Liputan6.com, Jakarta - Analis optimistis harga emas berpotensi menguat pada pekan ini. Hal ini berbeda dengan investor ritel yang kurang yakin harga emas naik.
Berdasarkan survei mingguan Kitco, dikutip Senin (29/4/2024), 10 analis turut berpartisipasi. Dari survei itu, tujuh analis atau mewakiliki 70 persen melihat harga emas akan naik pekan ini. Namun, dua analis yang wakili 20 persen melihat harga emas berpotensi sideways. Sedangkan satu analis atau mewakili 10 persen prediksi harga emas akan turun.
Baca Juga
Sedangkan 155 investor yang ikuti polling online Kitco menunjukkan 74 pelaku pasar yang mempresentasikan 48 persen melihat harga emas dunia berpotensi naik. Namun, 46 pelaku pasar atau 30 persen prediksi harga emas akan turun. Sedangkan 35 responden atau 22 persen harga emas akan sideways.
Advertisement
Mengutip Kitco, sejumlah sentimen yang pengaruhi harga emas pekan ini antara lain keputusan kebijakan moneter dari bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) pada Rabu pekan ini.
Selain itu, laporan nonfarm payrolls pada Jumat pekan ini. Namun, pelaku pasar juga akan memperhatikan laporan keyakinan konsumen AS pada Selasa, kemudian laporan pekerjaan non pertanian ADP, PMI manufaktur ISM, lowongan pekerjaan JOLTS, dan klaim pengangguran pada Kamis pekan ini. Dilanjutkan rilis ISM Services PMI pada Jumat pekan ini.
Analis Senior Barchart.com, Darin Newsom percaya harga emas akan turun pada pekan ini. "Ada risiko di sini, tetapi jika kontrak berjangka pada Juni ditutup lebih tinggi pada Jumat dan Senin, itu akan menjadi tiga hari melawan tren penurunan jangka pendek yang dikonfirmasi dengan pergerakan ke level terendah baru dalam empat hari,” ujar dia.
Ia prediksi, dalam jangka pendek, harga emas di kisaran USD 2.268.
Dibayangi Sentimen The Fed
Sementara itu, Senior Market Strategis Forex.com, James Stanley menilai the Fed akan bawa beberapa sinyal dovish sehingga akan membantu harga emas.
"Saya pikir the Fed masih memiliki beberapa elemen yang cenderung dovish, dan saya pikir hal itu akan membuat harga emas tetap bertahan,” ujar dia.
Ia menuturkan, jika harga emas tidak dapat mempertahankan level 2.300 hingga akhir bulan, berpotensi harga menurun dalam jangka pendek lebih besar.
Di sisi lain, Direktur Walsh Trading, Sean Lusk menuturkan, harga emas berpotensi menguat didorong sentimen geopolitik dan inflasi.
Ia mengatakan tidak yakin situasi di Timur Tengah sudah benar-benar mereda. Ia perkirakan ada lebih banyak konflik dalam waktu dekat.
"Anda hanya mendapat sedikit jeda, tetapi menurut saya ini adalah ketenangan sebelum badai. Tindakan yang terjadi dalam beberapa minggu terakhir di sana, hanya saling balas. Tidak ada konsekuensi tapi pasti ada konsekuensinya. Pada akhirnya eneri akan mendorong banyak hal ini,” kata dia.
Advertisement
Data Inflasi Jadi Perhatian
Selain geopolitik, ia menuturkan, inflasi juga menjadi fokus pasar saat ini. "Tidak bisakah kita berargumentasi bahwa produk domestik bruto (PDB), dan yang lebih penting, consumer price index (CPI), producer price index (PPI) merupakan indikator jauh lebih penting dibandingkan pengangguran? Laporan pengangguran hanya survei sederhana tidak ada keakuratannya, makanya ada revisi dan revisinya besar,” ujar dia.
"Saya pikir pasar emas, energi, dan hal lainnya akan mengambil isyarat dari indikator inflasi yang berkaitan dengan pasar obligasi dan tentu saja dolar AS,” ia menambahkan.
Head of Commodity Strategy Saxo Bank, Ole Hansen menuturkan, harga emas akan melemah pekan ini. “Emas membutuhkan waktu untuk pulih, dan saya netral untuk emas pekan ini,” kata dia.
Sementara itu, Analis Kitco, Jim Wyckoff prediksi, harga emas berpotensi naik pekan ini.
Kisaran Harga Emas
Direktur Pelaksana Bannockburn Global Forex, Marc Chandler menuturkan, harga emas akan positif pekan ini. Harga akan berada di level support terdekat USD 2.300.
“Saya pikir harga emas akan tes di posisi USD 2.370. Saya prediksi, tes sebenarnya dari sentimen data pekerjaan Amerika Serikat. The FOMC meeting akan menjadi sentimen awal, tetapi tetap antisipasi nada hawkish. Survei PMI jasa dan usaha kecil memperingatkan risiko penurunan,” ujar dia.
Ia menambahkan, laporan pekerjaan yang mengecewakan dapat menyebabkan dolar AS dan suku bunga turun sehingga angkat logam mulia.
Sedangkan Presiden Adrian Day Asset Management, Adrian Day menilai, aksi beli di seluruh dunia yang meningkat akan mendorong harga emas. “Bank-bank sentral terus menjadi pembeli emas, dalam hal ukuran, meskipun sepanjang tahun ini lajunya agak lebih lambat dibandingkan dua tahun terakhir,” kata dia.
Advertisement