Liputan6.com, Jakarta - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat hingga Mei 2024 pertumbuhan kredit masih tumbuh dua digit yakni 12,15 persen secara tahunan atau menjadi Rp7.376 triliun.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Dian Ediana Rae, mengatakan pertumbuhan kredit tersebut menunjukkan bahwa kualitas kredit terjaga, dengan tingkat rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) industri perbankan gross tercatat 2,34 persen, sebelumnya 2,33 persen. Lalu NPL nett berada di angka 0,79 persen, sebelumnya 0,81 persen.
"Penyaluran kredit yang cukup signifikan tersebut, melanjutkan tren pertumbuhan kredit sejak periode-periode sebelumnya, dan searah dnegan target pertumbuhan 2024," kata Dian dalam konferensi pers hasil RDK Juni 2024, Senin (8/7/2024).
Advertisement
Dian menyebut, tren pertumbuhan kredit yang baik ini menunjukkan kinerja perbankan yang baik dan bukti dukungan perbankan untuk terus mendukung perekonomian nasional.
Sejalan dengan itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) mengalami pertumbuhan positif diangka 8,63 persen secara tahunan, dengan likuditas dari alat likuid per non core deposit (AL/NCD) dan alat likuid terhadap dana pihak ketiga (AL/DPK) masing-masing 114,58 persen dan 25,79 persen.
Kedua hal itu di atas treshold masing-masing 50 persen dan 10 persen. Adapun pada Mei 2024, perbankan Indonesia masih ditopang dengan permodalan yang kuat sebesar 26,22 persen dengan tingkat profitabilitas perbankan mencapai 2,56 persen Return on Asset (ROA).
Pertumbuhan Kredit April 2024 Tertinggi dalam 5 Tahun
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) mencatat pada April 2024, kredit tumbuh tinggi sebesar 13,09% (yoy) didorong oleh pertumbuhan kredit di banyak sektor, seperti sektor industri, jasa dunia usaha, dan perdagangan, sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi.
Hal itu disampaikan Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam konferensi pers pengumuman Hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Mei 2024 di Gedung Thamrin Bank Indonesia, Rabu (22/5/2024).
Perry mengatakan, tingginya permintaan kredit dipengaruhi oleh sisi penawaran, sejalan dengan terjaganya appetite perbankan yang didukung oleh tingginya permodalan, berlanjutnya strategi realokasi aset ke kredit oleh perbankan, dan diterapkannya Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial (KLM) yang menjaga kecukupan likuiditas perbankan
"Pertumbuhan kredit tersebut juga ditopang oleh pertumbuhan DPK yang terus meningkat, yang mencapai 8,21% (yoy) pada April 2024," kata Perry.
Sementara dari sisi permintaan, pertumbuhan kredit didukung oleh kinerja korporasi dan rumah tangga yang tetap terjaga baik. Berdasarkan kelompok penggunaan, pertumbuhan kredit ditopang oleh kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi yang masing-masing tumbuh sebesar 15,69% (yoy), 13,25% (yoy), dan 10,34% (yoy).
Â
Â
Â
Advertisement
Pembiayaan Syariah
Di sisi lain, pembiayaan syariah juga tumbuh tinggi sebesar 14,88% (yoy), sementara kredit UMKM tumbuh sebesar 7,30% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, pertumbuhan kredit 2024 akan terus meningkat menuju batas atas kisaran prakiraan 10-12%.
Dalam kesempatan yang sama, Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI), Juda Agung, menilai pertumbuhan kredit pada April 2024 merupakan pertumbuhan tertinggi dalam 5 tahun terakhir.
"Pertumbuhan kredit 13,09 persen di April kemarin adalah pertumbuhan yang tertinggi dalam 5 tahun terakhir ini dan good newsnya adalah pertumbuhannya broad based, baik dari sisi sektornya, sektor manufaktur, pertambangan, perdagangan, jasa dunia usaha, pengangkutan, semua mengalami peningkatan," ujar Juda.
Melihat pertumbuhan kredit yang positif tersebut, Bank Indonesia akan terus memperkuat efektivitas implementasi kebijakan makroprudensial akomodatif dan mempererat sinergi dengan Pemerintah, KSSK, perbankan, serta pelaku usaha untuk mendukung peningkatan kredit/pembiayaan bagi pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
Survei BI: Permintaan Pembiayaan Korporasi dan Rumah Tangga Terus Naik
Sebelumnya, Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa kebutuhan pembiayaan korporasi pada Maret 2024 terindikasi meningkat. Hal tersebut tecermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi sebesar 25,3%, lebih tinggi dibandingkan dengan SBT 11,1% pada Februari 2024.
Asisten Gubernur Bank Indonesia Erwin Haryono menjelaskan, peningkatan kebutuhan pembiayaan tersebut didorong oleh kebutuhan Lapangan Usaha (LU) Perdagangan, Industri Pengolahan, serta Konstruksi.
"Sumber pembiayaan korporasi terutama berasal dari dana sendiri, diikuti pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik dan pembiayaan dari perbankan dalam negeri," jelas dia dalam keterangan tertulis, Senin (29/4/2024).
Pada kelompok rumah tangga, sebanyak 10,9% responden menyatakan terdapat kebutuhan pembiayaan baru pada Maret 2024. Mayoritas pembiayaan rumah tangga berasal dari bank umum dengan pangsa sebesar 41,2%, meningkat dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 39,8%. Selain perbankan, sumber pembiayaan utama yang menjadi preferensi rumah tangga antara lain leasing dan koperasi.
 Penyaluran Kredit Baru
Sementara itu, penyaluran kredit baru oleh perbankan pada Maret 2024 juga terindikasi meningkat dengan SBT sebesar 80,9%, lebih tinggi dibandingkan SBT Februari 2024 yang sebesar 54,1%.
Faktor utama yang memengaruhi prakiraan penyaluran kredit baru pada Maret 2024 adalah permintaan pembiayaan dari nasabah, prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan, serta tingkat persaingan usaha dari bank lain. Secara keseluruhan triwulan I-2024, penawaran penyaluran kredit baru dari perbankan diprakirakan tetap tumbuh.
Â
Â
Advertisement