Liputan6.com, Jakarta PT Pertamina (Persero) menandatangani Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan Guma Africa Group Limited untuk aliansi strategis proyek-proyek potensial di bisnis hulu hingga hilir migas di Afrika. Termasuki potensi panas bumi atau geothermal.
Total potensi investasi Pertamina pada kerjasama tersebut diperkirakan mencapai USD 2,6 miliar, atau setara Rp 40 triliun. Kerjasama ini diantaranya akan dilakukan di Kenya, Tanzania, Mozambik, dan Afrika Selatan.
Baca Juga
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, penandatanganan ini memperkuat kolaborasi antara Indonesia dengan Afrika, yang sebelumnya juga telah dilakukan perjanjian antara pemerintah (Government-to-Government/G-to-G), pada kunjungan Presiden Joko Widodo (Jokowi) ke Afrika beberapa waktu lalu.
Advertisement
“Kami sangat mengapresiasi pemerintah, sehingga Pertamina dapat memiliki track record yang baik selama kurun waktu 5-10 tahun ini. Kami berharap, bisa menerapkan kompetensi dan pengalaman yang dimiliki Pertamina di Indonesia untuk diaplikasikan di Afrika," ujar Nicke dalam keterangan tertulis, Jumat (29/9/2023).
Nicke menambahkan, melalui penandatangan ini kedua pihak mampu memaksimalkan kesempatan bagi kedua negara, untuk mencapai pertumbuhan ekonomi dan ketahanan energi baik di Indonesia maupun di Afrika.
"Menjadi harapan bersama bahwa kerjasama ini dapat membawa manfaat bagi semua pihak, khususnya bagi Pertamina dan negara Indonesia. Karena kita memiliki semangat bring the barrels home, artinya ekspansi Pertamina di luar negeri harus membawa manfaat bagi Indonesia," imbuhnya.
Bisnis Pertamina
Menurut dia, Afrika merupakan bisnis yang dibutuhkan oleh Pertamina. Selain untuk go global, juga menambah produksi dan peran dalam energi transisi.
"Spirit bring the barrel home, footprint Pertamina di sektor hulu untuk meningkatkan produksi, agar bisa diolah di kilang milik Pertamina di dalam negeri, untuk meningkatkan ketahanan energi nasional kita,” tambahnya.
Executive Chairman Guma Africa Group Limited Robert Gumede mengungkapkan, penandatanganan menjadi momentum yang baik. Pertamina akan membantu Afrika dalam hal eksplorasi, pengolahan dan melakukan impor produk sumber daya alam, dengan prinsip cost effectiveness dan efisiensi.
"Apa yang sudah Pertamina ajarkan, akan kami lakukan di negara-negara Afrika dimana kami juga memiliki sumber migas dan energi baru terbarukan. Kami sangat senang dengan kerjasama ini karena merupakan kerjasama yang saling menguntungkan," kata Gumede.
Advertisement
Produksi Minyak dan Gas PHE Tumbuh 1,45% dalam 3 Tahun
Produksi minyak dan gas bumi domestik PT Pertamina Hulu Energi (PHE) selaku Subholding Upstream Pertamina, mengalami peningkatan selama periode beberapa tahun terakhir.
Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir sejak tahun 2020 hingga tahun 2023 pertumbuhan produksi migas domestik mengalami peningkatan sebesar 1,45%. Peningkatan tersebut dicapai melalui strategi antara lain optimasi produksi dalam pengelolaan wilayah kerja eksisting, yang dioperasikan sendiri (own operation) maupun dikerjasamakan dengan mitra (partnership), serta kegiatan akuisisi.
Hingga Agustus 2023, PHE mencatat total produksi YTD (year to date) sebesar 1,04 MMBOEPD (juta barel minyak ekuivalen per hari) yang merupakan gabungan dari 570 MBOPD (ribu barel minyak per hari) serta 2.760 MMSCFD (juta kaki kubik gas per hari).
Hal ini dihasilkan dari penyelesaian pengeboran 502 sumur pengembangan, 511 work over (kerja ulang pindah lapisan), dan 21.764 well service well intervention (reparasi dan intervensi sumur).
Direktur Pengembangan dan Produksi PHE, Awang Lazuardi, mengungkapkan bahwa pencapaian tersebut bukan hal yang mudah karena dalam industri hulu migas saat ini, terdapat beberapa tantangan yang dihadapi.
“Salah satunya adalah kondisi lapangan yang sudah mature di sebagian besar wilayah sehingga membutuhkan strategi untuk pengelolaannya. PHE menjalankan tiga strategi utama yaitu mengelola baseline produksi, meningkatkan production growth melalui rencana kerja dan merger & acquisition serta meningkatkan reserve & resource growth dengan selalu mengedepankan aspek Environment, Social, Governance (ESG),” terang Awang.
Lebih lanjut Awang menjelaskan bahwa salah satu strategi fundamental yang selama ini telah berjalan adalah kemitraan yang merupakan implementasi sinergi dengan berbagai macam mekanisme.
Mekanisme Kemitraan
Mekanisme kemitraan yang pertama adalah sharing Participating Interest (PI) di suatu wilayah kerja migas dengan mitra strategis dari sisi finansial dan teknologi.
Salah satu penerapan mekanismenya adalah Wilayah Kerja Offshore Southeast Sumatera (OSES) dimana 10% PI dikelola oleh Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) serta kepemilikan PI dengan mitra lainnya seperti pengelolaan Blok Cepu bersama Exxon Mobil Cepu Ltd. (EMCL), dan Ampolex Pte Ltd.
Mekanisme kedua adalah Kerja Sama Operasi (KSO), yang sekarang dikenal dengan New KSO. Sampai saat ini ada 25 KSO dimana sudah ada 3 KSO yang dikonversi menjadi New KSO sedangkan ada 14 KSO Eksiting yang sedang proses konversi menjadi New KSO. Kontribusi KSO pada produksi per Agustus 2023 adalah 2.422 BOPD (barel minyak per hari) dan 9,58 MMSCFD (juta kaki kubik gas per hari).
Mekanisme ketiga adalah Joint Operating Body (JOB). Saat ini terdapat dua JOB yang dikelola yaitu JOB Simenggaris serta JOB Medco-Tomori.
Selain itu terdapat mekanisme pengelolaan sumur tua dengan landasan Peraturan Menteri ESDM No 01 Tahun 2008 tentang Pedoman Pengusahaan Pertambangan Minyak Bumi pada Sumur Tua.
Mekanisme selanjutnya untuk Implementasi pengelolaan sumur idle adalah dengan konsep kemitraan (Kerjasama bisnis) akan mulai diterapkan di Pertamina EP dan Pertamina Hulu Rokan.
Advertisement