Liputan6.com, Jakarta - Presiden Joko Widodo (Jokowi) memamerkan kesuksesan Indonesia dalam menurunkan angka stunting dan kepedulian sosial lainnya dalam Pidato Kenegaraan dalam rangka memperingati Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 2023. Menurutnya, ini jadi upaya untuk memanfaatkan posisi daya tawar Indonesia di mata internasional.
Jokowi menyebut, salah satu yang perlu dipersiapkan untuk menguatkan posisi Indonesia di mata internasional adalah kualitas sumber daya manusia (SDM). Untuk itu, aspek penurunan angka stunting hingga penguatan kemampuan jadi kunci bagi Indonesia.
"Kita telah berhasil menurunkan angka stunting menjadi 21,6 persen di 2022, dari angka sebelumnya 37 persen. menaikkan Indeks Pembangunan Manusia menjadi 72,9 di 2022, menaikkan Indeks Pemberdayaan Gender menjadi 76,5 di tahun 2022," urainya dalam Pidato Kenegaraan dalam Sidang Tahunan MPR RI, DPR RI, dan DPD RI, di Jakarta, Rabu (16/8/2023).
Advertisement
Tak cuma itu, guna menopang aspek sosial, Jokowi rela negara menggelontorkan ribuan triliun. Termasuk juga didalamnya untuk menguatkan kemampuan atau skill dari SDM di Indonesia.
"Menyiapkan anggaran perlindungan sosial total sebesar, kalau dijumlah dari 2015 sampai 2023 sebesar Rp 3.212 T. Termasuk didalamnya Kartu Indonesia Sehat (KIS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), KIP Kuliah, PKH, Kartu Sembako serta perlindungan kepada lansia, penyandang disabilitas dan kelompok-kelompok rentan lainnya," urainya.
"Serta re-skilling dan up-skilling tenaga kerja melalui Balai Latihan Kerja dan Program Kartu Pra-Kerja," sambung Kepala Negara.
Jokowi membidik, ini bisa menjadi modal untuk memanfaatkan posisi Indonesia yang tengah diperhitungkan oleh banyak negara. Mengingat lagi, Indonesia masih dalam 6 negara di Asia yang memiliki pengaruh diplomatik yang kuat.
Pentingnya Kepercayaan Internasional
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeberkan bukti menohok usai dipandang sebelah mata soal kepercayaan internasional kepada Indonesia. Menurutnya, kepercayaan internasional bisa membawa dampak positif ke Indonesia.
Salah satu hal yang jadi catatannya adalah upaya kerja sama antar negara yang kerap dilakukan. Dengan international trust yang tinggi, Indonesia punya nilai lebih yang bisa dipertimbangkan dalam bernegosiasi.
"Dengan international trust yang tinggi. Kredibilitas kita akan lebih diakui, kedaulatan kita akan lebih dihormati. Suara Indonesia akan lebih didengar sehingga memudahkan kita dalam setiap bernegosiasi," ujar dia dalam Pidato Kenegaraan Presiden RI di Sidang Tahunan MPR RI, DPR RI, dan DPD RI, Jakarta, Rabu (16/8/2023).
Jokowi tak menampik kalau penilaian atas kepercayaan internasional ke Indonesia pernah dipandang sebelah mata oleh sejumlah pihak. Namun, lagi-lagi dia tak gentar akan hal itu.
Menurutnya, bermodalkan kepercayaan itu, Indonesia bisa mengambil peluang. Kepala Negara menegaskan, peluang itu bahkan bisa saja tak datang dua kali.
"Peluang tersebut harus mampu kita manfaatkan. Rugi besar kita jika melewatkan kesempatan ini karena tidak semua negara memilikinya dan belum tentu akan kembali memilikinya," tegasnya.
Advertisement
Diremehkan
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap masih banyak orang yang memandang remeh posisi Indonesia di mata internasional. Dalam pidato kenegaraannya, Jokowi menegaskan Indonesia sudah semakin diperhitungkan posisinya.
Mengacu pada studi oleh lembaga asal Australia, Jokowi menegaskan kalau pengaruh diplomatik Indonesia terus meningkat tajam. Ini jadi tanda kalau posisi diplomatik Indonesia patut jadi sorotan dunia.
"Lembaga think-tank Australia Lowy Institute menyebut Indonesia sebagai middle power in Asia dengan diplomatic influence Yang terus meningkat tajam dan Indonesia termasuk 1 dari 6 negara Asia yang mengalami kenaikan comprehensive power," ungkapnya dalam Pidato Kenegaraan di Sidang Tahunan MPR RI, DPR RI, dan DPD RI, di Jakarta, Rabu (16/8/2023).
"Tapi kemudian ada yang bilang memang 'kenapa dengan international trust yang tinggi? Rakyat-kan makannya nasi, international trust enggak bisa dimakan'," sambungnya.
Dia pun mengamini adanya anggapan tersebut. Meski begitu, tanggapan-tanggapan bernada meremehkan itu menurutnya hanya menghabiskan energi.
"Ya memang enggak bisa. Sama seperti jalan tol, enggak bisa dimakan, ya memang. Nah ini, ini contoh menghabiskan energi untuk hal tidak produktif itu, ya begini," ujar dia.
Jokowi pun kembali menanggapi dengan santai terkait munculnya respons tersebut. Menurut dia, itu bisa jadi bagian untuk memberikan corak dalam bernegara dan berdemokrasi.
"Tapi enggak apa saya malah senang. Memang harus ada yang begini-begini, supaya lebih berwarna, supaya tidak monoton," kata dia.