Cerita Bos Pos Indonesia Tangani Krisis: Segala Keputusan Adalah Beta

Pos Indonesia kalah bersaing dengan para kompetitornya. Utamanya yang paling kentara adalah portfolio bisnis di bidang jasa kurir dan logistik. Perusahaan ini tidak menjadi top of mind.

oleh Arthur Gideon diperbarui 16 Jun 2024, 18:31 WIB
Diterbitkan 16 Jun 2024, 18:31 WIB
Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi, dalam acara Book Talk bertajuk Sukses Memimpin di Tengah Chaos Pandemi. (Dok PosIND)
Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi, dalam acara Book Talk bertajuk Sukses Memimpin di Tengah Chaos Pandemi. (Dok PosIND)

Liputan6.com, Jakarta - Direktur Utama PT Pos Indonesia (Persero) Faizal Rochmad Djoemadi menulis buku Thriving on Turbulence: Agile Leadership untuk Sukses Melewati Disrupsi. Buku ini adalah hasil refleksi dan pengalamannya memimpin Pos Indonesia di tengah pandemi.

Faizal bercerita tentang situasi yang dihadapi pada 2020, selepas ia ditunjuk sebagai Direktur Utama Pos Indonesia. Saat itu perusahaan mengalami double crisis: lingkup eksternal dan internal.

Dari sisi eksternal, industri sedang dihantam pandemi Covid-19. “Banyak mitra yang mengalami kesulitan. Berbagai macam industri juga mengalami chaos,” kata Faizal dalam keterangan tertulis, Minggu (16/6/2024).

Sementara itu, di internal perusahaan, Pos Indonesia juga mengalami permasalahan yang kompleks. Ada tiga hal yang ia soroti sebagai faktor-faktor yang jadi penyebab merosotnya performa Pos Indonesia. Pertama, performansi finansial. Pos Indonesia mengalami pelemahan finansial. Revenue perusahaan berada di angka yang tidak baik.

Kedua, performansi bisnis. Pos Indonesia kalah bersaing dengan para kompetitornya. Utamanya yang paling kentara adalah portfolio bisnis di bidang jasa kurir dan logistik. Perusahaan ini tidak menjadi top of mind. Banyak konsumen yang merasa tidak puas dengan pelayanannya. Akibatnya market share Pos Indonesia turun.

Krisis ketiga yang dialami Perusahaan tertua di Indonesia ini adalah masalah kedisiplinan. “Disiplin operasional hancur. Bagaimana kita mau memuaskan konsumen?” ucapnya.

Faizal punya pengalaman dalam memimpin perusahaan. Ia punya bekal cukup dijadikan modal. Sebelum duduk di kursi Dirut Pos Indonesia, ia adalah President Director TELIN Group dan BOD Chairman (2016-2019), BoC Telkom Sigma (2019-2020), Chief of Digital Business & Innovation Officer Telkom Indonesia (2019-2020).

 

Segala Keputusan Adalah Beta

Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi, dalam acara Book Talk bertajuk Sukses Memimpin di Tengah Chaos Pandemi. (Dok PosIND)
Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi, dalam acara Book Talk bertajuk Sukses Memimpin di Tengah Chaos Pandemi. (Dok PosIND)

Dalam bukunya, Faizal memaparkan strategi memimpin di tengah krisis adalah agilitas: kemampuan untuk bertindak lincah, cepat, dan tepat. Agilitas itu harus diamplifikasikan ke dalam lima aspek yakni; agile leadership, agile culture, agile digitalization, agile inno-collab, dan agile execution.

Faizal memaparkan agile leadership adalah situasi yang menuntut seorang pemimpin untuk bertindak cepat dan out of the box. Melakukan sesuatu yang tidak biasa.

Kata Faizal, ia dipaksa mengambil keputusan secara cepat, dan bebannya lebih berat. Sekali salah langkah, keberlanjutan perusahaan menjadi taruhan.

“Agile leadership berarti melakukan praktik kepemimpinan situasional (situational leadership) yang mampu membaca kebutuhan perusahaan saat itu,” katanya.

Oleh karenanya, saya percaya bahwa segala keputusannya adalah beta, selalu berubah, untuk merespons keadaan yang penuh turbulensi.

Salah satu hal yang mencolok dalam kepemimpinan di tengah krisis adalah fokus untuk menyelesaikan pain-point perusahaan. Pada masa krisis, jarang sekali seorang pemimpin berbicara tentang visi, tetapi fokus ke aksi.

 

Transformasi

Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi, dalam acara Book Talk bertajuk Sukses Memimpin di Tengah Chaos Pandemi. (Dok PosIND)
Direktur Utama Pos Indonesia Faizal Rochmad Djoemadi, dalam acara Book Talk bertajuk Sukses Memimpin di Tengah Chaos Pandemi. (Dok PosIND)

Orientasi pertama pemimpin untuk melakukan transformasi besar-besaran adalah membuat sense of crisis. Maka dari itu, hal yang pertama dilakukan saat pertama kali berhadapan dengan krisis adalah mengkomunikasikan bahwa perusahaan ini berada dalam kondisi kritis,

Strategi kedua adalah membangun koalisi yang solid di antara pemimpin. Hal ini disebut sebagai guiding coalition, tim yang bekerja melebihi individu atau tim pada umumnya. Ia adalah super-team. Biasanya, tim ini lahir dari sense of crisis yang dirasakan di dalam organisasi.

Keberadaan koalisi ini, kata Faizal, sering menjadi penentu keberhasilan transformasi perusahaan.

“Dalam konteks Pos Indonesia, hal ini ditunjukkan lewat soliditas di antara BOD, komisaris, dan pemegang saham,” jelas pria yang juga merupakan alumni Teknik Elektro ITS 1986 itu.

Strategi kepemimpinan Faizal ternyata sukses mengantarkan Pos Indonesia berhasil melewati krisis. Tidak hanya itu, perusahaan ini juga mampu bersaing dengan kompetitor, dan memenangkan persaingan pasar. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya