Liputan6.com, Jakarta Dana Moneter Internasional (IMF) menaikkan perkiraan pertumbuhan ekonomi Inggris tahun 2024 menjadi 0,7% dari 0,5%.
Melansir CNBC International, Rabu (17/7/2024) IMF dalam laporan terbaru World Economic Outlook menegaskan kembali perkiraan pertumbuhan Inggris tahun 2025 sebesar 1,5%.
Baca Juga
Peningkatan tersebut terjadi setelah stagnasi selama dua tahun, dengan Inggris jatuh ke dalam resesi dangkal pada paruh kedua tahun 2023.
Advertisement
Namun, pertumbuhan ekonomi Inggris pada bulan Mei 2024 melampaui ekspektasi analis sebesar 0,4%, sementara peristiwa musim panas termasuk kejuaraan sepak bola Euro 2024 dan bahkan Eras Tour Taylor Swift diharapkan dapat meningkatkan aktivitas ekonomi.
PDB negara tersebut pada bulan Mei menunjukkan kekuatan sektor jasa profesional dan konstruksi, kata Deutsche Bank, dengan turnamen Euro yang diperkirakan akan memberikan dorongan lebih lanjut pada sektor perhotelan dan rekreasi.
Sementara itu, para analis di Jefferies mengatakan dalam sebuah catatan baru-baru ini bahwa besarnya mayoritas Partai Buruh di parlemen akan membuat Inggris tampak "relatif stabil," dan seiring reformasi peraturan dapat meningkatkan daya tarik aset-aset di negara tersebut.
Hal ini terjadi ketika Bank Sentral Inggris diperkirakan akan mulai menurunkan suku bunganya dalam beberapa bulan mendatang.
Inflasi Inggris bahkan telah mencapai target bank sentral sebesar 2% pada bulan Mei.
Bank investasi Goldman Sachs awal bulan ini menaikkan perkiraan ekonomi Inggris tahun 2025 sebesar 0,1 poin persentase lebih tinggi, menjadi 1,6%.
Adapun Deutsche Bank yang juga memperkirakan produk domestik bruto Inggris tumbuh sebesar 1,2% tahun ini, jauh di atas perkiraan sebelumnya sebesar 0,8%.
IMF Naikkan Proyeksi Ekonomi Zona Euro
Selain Inggris, IMF juga menaikkan proyeksi pertumbuhan negara lain di tahun 2024 termasuk zona euro, yang terangkat sebesar 0,1 poin persentase menjadi 0,9%, Spanyol, naik 0,5 poin persentase menjadi 2,4%, dan China, naik 0,4 poin persentase menjadi 5%.
Namun, IMF menurunkan perkiraan perekonomian AS sebesar 0,1 poin persentase menjadi 2,6%.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi global diramal mencapai 3,2% tahun ini. IMF mengatakan, aktivitas global dan perdagangan dunia lebih kuat, terutama karena kuatnya ekspor dari Asia.
Tetapi IMF juga memperingatkan bahwa sektor jasa secara luas menghambat proses disinflasi, sehingga mempersulit pengambilan keputusan kebijakan moneter.
"Risiko-risiko positif terhadap inflasi telah meningkat, sehingga meningkatkan prospek suku bunga yang lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama, dalam konteks meningkatnya ketegangan perdagangan dan meningkatnya ketidakpastian kebijakan," kata IMF dalam World Economic Outlook.
Advertisement