Rupiah Langsung Anjlok Usai AS Umumkan Pertumbuhan Ekonomi, Bisa Tahan Sampai Berapa?

Analis mata uang Lukman Leong memprediksi rupiah hari ini akan bergerak di rentang 16.225 per dolar AS sampai dengan 16.350 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 26 Jul 2024, 10:46 WIB
Diterbitkan 26 Jul 2024, 10:45 WIB
nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pada Jumat (26/7/2024) pagi, nilai tukar rupiah dibuka turun 38 poin atau 0,23 persen menjadi 16.288 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.250 per dolar AS. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) bergerak melemah pada perdagangan menuju akhir pekan ini. pelemahan rupiah ini terjadi usai rilis data pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) kuartal II-2024 yang lebih kuat dari perkiraan.

Pada Jumat (26/7/2024) pagi, nilai tukar rupiah dibuka turun 38 poin atau 0,23 persen menjadi 16.288 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 16.250 per dolar AS.

"Rupiah diperkirakan akan kembali melemah terhadap dolar AS yang menguat setelah data PDB yang menunjukkan kenaikan pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dari perkiraan," kata analis mata uang Lukman Leong dikutip dari Antara.

Lukman menuturkan ekonomi AS kuartal II-2024 tumbuh 2,8 persen, jauh lebih tinggi dibandingkan perkiraan para analis dan ekonom yang berada di kisaran 2 persen.

Namun meskipun pertumbuhan ekonomi AS di atas prediksi, ekspektasi analis, ekonom dan pelaku pasar saat ini masih belum berubah. Sejauh ini sebagian besar yakin bahwa bank sentral AS atau The Fed akan menurunkan suku bunga acuan atau Fed Funds Rate pada pertemuan dewan yang akan di selenggarakan pada pertengahan September 2024.

Selain itu, investor menantikan data inflasi Indeks Harga Belanja Personal (PCE) AS Juni 2024 malam ini. PCE inti AS diperkirakan akan naik 0,1 persen secara bulanan atau month on month (mom) dan 2,5 persen secara tahunan atau year on year (yoy).

Lukman Leong memprediksi rupiah hari ini akan bergerak di rentang 16.225 per dolar AS sampai dengan 16.350 per dolar AS.

BI Prediksi Rupiah Bakal Perkasa dari Dolar AS, Efek Era Suku Bunga Tinggi Tamat

nilai rupiah melemah terhadap dollar
Pegawai menunjukkan mata uang rupiah di salah satu gerai penukaran mata uang di Jakarta, Kamis (5/1/2023). Nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.616 per dolar AS pada Kamis (5/1) sore ini. Mata uang Garuda melemah 34 poin atau minus 0,22 persen dari perdagangan sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Bank Indonesia mengaku optimis dengan kinerja nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. Diprediksi, dalam beberapa bulan ke depan, Rupiah bakal berada di tren penguatan.

Kepala Grup Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas (DPMA) Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menjelaskan, salah satu faktor yang menjadi pendorong penguatan nilai tukar rupiah adalah penurunan suku bunga.

"Saya melihat potensi penguatan rupiah sangat terbuka. Kita tahu bahwa sejumlah analis mengatakan bahwa suku bunga AS sudah mencapai puncaknya. Ke depan akan turun," ucapnya dalam diskusi di Sumba Timur, ditulis Selasa (23/7/2024).

Dari data Bloomberg, dijelaskannya, rupiah hingga 12 Juli 2024 terdepresi 4,81 persen. Angka ini sebenarnya menjadi nilai mata uang yang pelemahannya paling minim jika dibandingkan beberapa negara berkembang lainnya.

Misalnya, Brazil yang pada periode yang sama tertekan hingga 12,1 persen. Sementar Lira Turki juga mengalami pelemahan 11 persen.

 

Kebijakan Moneter

Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar AS Terus Melemah
Petugas menghitung pecahan 100 dolar AS di jasa penukaran uang, Melawai, Jakarta, Rabu (28/9/2022). Nilai tukar rupiah tembus Rp15.236 per dolar AS pukul 10.41 WIB pada perdagangan Rabu (28/9/2022). (Liputan6.com/Johan Tallo)

Untuk menjaga rupiah yang lebih stabil dan mengawal penguatan rupiah, kata Denny, Bank Indonesia konsisten menjalankan kebijakan moneter yang pro market. Salah satunya adalah adanya Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Perlu diketahui, SRBI adalah surat berharga dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka Waktu pendek dengan menggunakan underlying asset berupa Surat Berharga Negara (SBN) milik Bank Indonesia.

"Dengan kebijakan yang Pro Market ini Bank Indonesia punya modal kuat untuk bisa mendapatkan masa depan yang lebih cerah," pungkasnya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya