Subholding SupportingCo Bakal Jadi Terobosan Besar PTPN Group, Apa Fungsinya?

PTPN Group akan menggabungkan delapan anak usaha, yaitu PTPN II, PTPN VII, PTPN VIII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV ke dalam PTPN I menjadi Sub Holding SupportingCo.

oleh Septian Deny diperbarui 04 Jul 2023, 15:30 WIB
Diterbitkan 04 Jul 2023, 15:30 WIB
Hamparan kebun sawit yang masuk dalam program peremajaan sawit rakyat PTPN V.
PTPN Group akan menggabungkan delapan anak usaha, yaitu PTPN II, PTPN VII, PTPN VIII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV ke dalam PTPN I menjadi Sub Holding SupportingCo. (Liputan6.com/M Syukur)

Liputan6.com, Jakarta Pengamat Pertanian Ambo Ala mengatakan, pembentukan subholding SupportingCo adalah terobosan besar dari PTPN Group.

PTPN Group akan menggabungkan delapan anak usaha, yaitu PTPN II, PTPN VII, PTPN VIII, PTPN IX, PTPN X, PTPN XI, PTPN XII, dan PTPN XIV ke dalam PTPN I menjadi Sub Holding SupportingCo.

"SupportingCo akan menjadi Perusahaan Pengelola Aset Perkebunan Unggul, yang mencakup kegiatan pemanfaatan aset perkebunan melalui optimalisasi aset dan pengelolaan tanaman perkebunan," kata Ambo dikutip, Selasa (4/7/2023).

SupportingCo juga akan menggarap diversifikasi usaha lain dengan memaksimalkan aset perusahaan, sehingga semua aset yang dimiliki mampu memberikan nilai tambah bagi perusahaan, seperti green business.

Ambo menambahkan, adanya perusahaan khusus pengelola aset, maka lahan-lahan PTPN yang selama ini belum termanfaatkan akibat kendala modal, akan bisa dioptimalkan untuk menopang kinerja PTPN Group.

Sebagai mantan Komisaris PTPN XIV selama 10 tahun, dia mencontohkan PTPN XIV memiliki sekitar 14 ribuan hektare lahan, tetapi dari total lahan itu, selama bertahun-tahun baru dimanfaatkan sekitar 40 persen. "Satu hal yang sangat penting yang dapat diharapkan dari SuportingCo adalah optimalisasi lahan. Banyak sekali aset PTPN yang bisa dipergunakan dan ditingkatkan manfaatnya," tambahnya.

Selain itu, jelasnya, SupportingCo diharapkan dapat juga mengatasi masalah permodalan yang selama ini menjadi kendala beberapa anak usaha PTPN Group untuk berkembang.

Dia mengatakan faktor penghambat utama, tidak dimaksimalkannya aset beberapa anak usaha PTPN Group selama ini adalah permodalan. Kemampuan modal anak usaha untuk menggarap lahan, juga berbeda-beda. Dia mengemukakan, ada anak usaha PTPN Group yang tidak bisa memupuk secara teratur karena tidak ada dana.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Produktivitas

PTPN III Petani Tebu
Holding Perkebunan Nusantara PTPN III (Persero) siap menjadi produsen gula kristal putih (GKP) dengan persediaan atau stok terbesar di Indonesia.

Ada yang tidak bisa menyiram tanaman, akhirnya produktivitas rendah. Namun, dia menilai jika digabung, PTPN yang kuat akan bisa menopang yang lemah, sehingga secara rata-rata kinerja akan positif.

Dari sisi manajemen dan struktur organsiasi, jelasnya, penggabungan beberapa anak usaha PTPN dalam satu manajemen juga lebih efisien karena tidak dibutuhkan lagi pejabat-pejabat tinggi di setiap PTPN seperti saat ini.

"Komisarisnya juga tidak perlu banyak-banyak lagi, jadi bisa lebih efisien dari pengeluaran," ujarnya.

Secara umum, Prof. Ambo memandang positif perombakan besar-besaran yang dilakukan terhadap PTPN Group, mulai dari perubahan organisasi hingga restrukturisasi hutang perusahaan. Seperti diketahui, Holding Perkebunan Nusantara yang awalnya memiliki 13 anak perusahaan PTPN (PTPN I-XIV) direncanakan akan menjadi tiga Sub Holding yang mendukung ketahanan pangan.

Pertama, SugarCo telah berdiri tahun 2021 yang akan merevitalisasi industri gula nasional dan meningkatkan produksi gula nasional. Kedua, PalmCo untuk meningkatkan hilirisasi produk-produk kelapa sawit. Serta ketiga, SupportingCo yang akan menjadi pengelola aset perkebunan unggul.


BUMN Bentuk PalmCo, Apa Untungnya Buat Petani Sawit?

cpo-ekspor130527c.jpg
Ilustrasi CPO

Sebelumnya, Langkah PTPN Group membentuk perusahaan khusus yang mengelola bisnis kelapa sawit, yaitu PalmCo, diyakini akan memberikan keuntungan bagi masyarakat dan industri sawit nasional.

Ketua Umum DPP Asosiasi Sawitku Masa Depanku (SAMADE), Tolen Ketaren mengatakan PalmCo dapat memperkuat peran PTPN Group dalam perekonomian nasional.

Peluang yang bisa diperoleh dari PalmCo, jelasnya, antara lain meningkatkan pendapatan petani karena kemampuan PalmCo menyerap produksi petani akan semakin besar, menjalankan hilirisasi komoditas sawit hingga mengamankan pasokan minyak goreng di dalam negeri.

"Menurut kami, kalau PTPN fokus serius di industri sawit, BUMN ini pasti semakin baik," jelas Tolen Ketaren, di Jakarta, Kamis (8/6/2023).

Dia menilai, pembentukan PalmCo tentunya akan diikuti dengan perluasan kapasitas bisnis dan tata kelola perusahaan.

Aksi bisnis ini, menurutnya, akan menjadi peluang baru bagi petani sawit yang selama ini menjadi pemasok tandan buah segar (TBS) ke pabrik-pabrik kelapa sawit PTPN Group untuk dipusatkan ke PalmCo.

Dengan pengembangan bisnis di PalmCo, maka volume TBS dari kebun-kebun petani yang diperlukan juga akan meningkat, sehingga akan diikuti dengan perbaikan harga dan pendapatan petani.

"Dengan Palmco, peluang bagi petani adalah bermitra dengan perusahaan, sehingga petani bisa mendapat harga yang lebih bagus," jelas Tolen Ketaren.

Tolen menambahkan dengan fokus mengelola bisnis sawit, PalmCo juga akan dapat memperkuat kemitraan dengan petani sawit, sehingga peran perusahaan dalam mengedukasi petani bisa lebih besar.

Petani yang teredukasi dengan baik, paparnya lagi, akan berperan juga dalam memastikan ketersediaan bahan baku, baik dari sisi kualitas maupun kepastian produksi. Artinya, kesinambungan kerja sama bisa dikelola dalam jangka panjang.

"Palmco bisa memberikan paluang bagi petani. (Untuk mendapatkan) edukasi yang lebih bagus, sehingga sawit bisa berkelanjutan," tambah Tolen Ketaren.


Mengelola Kelapa Sawit

Ilustrasi CPO 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)
Ilustrasi CPO 1 (Liputan6.com/M.Iqbal)

Dari skala industri, dia mengatakan PalmCo tentunya akan memiki kemampuan mengolah sawit rakyat dan sawit dari kebun sendiri, tanpa harus menjual minyak sawit mentah crude palm oil (CPO) ke pabrik swasta.

Kemampuan PalmCo menerapkan program hilirisasi komoditas perkebunan akan semakin besar. Salah satunya adalah memproduksi minyak goreng untuk kebutuhan pasar dalam negeri dalam mendukung ketahanan pangan nasional.

"Dari sisi industri, kami berharap agar PTPN bisa berdiri sendiri tanpa harus menjual CPO-nya ke perusahaan refinery swasta. Tetapi diolah sampai produk hilir, seperti minyak goreng dan lain-lain," paparnya.

Dengan demikian, dia mengatakan BUMN perkebunan bisa diandalkan menjadi penyedia pasokan minyak goreng untuk kebutuhan pasar domestik, tanpa harus khawatir adanya kelangaan atau lonjakan harga yang sulit dijangkau masyarakat.

"Sehingga ketersediaan minyak goreng di pasaran cukup di-supply oleh ptpn dan sisanya bisa di ekspor," tambahnya.

Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Dampak Larangan Ekspor CPO dan Produk Turunannya. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya