligus meng-create ekonomi di daerah tersebut," urainya.
Dia mengakui, motor terbesar Pertamina berada di Pertamina Hulu Energi (PHE). Kendati begitu, Nicke enggan mengungkap besaran investasi yang disiapkan Pertamina untuk menggarap Blok Masela. "Masela, kita itu kan menandatangi NDA, gak boleh, kekutan itu gak boleh dibocorin," pungkasnya.
Advertisement
Pemerintah Kecewa
Diberitakan sebelumnya, Proyek di Blok Masela tak kunjung berlanjut. Pemerintah mengaku kecewa karen lambannya Shell melepas hak partisipasi atau participating interest (PI) di Blok Masela tsk kunjung rampung.
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengungkap kekecewaan itu. Tutuka bilang lambannya Shell mengakibatkan negosiasi akuisisi saham hak partisipasi oleh PT Pertamina tak kunjung bisa selesai.
Padahal, kata dia, Blok Masela menyimpan banyak potensi cadangan gas. Artinya, penggarapan itu membuat pemerintah kehilangan banyak peluang.
"(Blok) Masela masih progress. Begini, Masela itu agak lama, jadi pemerintah kehilangan opportunities-nya (peluang) panjang itu," ujarnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Selasa (23/5/2023).
Tutuka menyebut kekecewaan juga disampaikan oleh Menteri ESDM Arifin Tasrif karena proses pelepasan yang tak kunjung selesai. Maka, pemerintah berencana meninjau kembali rencana pengembangan Blok Masela.
"Akhirnya, kemarin pak Menteri menyampaikan kecewa lah. Jadi kami mau mem-follow up, mau revisi PoD-nya (Plan of Development)," ujar dia.
Kendati negosiasi masih alot, Tutuka belum mau mengungkap nilai yang diminta Shell untuk bisa melepas hak paritispasinya ke Pertamina. Ini disinyalir jadi salah satu pertimbangan.
"Itu urusan bisnis ya, saya enggak bisa menyatakan angka sepenuhnya, tapi pemerintah ya kecewa kok terlalu lama," ungkapnya.