Perang Dagang Makin Runcing, Uni Eropa Bakal Naikkan Tarif Impor Mobil Listrik China

Turki juga mengumumkan akan mengenakan tarif tambahan sebesar 40% pada impor mobil listrik dari China.

oleh Natasha Khairunisa Amani diperbarui 12 Jun 2024, 22:01 WIB
Diterbitkan 12 Jun 2024, 22:01 WIB
Ragam Mobil Listrik China Bersaing Ketat di Auto Shanghai 2023
Peserta melihat sedan listrik Han EV dari produsen mobil China BYD selama pameran Auto Shanghai 2023 di Shanghai, China, Rabu (19/4/2023). (AP Photo/Ng Han Guan)

Liputan6.com, Jakarta - Uni Eropa diperkirakan akan mengumumkan rencana kebijakan tarif impor kendaraan listrik (EV) China pekan ini.

Sebagai informasi, Uni Eropa memiliki tarif standar sebesar 10% untuk impor kendaraan listrik, namun akan menaikkan biaya tersebut untuk sementara bagi kendaraan listrik dari China mulai tanggal 4 Juli mendatang.

Mengutip CNBC International, Rabu (12/6/2024) analis mengatakan tarif impor China kemungkinan akan dinaikkan menjadi 25-30% dari 10% saat ini.

Anthony Sassine, ahli strategi investasi senior di KraneShares, juga mengatakan dia memperkirakan tingkat kenaikan tarif impor EV China akan berkisar antara 10% dan 20%.

"Tetapi angka ini juga dapat berada di kisaran yang lebih tinggi dari 20% (setelah pemilihan Parlemen Eropa minggu lalu)," kata Sassine.

Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen melihat partainya yaitu Partai Rakyat Eropa – memperoleh kursi pada hari Minggu. Von der Leyen disebut-sebut telah mendorong pendekatan "pengurangan risiko" dari Beijing.

 

"Tetapi pabrikan China sangat efisien, sangat terdepan, sehingga tarif seperti ini – menurut saya tidak akan terlalu berdampak pada harga di sini. Mereka masih akan lebih kompetitif dibandingkan rekan-rekan mereka di Uni Eropa," ujar Sassine.

 

Selain Eropa, Turki juga mengumumkan pada 8 Juni lalu bahwa mereka akan mengenakan tarif tambahan sebesar 40% pada impor mobil dari China.

Sebelumnya, pada Oktober 2023 Komisi Eropa pertama kali meluncurkan penyelidikan terhadap subsidi yang diberikan kepada pembuat kendaraan listrik di Tiongkok.

Uni Eropa menuduh impor bersubsidi tersebut "menimbulkan ancaman ekonomi terhadap industri kendaraan listrik Uni Eropa".

Pasar EV China Mulai Berkembang di Eropa

Ragam Mobil Listrik China Bersaing Ketat di Auto Shanghai 2023
Seorang model berpose dekat Y7 dari pembuat mobil China Yuanhang Motors saat pameran Auto Shanghai 2023. (AP Photo/Ng Han Guan)

Bulan lalu, pembuat kendaraan listrik asal China, termasuk Xpeng dan BYD memamerkan model mereka di Eropa sementara Nio membuka ruang pamer baru di Amsterdam, meskipun penyelidikan Uni Eropa sedang berlangsung.

BYD mengumumkan pada bulan Desember lalu bahwa mereka akan membangun pabrik baru di Hongaria sementara Chery pada bulan April mengadakan usaha bersama dengan Ebro-EV Motors dari Spanyol untuk mengembangkan kendaraan listrik baru.

Cedomir Nestorovic, profesor geopolitik di ESSEC Business School, mengakui bahwa kini banyak pabrikan EV dari China yang mengincar pasar di UE.

"Kami melihat para pembuat mobil China benar-benar mendirikan pabrik di Eropa. Nio juga sedang melihat Hongaria. Jadi ada opsi di sini, dan saya yakin ada saluran balik yang terjadi di sini," kata Sassine dari KraneShares.

"Saya pikir dengan Eropa, ini tidak akan menjadi masalah besar. Di AS, ceritanya berbeda," sebutnya.

Susul AS, Kanada Bakal Dongkrak Tarif Impor Mobil Listrik China

Ragam Mobil Listrik China Bersaing Ketat di Auto Shanghai 2023
China menyumbang dua pertiga dari penjualan listrik global tahun lalu. (AP Photo/Ng Han Guan)

Kanada mengungkapkan bahwa negara itu akan menyusul langkah Amerika Serikat dalam menaikkan tarif impor mobil listrik dari China.

Mengutip laman CNB, Minggu (19/5/2024) Menteri Perindustrian Kanada, François-Philippe Champagne mengatakan Ottawa sedang mempertimbangkan tarif tersebut setelah AS mengumumkan akan menaikkan biaya impor terhadap kendaraan listrik China dan barang-barang terkait lainnya.

François-Philippe Champagne pun memberi sinyal Kanada menerapkan tarif serupa.

"Adil untuk mengatakan bahwa segala sesuatunya dipersiapkan untuk melindungi industri dan pekerja kami," kata Champagne dalam sebuah wawancara dengan Power & Politics dari CBC News Network.

"Kami bekerja selaras dengan Amerika Serikat," bebernya.

Seperti diketahui, Presiden Joe Biden mengumumkan awal pekan ini bahwa AS akan mengenakan tarif baru pada kendaraan listrik (EV), baterai canggih, sel surya, baja, aluminium, dan peralatan medis China

Tarif tersebut akan diterapkan secara bertahap selama tiga tahun ke depan; yang mulai berlaku pada tahun 2024 mencakup kendaraan listrik, sel surya, jarum suntik, jarum suntik, baja dan aluminium, dan banyak lagi.

Saat ini, hanya ada sedikit produk kendaraan listrik asal China di AS, namun para pejabat Amerika khawatir bahwa model-model dengan harga rendah yang dihasilkan oleh subsidi pemerintah China akan segera membanjiri pasar AS. 

Dalam wawancara terpisah, Presiden Asosiasi Produsen Suku Cadang Otomotif Kanada, Flavio Volpe mengungkapkan dirinya setuju bila Kanada menerapkan pungutan perdagangan serupa.

"Sekarang Amerika telah memasang tembok tarif, kita tidak bisa membiarkan pintu samping terbuka di sini," ujar dia.

Brian Kingston, presiden Asosiasi Produsen Kendaraan Kanada, juga menggemakan argumen Volpe dalam sebuah postingan di X.

"Kanada tidak bisa keluar dari langkah AS dalam menghadapi China. Kita memerlukan kebijakan yang selaras yang memperkuat rantai pasokan otomotif Amerika Utara," tulisnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya