Gandeng Vietnam, Indonesia Bidik Jadi Rantai Pasok Lobster Dunia

Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memastikan kerja sama pengembangan budidaya lobster dengan Vietnam untuk kepentingan nasional. Langkah ini sebagai upaya menjadikan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasok (supply chain) perikanan dunia.

oleh Septian Deny diperbarui 11 Jan 2024, 09:00 WIB
Diterbitkan 11 Jan 2024, 09:00 WIB
Sakti Wahyu Trenggono soal Ekspor Pasir Laut
Trenggono bilang nantinya akan ada aturan turunan berupa Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan (PermenKP) sebagai turunan dari PP 26 Tahun 2023. Di dalam aturan tersebut akan diatur pembentukan Tim Kajian yang terdiri dari KKP, Kementerian ESDM, KLHK, hingga LSM lingkungan seperti Walhi hingga Greenpeace. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

 

Liputan6.com, Jakarta Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono memastikan kerja sama pengembangan budidaya lobster dengan Vietnam untuk kepentingan nasional. Langkah ini sebagai upaya menjadikan Indonesia sebagai bagian dari rantai pasok (supply chain) perikanan dunia.

"Kita harus belajar. Sebagai negara tetangga, saya katakan kita harus bisa menjadi bagian dari global supply chain kalau misalnya Indonesia-Vietnam nyatu. Vietnam hebat, tarif masuk (produk perikanan) ke Eropa 0 persen, nilai ekspornya di atas USD 10 miliar. Kita masih belum. Ini kalau kita bersama-sama, barengan, saya katakan sama Vietnam, kita akan jadi jagoan di kawasan," ujar Menteri Trenggono dikutip Kamis (11/1/2024).

Trenggono malam ini bertolak ke Vietnam mendampingi Presiden Joko Widodo. Kunjungan ke Vietnam salah satunya terkait kerja sama perikanan termasuk soal pengembangan budidaya lobster di Indonesia.

Menteri Trenggono memaparkan, KKP dengan Kementerian Pertanian dan Pembangunan Pedesaan Vietnam sebelumnya telah menandatangani kerja sama perikanan tahun lalu. Sehingga dengan kunjungan kenegaraan ini, realisasi dari kerja sama tersebut bisa segera dilakukan.

"Malam ini saya pergi ke sana mendampingi Bapak Presiden, pertama kerja sama soal sektor perikanan. Jadi umum. Terus kemudian yang kedua salah satunya untuk melanjutkan, jadi mempercepatlah karena MoU-nya sudah ditandatangani. Jadi kita tinggal peresmian daripada penandatangan MoU sektor perikanan itu. Lobster, BBL salah satunya ada di dalam perjanjian itu," papar Menteri Trenggono.

Kerja Sama dengan Vietnam

Trenggono melanjutkan, kerja sama dengan Vietnam akan mendorong tumbuhnya hilirisasi sektor perikanan di Indonesia, termasuk untuk komoditas lobster. Di samping itu, akan terjadi transfer teknologi dan etos kerja yang dapat meningkatkan kemampuan para pembudidaya lobster di dalam negeri.

Diakuinya, yang menjadi kendala pengembangan budidaya lobster di Indonesia selama ini di antaranya persoalan pakan hingga teknologi budidaya yang masih sangat tradisional. Dengan kerjasama ini, dia optimis persoalan tersebut bisa tersolusikan, dan benih bening lobster (BBL) tidak lagi menjadi komoditas penyelundupan yang berujung kerugian negara.

"Kalau kita barengan, kita bisa dapat transfer etos kerja yang baik. Rasanya kita bisa di situ," pungkasnya.

Nilai Ekspor Perikanan Tak Capai Target di 2023, Ini Penyebabnya

Semester I 2018, Ekspor Perikanan Alami Peningkatan
Nelayan memindahkan ikan laut hasil tangkapan di Pelabuhan Muara Angke, Jakarta, Kamis (26/10). Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menyatakan hasil ekspor perikanan Indonesia menunjukkan peningkatan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan (MenKP) Sakti Wahyu Trenggono mengakui bahwa capaian nilai ekspor produk perikanan Indonesia belum mencapai target di 2023 lalu. 

KKP mencatat, realisasi nilai ekspor produk perikanan hanya menyentuh angka USD 5,6 miliar di tahun 2023, kurang dari target USD 6,7 miliar.

"Memang belum tercapai, kendalanya banyak,” ujar Menteri KKP Sakti Wahyu Trenggono dalam konferensi pers di kantor KKP, Jakarta Pusat pada Rabu (10/1/2024).

Trenggono melihat, perikanan di Indonesia masih menghadapi sejumlah tantangan untuk memasuki standar ekspor, meski pun adanya produk yang melimpah, dan budidaya perikanan yang juga memadai. 

"Penangkapannya sudah harus baik melalui implementasi PIT (penangkapan ikan terukur) salah satu menuju arah lebih baik," jelasnya.

Sementara untuk tahun 2024, nilai ekspor hasil perikanan ditargetkan USD 7,20 miliar.

Selain itu, KKP juga menargetkan produksi perikanan mencapai 30,85 juta ton, dan PDB perikanan tumbuh di kisaran 5-6 persen. 

Pada 2023 lalu, PDB perikanan mencapai 6,78 persen sampai dengan kuartal III, serta PNBP kelautan dan perikanan mencapai Rp. 1,69 triliun.

Nilai Tukar Nelayan ditargetkan 108 dan Nilai Tukar Pembudidaya Ikan ditargetkan 105.

“Kemudian untuk produksi garam di targetkan 2 juta ton, angka konsumsi ikan ditargetkan 59 Kg per kap per tahun, luas kawasan konservasi laut ditargetkan mencapai 29,30 juta Ha, penyelesaian penataan ruang laut dan zonasi pesisir di 21 kawasan,” beber Trenggono. 

Menteri Trengono Bidik Ekspor Ikan Indonesia Tembus Rp 112 Triliun Tahun Ini

KKP Dorong Ekspor Hasil Tangkap Ikan Nelayan Tradisional
Nelayan menurunkan ikan hasil tangkapan laut di Muara Baru, Jakarta, Kamis (29/3). Untuk mendorong ekspor komoditas perikanan KKP akan memberikan bantuan alat penangkapan ikan yang ramah lingkungan. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menargetkan nilai ekspor hasil perikanan sebesar USD 7,20 miliar atau setara Rp 112, triliun untuk tahun 2024 ini.

Angka target ekspor ikan tersebut naik dari realisasi ekspor produk perikanan yang tercatat hingga November 2023, yang mencapai di kisaran USD 5,6 miliar atau Rp 87,25 triliun.

“USD 7,20 miliar masih relevan, bisa dikejar (untuk 2024)," kata Menteri KP Sakti Wahyu Trenggono dalam konferensi pers di kantor KKP, Jakarta pada Rabu (10/1/2023).

Trenggono lebih lanjut mengatakan, Produk Domestik Bruto (PDB) perikanan ditargetkan tumbuh di angka 5-6 persen tahun ini. Terhitung pada kuartal III/2023 PDB perikanan berhasil menembus 6,78 persen.

Sementara untuk produksi perikanan di tahun ini ditargetkan mencapai 30,85 juta ton, lebih tinggi dari realisasi tahun sebelumnya sebesar 24,74 juta ton.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya