Liputan6.com, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo optimistis rupiah akan kembali menguat terhadap dolar AS hingga akhir tahun 2024. Pihaknya yakin dalam tempo satu bulan ke depan nilai tukar rupiah akan menguat di kisaran 16.000 per dolar AS dan ke 15.800 per dolar AS.
"Itu terlihat data data di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) di luar negeri Domestic Non Deliverable Forward (DNDF), dalam tempo satu bulan ke depan juga akan terus menguat mengarah kepada Rp 16.000. Kalau BI meyakini bahwa nilai tukar rupiah menguat Rp 16.000 sampai Rp 15.800," kata Perry dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2024, secara daring, Jumat (3/5/2024).
Advertisement
Baca Juga
Optimisme rupiah akan menguat tersebut didukung oleh empat faktor, yakni yang pertama, dengan adanya kenaikan suku bunga BI Rate maupun SRBI maka daya tarik imbal hasil investasi ke Indonesia akan lebih menarik.
Advertisement
"Dengan kenaikan itu kalau kita bandingkan dengan India, perbedaan yield sudah lebih baik dari India sehingga itu menjadi atraktif," ujarnya.
Fakto kedua, yakni para investor sudah mulai masuk kembali ke Indonesia melalui pembelian Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Tercatat pada minggu keempat April, SRBI yang telah masuk mencapai Rp 4,5 triliun.
"Bahkan SBN yang semula outflow itu sudah kembali inflow pada minggu pertama bulan Mei, 3 hari pertama ini totalnya Rp 3,75 triliun," ujarnya.
Selanjutnya, faktor ketiga, adalah prospek ekonomi Indonesia yang baik, dengan daya tahan yang kuat, kemudian inflasinya rendah di dalam kisaran 2,5 plus minus 1 persen.
"Juga disampaikan pak Mahendra (Ketua Dewan OJK) tadi kredit juga terus tumbuh, itu juga prospek-prospek yang baik, dan tentu saja prospek ekonomi menjadi daya tarik inflow," katanya.
Faktor keempat yakni komitmen Bank Indonesia guna menjaga nilai tukar rupiah dengan terus berkoordinasi dengan pemerintah dan KSSK. BI meyakini stabilitas rupiah akan terus menguat ke depannya.
"Kami meyakini stabiltias rupiah akan terus menguat ke depan, dipengaruhi 4 faktor," pungkasnya.
* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Rupiah Menguat Hari Ini, Bisakah Tinggalkan Level 16.000 per Dolar AS?
Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak menguat tinggi pada perdagangan Jumat hari ini. Bisakah rupiah tinggalkan level 16.000 per dolar AS?
Pada pembukaan perdagangan Jumat (3/5/2024), nilai tukar rupiah menguat 108 poin atau 0,67 persen menjadi 16.077 per dolar AS, dari penutupan perdagangan sebelumnya sebesar 16.185 per dolar AS.
Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menjelaskan, rupiah masih bisa menguat di Jumat ini seiring pasar menyambut positif pernyataan Gubernur bank sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell.
“Pasar masih menyambut positif pernyataan Jerome Powell, Gubernur bank sentral AS, pascarapat kebijakan moneter yang mengisyaratkan tidak adanya kenaikan suku bunga acuan AS tahun ini,” kata dia dikutip dari Antara.
Indeks dolar AS juga terlihat menurun pagi ini dari 105,25 menjadi 105,77.
Ariston juga menilai data inflasi Indonesia pada April 2024 yang baru dilaporkan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Kamis 2 Mei 2024 masih terjaga di kisaran target Bank Indonesia (BI), yakni 3,0 persen. Hasil ini dinilai dapat memberikan sentimen positif untuk rupiah.
“Potensi penguatan rupiah ke kisaran 16.100 per dolar AS hari ini, dengan potensi resisten di sekitar 16.200 per dolar AS,” ucapnya.
Untuk malam ini, data Non-Farm Payroll (NFP) dan tenaga kerja lainnya akan dipublikasikan. Jika menguat, lanjutnya, maka dolar AS turut akan menguat.
Advertisement
Data Tenaga Kerja
Sebelumnya, data tenaga kerja AS yang dirilis hari Rabu 1 Mei dan Kamis 2 Mei menunjukkan datanya masih bagus. Misalnya data Automatic Data Processing (ADP) Non Farm Payrolls yang sebesar 192 ribu dari prediksi 179 ribu.
“Data malam nanti bisa memberikan sentimen baru untuk pergerakan rupiah pekan depan. Data dari AS masih menjadi anchor pergerakan USD-IDR,” ungkap Ariston.
Pada pekan depan, terdapat pula data Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan data neraca perdagangan China.
“Ini bisa memberikan sentimen positif (terhadap rupiah) kalau datanya bagus,” ujar dia.
![](https://cdn-production-assets-kly.akamaized.net/assets/images/articles/loadingbox-liputan6.gif)