Ini Dia Transportasi Massal yang Disebut Jokowi Jauh Lebih Murah dari MRT dan Kereta Cepat

Presiden Jokowi menawarkan angkutan perkotaan Autonomous Rapid Transit (ART) sebagai alternatif terbaru penyediaan layanan transportasi massal yang lebih murah dari MRT dan Kereta Cepat.

oleh Septian Deny diperbarui 05 Jun 2024, 10:00 WIB
Diterbitkan 05 Jun 2024, 10:00 WIB
Jokowi mencoba kereta mrt menuju stasiun lebak bulus
Presiden Joko Widodo bersama Menhub Budi Karya Sumadi, Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan dan Ketua DPRD Jakarta Prasetyo Edi Marsudi turun dari kereta MRT di Stasiun Bundaran HI, Jakarta, Selasa (6/11). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) menawarkan angkutan perkotaan Autonomous Rapid Transit (ART) sebagai alternatif terbaru penyediaan layanan transportasi massal untuk mengurai kemacetan lalu lintas perkotaan di Indonesia.

Tawaran itu disampaikan Presiden Jokowi di depan para wali kota se-Indonesia yang hadir pada Rapat Kerja Nasional (Rakernas) XVII Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh Indonesia (Apeksi) 2024 di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur, Selasa kemarin.

"Sekarang ada barang baru yang namanya ART, Autonomous Rapid Transit. Tidak pakai rel, tapi pakai magnet, bisa tiga gerbong, dua gerbong, atau satu gerbong," kata Jokowi dikutip dari Antara, Rabu (5/6/2024).

Lebih Murah

Menurut Presiden Jokowi, biaya yang dibutuhkan untuk membangun ART jauh lebih murah bila dibandingkan transportasi massal seperti Mass Rapid Transit (MRT) di Jakarta, Lintas Raya Terpadu (LRT) Jakarta, Kerta Cepat Jakarta-Bandung, bahkan subway.

Dalam kesempatan itu, Kepala Negara menyampaikan biaya yang dibutuhkan pada tahap awal pembangunan MRT di Jakarta berkisar Rp1,1 triliun per km, dan kini mencapai Rp2,3 triliun per km.

"Tolong tunjuk jari, kota mana yang siap membangun MRT dengan APBD-nya 1 km Rp2,3 triliun?," tanya Jokowi kepada hadirin.

Meski biaya pembangunan LRT melalui kocek pemerintah pusat yang mencapai Rp600 miliar per km, serta gerbong kereta yang dibuat di dalam negeri melalui peran PT Industri Kereta Api (INKA), kata Presiden menambahkan.

"Apalagi kereta cepat, itu juga justru lebih murah dari yang subway, kereta cepat itu Rp780 miliar per km," ujarnya.

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


ART sebagai Alternatif

Presiden Jokowi bersama Duta Besar Negara ASEAN dan Mitra ASEAN dalam perjalanan menggunakan MRT dari Stasiun Bundaran HI menuju Stasiun ASEAN
Presiden Jokowi bersama Duta Besar Negara ASEAN dan Mitra ASEAN dalam perjalanan menggunakan MRT dari Stasiun Bundaran HI menuju Stasiun ASEAN, Selasa (8/8/2023). (Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden)

Untuk itu, Presiden menawarkan ART sebagai alternatif penyediaan transportasi publik yang relatif terjangkau oleh APBD kota.

Pembiayaan yang ditawarkan Presiden berupa subsidi dari pemerintah pusat untuk menambah kemampuan pemerintah kota dalam pengadaan ART di wilayahnya.

"Nanti kalau ada yang APBD-nya memiliki kemampuan, tolong berhubungan dengan Pak Menteri Perhubungan. bisa bagi-bagi 50:50, APBN 50%, misalnya," katanya.

Baca juga: Menhub: Pembangunan jalur kereta otonom tanpa rel di IKN selesai

Dalam pidatonya, Presiden menekankan rencana kota mengenai transportasi massal harus disiapkan dalam merespons kemacetan lalu lintas yang kian marak terjadi di berbagai kota.

"Kita melihat sekarang ini sudah banyak kota-kota di negara kita itu mulai macet," kata Presiden Jokowi.


LRT Jabodebek Pasang Tarif Terjauh Rp 20.000, Ini Alasannya

Target LRT Jabodebek di 2024
Kereta Light Rail Transit (LRT) Jabodebek saat melintasi jalur kuningan, Jakarta, Senin (22/1/2024). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, LRT Jabodebek mengungkapkan alasan tarif normal diberlakukan pada 1 Juni lalu. Sebagai informasi, tarif LRT Jabodebek sebesar Rp 5.000 untuk 1 km pertama ditetapkan dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 2023.

Penerapan tarif normal ini mengakhiri masa berlaku tarif promo LRT Jabodebek yang telah berlangsung sejak 22 Oktober 2023 hingga 31 Mei 2024.

Manajer Humas LRT Jabodebek, Mahendro Trang Bawono menjelaskan, tarif normal LRT diputuskan setelah adanya analisa menyeluruh, yang menunjukkan tarif rata-rata penumpang LRT Jabodebek di kisaran Rp 13.000-15.000.

Karena itu tarif normal LRT Jabodebek diusul paling mahal Rp 20.000, yang kemudian mendapat persetujuan dari Kementerian Perhubungan.

"Keputusan tarif normal tersebut tentunya sudah dengan analisa pertimbangan. Hitung-hitungannya sudah ada," kata Mahendro kepada media di Jakarta Pusat, Selasa (4/6/2024).

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan juga telah mengusulkan penetapan tarif normal dengan besaran termahal Rp 20.000.

Mahendro juga menyebut, saat diterapkannya tarif promo, ternyata tidak bisa memenuhi kebutuhan biaya operasional LRT Jabodebek yang menghadapi berbagai tantangan. 

Maka dari itu, pihak LRT Jabodebek mengambil jalan tengah, yaitu menetapkan tarif paling mahal Rp 20.000 di jam sibuk dan Rp 10.000 di luar jam sibuk.

"Dengan dinamika seperti itu banyak kendala, banyak sekali rintangan pengoperasiannya. Maka dari itu kami ambil jalan tengah tetap ada tarif promo maksimal Rp 20.000 peak hour, Rp 10.000 di luar jam sibuk," terangnya.

 


Tarif Terbaru LRT Jabodebek Mulai 1 Juni 2024, Ini Besarannya

LRT Jabodebek Resmi Jadi Objek Vital Nasional
Dengan ditetapkannya LRT Jabodebek sebagai Objek Vital Nasional, maka penyelenggaraan pengamanan akan dilakukan berdasarkan prinsip pengamanan internal. (Liputan6.com/Herman Zakharia)

Diwartakan sebelumnya, Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan akan menerapkan tarif normal untuk LRT Jabodebek mulai 1 Juni 2024.

Tarif LRT Jabodebek sebesar Rp 5.000 untuk 1 km pertama sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 67 Tahun 2023. Penerapan tarif normal ini sekaligus mengakhiri masa berlaku tarif promo yang telah berlangsung sejak 22 Oktober 2023 hingga 31 Mei 2024.

"Meskipun tarif promo berakhir, DJKA tetap memberlakukan tarif maksimal yang sama, yaitu Rp 10.000 pada hari kerja di luar jam sibuk (dan akhir pekan serta libur masional) dan Rp 20.000 pada hari kerja di jam sibuk," jelas Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal, Kamis (30/5/2024).

Risal mengatakan, keputusan ini diambil berdasarkan minat dan antusiasme masyarakat yang cukup tinggi terhadap penggunaan LRT Jabodebek. Tercermin lebih dari 11 juta orang yang menikmati layanan LRT Jabodebek sejak beroperasi pada Agustus 2023 hingga 28 Mei 2024.

Penerapan Tarif Normal

Selain itu, dalam penerapan tarif normal ini tidak terdapat perubahan waktu jam sibuk. Untuk sore hari pukul 16.00 WIB hingga 19.59 WIB, dan pagi hari pukul 06.00 WIB hingga 08.59 WIB.

"Kami berharap tarif yang terjangkau serta fasilitas lengkap dan nyaman yang ditawarkan dapat semakin meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menggunakan LRT Jabodebek, angkutan transportasi terintegrasi di wilayah Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi," pungkas Risal.

Infografis Tabrakan 2 Kereta LRT Jabodebek di Jalur Layang
Infografis Tabrakan 2 Kereta LRT Jabodebek di Jalur Layang (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya