USD Menguat Lagi Hari Ini, Rupiah Diramal Melemah ke Rp 15.260 Rabu Besok

Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diperkirakan akan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.190 - Rp 15.260.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 08 Agu 2023, 18:00 WIB
Diterbitkan 08 Agu 2023, 18:00 WIB
dolar ke rupiah
Rupiah kembali ditutup melemah 32 poin dalam penutupan pasar Selasa sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 55 poin di level Rp 15.217 dari penutupan sebelumnya di level Rp15.185.

Liputan6.com, Jakarta - Indeks dolar Amerika Serikat atau USD kembali menguat pada Selasa, 8 Agustus 2023. Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah diperkirakan akan bererak fluktuatif namun ditutup melemah.

"Posisi dalam dolar dan pasar obligasi meningkat selama seminggu terakhir, dengan greenback naik untuk mengantisipasi pembacaan indeks harga konsumen (CPI) pada hari Kamis yang diperkirakan akan menunjukkan beberapa tanda inflasi yang kaku," kata Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi dalam keterangan tertulis pada Selasa (8/8/2023).

Ibrahim menyoroti komentar The Fed tentang pandangan beragam pada kenaikan di masa depan Komentar terbaru dari pejabat menawarkan pandangan yang berbeda tentang kenaikan suku bunga di masa depan oleh bank sentral.

Gubernur Fed Michelle Bowman pun mensinyalkan kemungkinan lebih banyak kenaikan suku bunga untuk mendorong inflasi lebih dekat ke kisaran target tahunan The Fed.

Di sisi lain, Presiden The Fed New York John Williams mengatakan bahwa dia yakin ekonomi AS bergerak ke lingkungan yang tidak terlalu inflasi, dan bahwa Fed hampir mencapai tingkat suku bunga puncak selama siklus ini. Komentar pejabat The Fed datang menjelang data inflasi IHK yang akan dirilis pada hari Kamis besok, yang dapat menunjukkan tanda-tanda peningkatan.

"Tanda-tanda inflasi AS yang kaku memberi The Fed lebih banyak ruang kepala untuk terus menaikkan suku bunga," beber Ibrahim.

Sementara itu,China masih melihat impor dan ekspornya menurun jauh lebih cepat dari yang diharapkan pada bulan Juli, dengan impor turun 12,4 persen dari tahun sebelumnya sementara ekspor berkontraksi 14,5 persen.

Adapun tanda dari pemulihan ekonomi negara yang goyah, sehingga bank sentral China perlu langkah-langkah stimulus lebih lanjut dari Beijing.

Rupiah kembali ditutup melemah 32 point dalam penutupan pasar sore ini, walaupun sebelumnya sempat melemah 55 point di level Rp 15.217 dari penutupan sebelumnya di level Rp 15.185.

"Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup melemah direntang Rp 15.190 - Rp 15.260," papar Ibrahim.

 

Ketegangan Polandia dan Belarusia

Rupiah Menguat di Level Rp14.264 per Dolar AS
Pekerja menunjukan mata uang Rupiah dan Dolar AS di Jakarta, Rabu (19/6/2019). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sore ini Rabu (19/6) ditutup menguat sebesar Rp 14.269 per dolar AS atau menguat 56,0 poin (0,39 persen) dari penutupan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar )

Ketegangan antara Polandia dan Belarusia semakin memanas menyusul insiden pelanggaran ruang udara oleh dua helikopter dari Belarusia serta tentara bayaran Wagner semakin dekat ke perbatasan.

Ibrahim menyoroti, hal ini dikhawatirkan akan memancing tensi geopolitik yang dapat mempengaruhi pemulihan ekonomi global khususnya di eropa. Apalagi perang antara Rusia – Ukraina tidak akan segera mereda atau bahkan semakin berlarut-larut.

"Dengan ketegangan tersebut, akan mengganggu rantai pasok global di sektor pangan khususnya gandum yang bukan hanya berdampak di negara maju di Eropa, tapi juga Indonesia. Karena beberapa negara di Kawasan tersebut merupakan eksportir bahan pangan tepung dan gandum," katanya.

Namun dia menyebut, dampak langsung dari tensi ini hanya akan dirasakan oleh negara maju khususnya di Eropa, karena adanya disrupsi rantai pasok pangan yang bisa memicu kenaikan inflasi.

"Sehingga, penurunan suku bunga di Eropa yang diharapkan menurun pada awal 2024 kemungkinan tidak akan terjadi," sebutnya.

 

Pemerintah Harus Antisipasi

Dia melihat, Indonesia tidak akan terkena dampak langsung dari memanasnya Polandia dan tentara bayaran Wagner. Dimana Indonesia relatif terisolasi dengan apapun yang terjadi di benua Eropa, karena hubungan bisnis yang tidak besar.

"Namun, Pemerintah Indonesia diminta terus waspada dan terus memperkuat fundamental ekonominya untuk mengantisipasi tekanan dari eksternal yang masih diselimuti ketidakpastian," jelas Ibrahim.

Ibrahim menyarankan, penting bagi pemerintah, untuk memperkuat fundamental ekonomi ,sehingga kalau ada tekanan atau shock dari eksternal karena perang atau apapun fundamental, maka penting bagi indonesia memperkuat dirinya sendiri, salah satunya yaitu dengan mengoptimalkan potensi Sumber Daya Alam dalam negeri dengan hilirisasi.

"Jadi lebih baik indonesia memperkuat dirinya sendiri dengan mengoptimalkan potensi SDA dalam negerinya salah satu solusinya yaitu hilirisasi, atau lebih suka menyebutnya industrialisasi. Baik itu pertambangan, kelautan, perikanan maupun sektor pertanian," pungkasnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya