Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah berjanji tidak akan memberikan izin baru pembangunan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batu bara. Selain itu, pemerintah juga menargetkan pensiunkan seluruh PLTU batu bara pada 2040.
Penelitian terbaru dari CREA dan IESR menyebut, rencana pemerintah terhadap PLTU baru bara ini dapat menyelamatkan sekitar 180.000 jiwa di Indonesia. Selain itu, langkah ini juga dapat menekan biaya kesehatan sebesar USD 100 miliar atau Rp 1.500 triliun dalam beberapa dekade ke depan.
Baca Juga
Adapun, penelitian terbaru dari Center for Research on Energy and Clean Air (CREA) dan Institute for Essential Services Reform (IESR) itu berjudul Health Benefits of Just Energy Transition and Coal Phase-out in Indonesia.
Advertisement
Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, mengatakan bahwa pemerintah harus mendesak perusahaan listrik untuk mengevaluasi kembali rencana mereka untuk membangun pembangkit listrik baru dan segera mengambil tindakan untuk beralih ke pembangkit energi terbarukan.
Peralihan tersebut akan menghasilkan manfaat ekonomi, sosial, dan kesehatan yang signifikan.
"Pada pertemuan puncak G20 tahun lalu, Indonesia menandatangani pernyataan bersama Just Energy Transition Partnership (JETP), yang berkomitmen untuk mencapai puncak emisi sektor ketenagalistrikan pada tahun 2030 dengan nilai absolut 290 juta ton CO2e," kata Fabby dikutip dari Antara, Jumat (21/7/2023).
Untuk mencapai target tersebut, Indonesia harus menghentikan sekitar 9 gigawatt (GW) pembangkit listrik tenaga batu bara (PLTU) dalam satu dekade ini.
"Namun demikian, diperlukan kepastian strategi mitigasi untuk mengurangi dampak negatifnya untuk PLTU batu bara yang belum mencapai waktu penonaktifannya. Penerapan strategi ini harus menjadi bagian integral dari solusi untuk transisi energi yang berkeadilan," kata dia.
Bertanggung Jawab atas 10.500 Kematian
Penghentian penggunaan PLTU batu bara pada 2040 diperlukan untuk memenuhi target Persetujuan Paris, berdasarkan Badan Energi Internasional (IEA). Indonesia saat ini menargetkan penghentian penggunaan PLTU batu bara pada 2050, dengan beberapa pengecualian.
Penelitian CREA dan IESR mengembangkan jalur pengakhiran operasional PLTU batu bara berbasis kesehatan yang pertama di Indonesia, berdasarkan pemodelan atmosfer yang terperinci dan penilaian dampak kesehatan per pembangkit listrik (health impact assessments/HIA).
Jalur tersebut memaksimalkan manfaat kesehatan dari peralihan PLTU batu bara ke energi bersih dengan mengakhiri operasional PLTU batu bara yang paling berpolusi terlebih dahulu.
Menurut hasil penelitian tersebut, emisi polutan udara dari PLTU batu bara bertanggung jawab atas 10.500 kematian di Indonesia pada 2022 dan biaya kesehatan sebesar 7,4 miliar dolar AS.
Dampak kesehatan tersebut akan terus meningkat dengan beroperasinya PLTU batu bara yang baru. Pembangkitan energi dari PLTU batu bara akan meningkat selama satu dekade ke depan, kecuali jika pertumbuhan pembangkit listrik bersih dipercepat untuk memenuhi pertumbuhan permintaan.
Penelitian itu mengungkapkan biaya kesehatan dapat dihindari dari penghentian PLTU batu bara yang lebih cepat pada 2040 akan mencapai 130 miliar dolar AS atau Rp1.930 triliun.
Advertisement
Perlu Rp 450 Triliun
Sementara, investasi sebesar USD 32 miliar atau Rp 450 triliun diperlukan untuk merealisasikan penghentian pengoperasian PLTU batu bara, sehingga investasi tersebut akan sangat menguntungkan bagi seluruh masyarakat.
Peneliti Senior IESR Raditya Wiranegara mengatakan penelitian itu memberikan daftar PLTU batu bara yang diurutkan berdasarkan dampaknya terhadap biaya kesehatan per unit pembangkit, yang sebenarnya dapat berfungsi sebagai metrik tambahan untuk dipertimbangkan dalam membuat prioritas penghentian pembangkit listrik.
"Hal ini merupakan masukan yang sangat penting, karena sekretariat JETP saat ini sedang menyusun comprehensive investment plan and policy (CIPP), dimana pemensiunan pembangkit listrik tenaga batu bara merupakan salah satu bidang investasi yang termasuk dalam dokumen tersebut," ujar Raditya.
Menguntungkan Masyarakat Indonesia
Sementara itu, Lauri Myllyvirta, salah satu penulis laporan tersebut dan Analis Utama CREA menuturkan, penelitian tersebut menunjukkan bahwa mengurangi emisi dari PLTU batu bara tidak hanya baik untuk kesehatan dan kesejahteraan, tetapi juga dapat menguntungkan masyarakat Indonesia secara ekonomi.
"Biaya kesehatan yang dihindari dapat lebih dari sekadar mengompensasi investasi yang diperlukan untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara dan membangun pembangkit listrik bersih sebagai penggantinya," kata Lauri pula.
Advertisement