Liputan6.com, Jakarta KKPÂ terus melakukan terobosan-terobosan untuk pengembangan budidaya perikanan di Indonesia. Salah satunya membangun modeling budidaya berkelanjutan untuk komoditas unggulan ekspor, yaitu udang, rumput laut, dan nila salin yang sudah beroperasi saat ini di Kebumen, Wakatobi, dan Karawang.
Selain itu, potensi pengembangan perikanan tuna di Indonesia juga luar biasa. Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Padjadjaran (Unpad) Yudi Nurul Ihsan, mengakui besarnya potensi tuna di Indonesia. Sebarannya di antaranya ada di Laut Banda, selatan Bali, Jawa, barat Sumatera.
Bahkan menurutnya, Indonesia sangat potensial untuk mengembangkan budidaya tuna dan investasi di ranah tersebut harus didukung.
Advertisement
"Kita punya potensi untuk mengembangkan budidaya tuna, khususnya tuna sirip kuning. Sekitar tahun 2010, pemerintah pernah melakukan uji coba di UPT KKP di Gondol, saya kira ini perlu dibangkitkan lagi dan perlu didukung oleh perbankan, dan investasi dari luar juga cukup bagus," ujar Yudi dikutip dari Antara, Kamis (2/5/2025).
"Khusus di tuna, kita punya potensi bahkan untuk menyiapkan indukan tuna sirip kuning. Laut Banda, selatan Bali, Jawa, barat Sumatera utamanya di sana besar sekali potensinya. Kita bisa kembangkan model budidaya dengan keramba jaring apung di laut. Gondol (Bali) saya rasa bisa dijadikan salah satu modeling untuk budidaya ikan tuna sirip kuning, mulai dari indukannya, pemijahannya," pungkas Yudi.
Dibalik hal tersebut, langkah Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menempatkan pembangunan perikanan budidaya berkelanjutan sebagai salah satu program prioritas KKP, dinilai perlu didukung semua pihak.
Â
Â
Â
Perlu Terobosan
Sektor budidaya memerlukan terobosan-terobosan karena akan menjadi masa depan perikanan untuk memenuhi kebutuhan pangan, pertumbuhan ekonomi, maupun sebagai solusi menjaga keberlanjutan ekosistem laut.
"Ide Pak Menteri saya kira perlu didukung tentang upaya untuk budidaya perikanan. Budidaya khususnya mariculture (budidaya di laut) bisa jadi masa depan perikanan karena ke depan tidak bisa lagi menggantungkan dari pemanfaatan sumber daya di alam atau perikanan tangkap, sebab kalau terus dieksploitasi akan mengecil potensi, sementara potensi perikanan budidaya besar sekali," ujar dia.
Menurut data yang dimiliknya, Indonesia memiliki lahan untuk pengembangan budidaya perikanan di laut sekitar 24 juta hektare. Dari angka itu, yang baru dimanfaatkan rata-rata di bawah 5 persen.
Â
Advertisement
Lahan Budidaya Laut
Selain potensi lahan budidaya laut yang besar, komoditas yang bisa dikembangkan juga beragam. Diantaranya lobster, abalone, kerapu, rumput laut, bahkan tuna sirip kuning yang memiliki nilai jual tinggi di pasar domestik maupun global.
Di samping itu, upaya Menteri Trenggono menggandeng negara yang lebih maju teknologi budidaya perikanannya seperti Vietnam dan Jepang dinilai Yudi keputusan tepat untuk mendorong pengembangan budidaya berkelanjutan di Indonesia. Langkah tersebut sudah dibuktikan oleh Vietnam pada tahun 1970an yang berani belajar ke negara yang lebih baik teknologi perikanan budidayanya.
"Saya kira ini perlu kita tiru agar budidaya perikanan tidak jalan di tempat bahkan malah mundur. Ini juga menjadi tantangan buat stakeholder perikanan sehingga upaya Pak Menteri menjadikan budidaya perikanan khusus di laut sebagai program prioritas harus disambut dengan baik. Dukungan pembiayaan melalui perbankan, investasi dari luar juga cukup bagus," pungkasnya.