Ibarat Sedia Payung Sebelum Hujan, Ini Pentingnya Siapkan Asuransi

Selain menabung dan investasi, salah satu kegiatan yang tak boleh dikesampingkan saat mengatur keuangan yaitu memiliki asuransi.

oleh Muhammad Jibril Razky Kamal diperbarui 31 Mar 2024, 03:00 WIB
Diterbitkan 31 Mar 2024, 03:00 WIB
Ibarat Sedia Payung Sebelum Hujan, Ini Pentingnya Siapkan Asuransi
Semua aspek dalam menjalani kehidupan selalu memiliki risiko yang memiliki keragaman tingkat konsekuensinya, mulai dari rendah hingga tinggi, termasuk saat sedang bekerja. (Foto: Divina Aulia)

Liputan6.com, Jakarta - Semua aspek dalam menjalani kehidupan selalu memiliki risiko yang memiliki keragaman tingkat konsekuensinya, mulai dari rendah hingga tinggi, termasuk saat sedang bekerja.

Risiko seperti kecelakaan membayangi setiap pekerja dari saat berangkat ke tempat bekerja hingga saat berangkat pulang ke rumah. Tidak hanya itu, risiko seperti terkena penyakit juga membayangi para pekerja, terutama yang memiliki jadwal dan lingkungan kerja yang kurang sehat bagi tubuh. 

Hal ini tentu saja akan memberatkan jika risiko tersebut terjadi karena akan menghalangi kemampuan seseorang dalam menjalankan pekerjaannya dengan baik. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia atau AAJI dalam artikelnya yang dikutip Jumat, 29 Maret 2024 menjabarkan risiko jika menunda-nunda untuk memiliki asuransi:

Premi Meningkat

Premi yang semakin meningkat mengikuti tumbuhnya usiaJumlah premi per bulannya ditentukan dari kondisi tubuh, usia, dan coverage manfaat yang didapatkan. Semakin tua seseorang, premi akan menjadi semakin mahal karena asuransi akan menilai orang tersebut lebih rentan terkena penyakit.

Oleh karena itu, mendaftar asuransi saat usia masih muda menjadi langkah yang baik untuk dilakukan karena premi pada saat itu masih rendah meskipun seiring waktu akan meningkat mengikuti meningkatnya inflasi dan manfaat yang akan diterima.

Masa Tua Jadi Tak Terjamin

Asuransi dapat menjadi bagian dari dana tua ketika seseorang sudah pensiun dan tidak bekerja lagi. Dengan adanya asuransi, seseorang dapat terproteksi keuangannya meskipun sudah tidak bekerja lagi. 

Risiko dan Tips Memilih Asuransi

Indonesia Financial Group (IFG), Holding BUMN Asuransi, Penjaminan, dan Investasi. (Dok IFG)
Indonesia Financial Group (IFG), Holding BUMN Asuransi, Penjaminan, dan Investasi. (Dok IFG)

Keuangan Jadi Tidak Terkelola 

Banyak di antara pekerja yang memprioritaskan tabungan dan investasi mereka tanpa memikirkan risiko pekerjaan mereka. Apabila tidak memiliki asuransi saat mengalami kecelakaan atau menderita penyakit dalam, hasil tabungan dan investasi mereka dapat habis hanya untuk menjadi biaya pengobatan.

Memiliki asuransi dapat membuat seseorang tetap mendapatkan perawatan optimal tanpa harus menguras tabungan atau hasil investasi

Membuka Risiko Terjebak Utang Besar

Ada masa di mana seseorang mengalami kecelakaan yang menghilangkan kemampuan seseorang untuk bekerja atau meninggal yang akan menghentikan sumber penghasilan keluarganya. Apabila seseorang tidak memiliki asuransi, maka akan terjadi kondisi dimana peminjaman uang akan sering dilakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya hingga titik dimana hutang peminjaman menjadi menumpuk bahkan menyebabkan kebangkrutan. 

Dalam acara yang bertajuk “Financial Literacy Bersama FWD” yang diadakan di Kantor KLY, Gondangdia, Jakarta Pusat, Kamis, 28 Maret 2024, Head of Agency training FWD Insurance, Indrawati Kawihardja membeberkan kesalahan yang sering dilakukan oleh pekerja adalah terlalu fokus pada investasi dan tabungan tanpa peduli dengan proteksi atau asuransi. 

"Jangan kita punya tabungan duluan, jangan punya investasi kayak crypto atau saham duluan tetapi belum ada asuransi. Kalau menurut ahli financial planning, itu adalah kesalahan” ucapnya. 

Indrawati melanjutkan dalam memilih asuransi, pilihlah asuransi yang kredibel dan dapat dipercaya. Dalam melihat kredibilitas perusahaan asuransi, ia menyarankan untuk mempelajari profilnya, kinerja pelayanannya, serta performa keuangannya. Indrawati juga mengingatkan untuk jangan sampai memilih asuransi bodong yang hanya akan merugikan diri sendiri. 

“Yang paling penting pilihlah asuransi yang kredibel, usahanya jelas. Jangan nanti hari ini ada besoknya nggak ada. Lihat profilnya, lihat kinerjanya, dan performa keuangannya” ujar dia.

Strategi Kelola Uang dengan Bijak dan Bebas Utang Konsumtif

Ilustrasi atur keuangan (Foto: Unsplash Towfiqu Barbhuiya)
Ilustrasi atur keuangan (Foto: Unsplash Towfiqu Barbhuiya)

Sebelumnya diberitakan, kelola keuangan yang cerdas adalah kunci untuk mencapai stabilitas keuangan dan kebebasan finansial. Namun, seringkali kita mengalami kebocoran dalam mengelola uang, terutama dalam pengeluaran sehari-hari dan pengelolaan utang. 

Salah satu pendekatan yang efektif adalah dengan menerapkan prinsip saving (menabung) , sharing (berbagi), dan spending (pengeluaran). Prinsip saving mengajarkan seseorang untuk menyisihkan sebagian dari pendapatan untuk masa depan. 

Prinsip spending mengajarkan cara menggunakan sisa pendapatan dengan bijak. Sedangkan prinsip sharing mengajarkan kita pentingnya berbagi dengan mereka yang membutuhkan. 

Namun, meskipun sudah menerapkan prinsip dasar tersebut terkadang kita masih saja mengalami kebocoran finansial.

Menurut Head of Agency training FWD Insurance, Indrawati Kawihardja seringkali pengeluaran yang tidak terencana terjadi karena kebiasaan belanja yang kurang terkontrol.

Misalnya, membeli makanan di luar, menggunakan layanan pesan antar, atau tergoda untuk berbelanja online yang dapat menimbulkan biaya tambahan antara lain ongkir, pajak, dan biaya penanganan lainnya.

Maka kenali sumber kebocoran pengeluaran ini dan pertimbangkan untuk mengurangi atau menghindarinya jika memungkinkan sehingga kita bisa mengurangi kemungkinan utang.

 

Tips Jaga Keseimbangan Keuangan

Ilustrasi atur keuangan (Foto: Unsplash/Yuri Krupenin)
Ilustrasi atur keuangan (Foto: Unsplash/Yuri Krupenin)

Batasi Penggunaan Aplikasi E-commerce

Semakin banyak aplikasi e-commerce yang Anda miliki, semakin besar kemungkinan untuk tergoda melakukan pembelian yang tidak terencana. Batasi diri Anda hanya menggunakan satu atau dua aplikasi e-commerce yang penting bagi Anda. Ini akan membantu mengurangi frekuensi pembelian impulsif dan membentuk behavior spending yang lebih terkendali.

"Jangan terlalu banyak memiliki aplikasi e-commerce cukup 1 atau 2 yang penting saja karena semakin banyak akan membentuk behavior belanja virtual kita," ujar dia.

indrawati juga mengatakan behavior spending atau pembelanjaan uang yang masuk tebentuk dari lingkungan fisik dan virtual

Lingkungan membentuk behavior spending seseorang. Pengeluaran yang tidak terencana seringkali dipicu oleh lingkungan sekitar kita. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering terpapar pada berbagai stimulus yang mempengaruhi keputusan belanja kita. 

 

Hindari Kebiasaan Belanja yang Tak Terkontrol

Ilustrasi mengatur keuangan
Ilustrasi mengatur keuangan. (Image by wirestock on Freepik)

Behavior spending, atau kebiasaan berbelanja yang tidak terkontrol, dapat dipengaruhi oleh lingkungan fisik maupun virtual. Hindari dorongan untuk terlihat keren atau memiliki barang-barang terbaru hanya demi gengsi. Fokuslah pada kebutuhan yang lebih penting daripada keinginan yang sekunder.

Terapkan Pola Pengeluaran dan Penyimpanan Keuangan yang Tepat

Gunakan pola pengeluaran dan penyimpanan keuangan yang sesuai dengan prinsip pos pos keuangan.

"Sisihkan income sebesar 10% untuk digunakan sebagai protecting keuangan seperti asuransi, lalu 10% untuk menabung, 10% untuk investasi, 10%untuk berbagi, dan 60% untuk kebutuhan sehari hari," tutur dia.

Pahami Perbedaan Antara Utang Produktif dan Konsumtif

Indrawati menuturkan, utang dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu utang produktif dan konsumtif. Utang produktif adalah hutang yang digunakan untuk investasi atau untuk mendapatkan penghasilan lebih lanjut

"Seperti misalkan saya membeli sepeda tapi sepeda itu saya gunakan untuk ojek online sehingga bisa menghasilkan penghasilan untuk membayar hutang tersebut dan ini termasuk utang produktif," ujar dia.

Kelola Utang

Sedangkan utang konsumtif adalah hutang yang digunakan untuk membeli barang-barang yang tidak meningkatkan nilai atau penghasilan 

"berbeda jika saya sudah memiliki kendaraan motor tetapi saya membeli motor lagi untuk dijadikan koleksi menggunakan dana hutang, maka hal ini termasuk Hutang Konsumtif" Tambahnya 

Kelola Hutang dengan BijakPahami batas maksimal utang produktif yang sebaiknya tidak melebihi 30% dari total pendapatan Anda. Bayarlah utang secara teratur sesuai dengan rencana pembayaran yang telah Anda susun.

Jika memungkinkan, gunakan metode pembayaran utang otomatis atau auto debet untuk membayar utang secara tepat waktu dan menghindari keterlambatan pembayaran dengan pemotongan gaji. 

Hati-hati juga dengan iklan pinjaman online (pinjol) menggiurkan yang sering muncul di beranda platform internet sehingga kita terhidar dari penawaran penawaran ber hutang online 

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya