Puncak Hujan Meteor Alfa Monocerotid Minggu ini

Sebagian ahli meyakini hujan meteor Alfa Monocerotid berasal dari sisa debu komet C/1917 F1 (Mellish) yang mengorbit matahari.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 22 Nov 2024, 01:00 WIB
Diterbitkan 22 Nov 2024, 01:00 WIB
Ilustrasi hujan meteor
Ilustrasi hujan meteor. (Photo by Austin Schmid on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta - Bumi akan kembali dimeriahkan hujan meteor pada 21 hingga 22 November 2024. Hujan meteor tersebut adalah Alfa Monocerotid (Alpha Monocerotids) yang berasal dari rasi Monoceros atau Unicorn, sehingga terlihat seolah-olah berasal dari arah ini.

Alfa Monocerotid menghasilkan meteor yang sangat cepat, bergerak sekitar 65 km/detik. Melansir laman NASA pada Kamis (21/11/2024), hujan meteor adalah peristiwa astronomi yang terjadi ketika bumi berada di jalur yang dilintasi oleh komet atau asteroid.

Saat bumi melintas di jalur tersebut, puing-puing komet atau asteroid yang tertinggal akan masuk ke atmosfer Bumi karena tertarik oleh gaya gravitasi. Saat masuk ke atmosfer bumi, puing-puing itu menjadi fenomena yang kita kenal sebagai hujan meteor atau bintang jatuh.

Perlu diketahui, tidak semua hujan meteor diketahui induk atau asal usulnya secara pasti. Sebagian ahli meyakini hujan meteor Alfa Monocerotid berasal dari sisa debu komet C/1917 F1 (Mellish) yang mengorbit matahari.

Komet ini memiliki periode 143,5 tahun dan melaju secara geosentrik mencapai 234.000 kilometer per jam. Namun, sebagian astronom kurang setuju akan teori ini dan meyakini asal-susul hujan meteor Alfa Monocerotid belum diketahui.

Para ilmuwan percaya bahwa hujan meteor Alfa Monocerotid berasal dari komet periode panjang yakni komet yang membutuhkan waktu lebih dari 200 tahun untuk menyelesaikan satu kali orbitnya mengelilingi matahari.

Melansir laman The Planets pada Kamis (21/11/2024), hujan meteor Alfa Monocerotid termasuk ke dalam hujan meteor kelas III. Pasalnya, hujan meteor ini tidak terjadi setiap tahun.

 

Jumlah Tak Terduga

Jika terjadi, Alfa Monocerotid bisa meluncurkan meteor dalam jumlah yang tak terduga. Sebagaimana yang terjadi pada 1985, Alfa Monocerotid tercatat memproduksi hingga 700 meteor per jamnya.

Kemudian, pada 1995, hujan meteor ini meluncur dengan intensitas sekitar 400 meteor per jam. Hujan meteor Alfa Monocerotid terakhir terjadi pada 2019 dan 2023 lalu.

Hujan meteor Alfa Monocerotid pada 2024 ini dapat diamati dari Indonesia. Hujan meteor ini akan terlihat sekitar pukul 21.37 WIB setiap malamnya selama periodenya masih berlangsung, yaitu dari tanggal 15–25 November 2024.

Hujan meteor Alfa Monocerotid akan muncul dari arah konstelasi Canis Minor dekat bintang Alfa Monocerotis konstelasi Monoceros.

 

Tentang Komet C/1917 F1 (Mellish)

Melansir laman Space pada Kamis (21/11/2024), Komet C/1917 F1 yang juga dikenal dengan nama Mellish ditemukan oleh astronom A. R. Mellish pada 1917. Kala itu, Mellish menjadi komet paling terang pada abad ke-20.

Komet ini mencapai titik terdekatnya dengan matahari pada 1917. Mellish merupakan bagian dari kelompok kecil komet tipe Halley, yang dikenal dengan periode orbit antara 20 hingga 200 tahun.

Data historis mengenai penampakan visual, termasuk ekornya, sangat terbatas karena teknologi pengamatan pada saat itu. Orbitnya sangat elips, membuat komet ini membutuhkan waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan satu orbit penuh mengelilingi matahari.

Orbit komet ini dihitung berdasarkan 11 pengamatan dan menjadikannya salah satu komet dengan data historis yang cukup mendetail. NASA mengklasifikasikan komet Meliish sebagai "Near Earth Asteroid" karena lintasannya mendekati orbit bumi.

Namun, komet ini tidak dianggap berbahaya karena tidak ada ancaman tabrakan yang terdeteksi di masa mendatang. Komet seperti Mellish biasanya memiliki inti es dengan ekor yang terbentuk saat mendekati Matahari.

Umumnya, ekor komet terdiri dari partikel debu dan gas yang terlepas akibat panas matahari, menciptakan tampilan spektakuler yang menjauhi matahari karena efek angin matahari.

(Tifani)

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya