Liputan6.com, Jakarta - Menteri Perdagangan (Mendag) Zulkifli Hasan menilai Uni Eropa tidak konsisten dalam menerapkan aturan terhadap produk perkebunan dan pertanian dari Indonesia. Oleh sebab itu, pemerintah Indonesia akan meminta klarifikasi terhadap Undang-Undang Anti Deforestasi Uni Eropa yang dalam interpretasi bisa menimbulkan merugikan bagi banyak pihak.
“Jadi Undang-Undang Deforestasi ini akan sangat mengganggu kita. Walaupun memang belum sekarang berlaku. Kan ada tahapan-tahapannya ya sampai 2025, tapi 2025 sudah besok. Nah, itu saya enggak terbayangkan itu kalau menyangkut petani kopi, kakao, lada, bagaimana itu? Harus dimana tempatnya. Merusak lingkungan atau tidak, harus dapet surat sertifikasi,” kata Zulkifli Hasan dalam acara FoodAgri Insight On Location dengan tema "Melawan UU Anti-Deforestasi Uni Eropa", Selasa (1/8/2023).
Baca Juga
"Mereka menyebut kopi merusak lingkungan, tapi dalam waktu yang sama dia (Uni Eropa) juga membeli batu bara dari kita. Kemudian kalau kita ekspor tuna kena 20%, tapi yang ilegal juga ditampung oleh mereka," sambungnya.
Advertisement
Zulkifli Hasan menjelaskan, mustahil petani kopi di daerah bisa mengurus sertifikasi karena banyak sekali petani kopi di Indonesia dari berbagai macam daerah. Sehingga, Kemendag telah mengambil tindakan tegas dan terukur untuk menyikapi kebijakan ini.
Rugikan 8 Juta Petani
Kebijakan UU Deforestasi adalah hambatan dan Zulkifli Hasan menuntut agar Uni Eropa membuka pasarnya untuk produk Indonesia. Menurutnya, kebijakan anti deforestasi ini berpotensi menurunkan perdagangan dan merugikan sekitar 8 juta petani kecil.
“Kita sadari perjuangan tidak mudah, maka Kemendag akan terus berupaya untuk melindungi, termasuk petani kita," ujar Zulkifli.
Diketahui juga, 14 negara sudah menandatangani tanda keberatan sehingga, bisa menentutkan apakah hal ini diskriminatif ke The World Trade Organization (WTO).
“Kemarin sudah ada 14 negara yang sudah tanda tangan merasa keberatan. Dan pada akhirnya kita juga bisa menuntut ke WTO apakah ini ada diskriminatif atau tidak,” pungkas Zulkifli Hasan.
Menlu Retno Protes Aturan Anti-Deforestasi Uni Eropa karena Hambat Perdagangan
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi bertemu Menlu Uni Eropa Josep Borrell di sela acara Post Ministerial Conference (PMC) di Jakarta. Menlu Retno menyorot UU anti-deforestasi Uni Eropa yang melarang masuk produk yang memicu deforestasi.
Aturan anti-deforestasi diprotes Menlu Retno karena berdampak negatif potensi perdagangan.
“Potensi-potensi tersebut tidak boleh dibatasi dengan adanya kebijakan hambatan perdagangan seperti European Union Deforestation Regulation (EUDR) dan European Union Enforcement Regulation (EUER)," ujar Menlu Retno seperti dikutip rilis resmi Kemlu RI, Jakarta, Kamis (13/7/2023).
Aturan Uni Eropa itu melarang masuk produk yang memicu deforestasi per tahun 2020. Uni Eropa membuat aturan itu karena masifnya kerusakan hutan selama beberapa dekade terakhir.
Advertisement
Perang Rusia-Ukraina
Pada pertemuan Borrell dengan para menlu negara ASEAN, Borrell secara terbuka membawa isu perang Ukraina-Rusia di pertemuan menteri luar negeri ASEAN. Borrell menegaskan bahwa Rusia melanggar hukum internasional.
"Hukum internasional seringkali dilanggar. Hal itu sedang dilanggar oleh agresi Rusia terhadap Ukraina, dan Uni Eropa melakukan segala yang ia bisa untuk mendukung usaha-usaha Ukrana untuk menjaga integritas wilayahnya dan mengecam tindakan-tindakan kekerasan yang dilancarkan pasukan Rusia ke populasi sipil," ujar Josep Borrell dalam pertemuan PMC.
Pembahasan Borrell tentang Rusia-Ukraina cukup singkat, namun ia berjanji akan membahas isu tersebut lebih lanjut di ASEAN Regional Forum.
Borrell juga menyentuh isu Laut China Selatan yang melibatkan Filipina dan China. Ia mengingatkan bahwa pengadilan internasional telah berpihak pada Filipina terkait isu ini berdasarkan aturan laut internasional UNCLOS.
Terkait Myanmar, Borrell berkata percaya bahwa ASEAN bisa menyelesaikan isu ini.
"Kalian adalah kawasan paling cemerlang di dunia, secara ekonomi dan geopolitik, dan Uni Eropa ingin berbagi dengan kalian masa depan dunia dengan bekerja sama menghadapi tantangan-tantangan global," pungkas Josep Borrell.