Harga Beras Mahal, Warga Lebak Pilih Makan Singkong dan Konsumsi Nasi Sekali Sehari

Kenaikan harga beras di Kabupaten Lebak, Banten, membuat omzet pedagang singkong di daerah tersebut melonjak dua kali lipat.

oleh Arthur Gideon diperbarui 07 Mar 2024, 14:20 WIB
Diterbitkan 07 Mar 2024, 14:20 WIB
Asal-usul Singkong Dianggap Makanan Kelas 2 di Zaman Penjajahan Belanda
Titi (50), seorang ibu rumah tangga di Rangkasbitung, memilih mengkonsumsi singkong sebagai makanan alternatif akibat kenaikan harga beras. (dok. Loren Biser/Unsplash.com)

Liputan6.com, Jakarta - Omzet pedagang singkong di Kabupaten Lebak, Banten, meningkat hingga dua kali lipat seiring dengan kenaikan harga beras di pasaran. Konsumsi karbohidrat warga Lebak sebagian berpindah dari beras ke singkong. 

Suhari (55), pedagang singkong di Pasar Subuh Rangkasbitung, mengungkapkan bahwa pendapatannya sekarang mencapai Rp 5 juta per hari, naik dari sebelumnya Rp 2,5 juta per hari. Untuk mencapai omzet tersebut, Suhari harus menjual 1 ton singkong dengan harga Rp 5.000 per kilogram(kg), sedangkan sebelumnya hanya bis amenjual 500 kg.

"Pendapatan kami sekarang bisa Rp 5 juta dari sebelumnya Rp 2,5 juta per hari," kata Suhari dikutip dari Antara, Kamis (7/3/3024).

Peningkatan pendapatan ini terjadi setelah harga beras medium di pasaran melonjak di atas Rp 14.000 per kg. Banyak pedagang singkong yang membeli singkong dari masyarakat dengan penghasilan rendah.

Sarman (45), pedagang singkong lainnya, juga mengalami peningkatan pendapatan sebesar 100 persen. Ia kini bisa menghasilkan Rp 3 juta per hari dengan menjual 600 kg singkong, naik dari sebelumnya Rp 1,5 juta per hari.

Titi (50), seorang ibu rumah tangga di Rangkasbitung, memilih mengkonsumsi singkong sebagai makanan alternatif akibat kenaikan harga beras.

Ia mengatakan bahwa keluarganya mengkonsumsi singkong sebagai makanan utama pada pagi dan siang hari, sementara nasi hanya dikonsumsi pada sore hari. Titi juga menyebut suaminya sebagai buruh serabutan.

"Pagi dan siang hari kami mengkonsumsi singkong yang kami olah menjadi getuk. Baru sore hari kami makan nasi," kata Titi.

 

Olahan Singkong

Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lebak membenarkan bahwa saat ini banyak masyarakat yang beralih mengkonsumsi singkong akibat kenaikan harga beras. Benu Dwiyana, Kepala Bidang Distribusi dan Sumberdaya Pangan, menyatakan bahwa masyarakat Lebak sudah mampu mengolah singkong menjadi makanan yang lezat dan nikmat, seperti bolu dan roti dengan berbagai varian rasa.

Dinas Ketahanan Pangan terus memberikan pelatihan kepada masyarakat agar mampu memproduksi singkong menjadi makanan yang dapat menggantikan beras sebagai makanan pokok.

Berdasarkan pantauan, terlihat bahwa pedagang singkong di Kabupaten Lebak banyak ditemui di pasar tradisional, kios pengecer di tepi jalan raya, pemukiman, dan pedagang keliling. Harga singkong berkisar antara Rp 5.000 hingga Rp 7.000 per kg.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya