Rupiah Melemah di Awal Pekan, Tapi Masih Bertahan di Bawah 16.000 per Dolar AS

Nilai tukar rupiah berpotensi diperdagangkan pada kisaran harga 15.950 per dolar AS sampai dengan 15.850 per dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Agu 2024, 10:15 WIB
Diterbitkan 12 Agu 2024, 10:15 WIB
FOTO: Akhir Tahun, Nilai Tukar Rupiah Ditutup Menguat
Pada awal perdagangan Senin pagi, nilai tukar rupiah melemah 25 poin atau 0,16 persen menjadi 15.950 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.925 per dolar AS. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) tergelincir pada perdagangan Senin (12/8/2024). Namun meskipun melemah rupiah masih berada di bawah level 16.000 perdolar AS.

Pada awal perdagangan Senin pagi, nilai tukar rupiah melemah 25 poin atau 0,16 persen menjadi 15.950 per dolar AS dari sebelumnya sebesar 15.925 per dolar AS.

"Reaksi pasar terhadap pernyataan Jerome Powel pekan lalu memberikan isyarat kuat pemangkasan suku bunga, Powell mengatakan jika inflasi bergerak turun, kurang lebih sesuai dengan ekspektasi," kata analis Finex Brahmantya Himawan, dikutip dari Antara. 

Namun, ambruknya pasar tenaga kerja yang dirilis pada Jumat pekan lalu yaitu angka NFP memberikan isyarat perlambatan ekonomi AS yang memberi kegundahan investor mengenai jalur resesi perekonomian AS.

Pasar telah sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga pada September 2024 selama beberapa waktu, dengan Ketua bank sentral AS atau The Fed Jerome Powell mengatakan para pengambil kebijakan tidak mempertimbangkan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin (bps) saat ini.

Hal tersebut memberi kabar baik bagi rupiah untuk mendapatkan dorongan penguatan atas dominasi dolar AS.

Brahmantya menuturkan pemangkasan suku bunga AS pada pertemuan Fed September, akan memiliki dua dampak yakni soft landing maupun hard landing, namun pemotongan suku bunga pada September akan memberi skenario jelas bahwa rupiah berada dalam jalur penguatan melawan dominasi dolar AS.

Oleh karena itu, ia memperkirakan pada perdagangan hari ini rupiah berpotensi menguat hingga Rp15.850 per dolar AS.

Sementara itu, rupiah berpotensi diperdagangkan pada kisaran harga 15.950 per dolar AS sampai dengan 15.850 per dolar AS.

Rupiah Bakal Menguat pada Kuartal Tiga 2024, Ini Syaratnya

20161109- Donald Trump Unggul Rupiah Terpuruk-Jakarta-Angga Yuniar
Petugas menunjukkan mata uang dolar dan mata uang rupiah di penukaran uang di Jakarta, Rabu (9/11). Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada saat jeda siang ini kian terpuruk di zona merah. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Sebelumnya, Chief Economist Mandiri Sekuritas, Rangga Cipta prediksi nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS bisa menguat di bawah  16.000 atau di kisaran  15.900 pada kuartal tiga 2024.

Pergerakan Rupiah, menurut Rangga sangat bergantung pada pemangkasan suku bunga The Federal Reserve (the Fed) atau bank sentral Amerika Serikat (AS).

"Ekspektasi The Fed memangkas suku bunga pada akhir tahun ini. Bulan lalu market ekspektasi apa penurunan 2-3 kali. Prediksi market sekarang The Fed akan melakukan penurunan hingga 5 kali. Semakin besar harapan pemangkasan. Sisa 3 meeting The Fed kemungkinan akan memotong lebih besar dari 25 basis poin," ujar Rangga, dalam acara Mandiri Sekuritas Economic and Market Outlook, Rabu (7/8/2024). 

Meskipun Rupiah diproyeksikan menguat pada kuartal tiga, Rangga memperkirakan nilai tukar rupiah akan kembali di level Rp 16.000 pada kuartal IV. Dia menuturkan, pada periode tersebut, nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan dari dalam dan luar negeri.

Adapun jika The Fed melanjutkan penurunan suku bunga hingga semester pertama 2025, maka Rupiah akan kembali menguat. 

 

Sentimen Luar Negeri

20150812-Rupiah-Anjlok
Petugas menghitung uang pecahan US$100 di pusat penukaran uang, Jakarta, , Rabu (12/8/2015). Reshuffle kabinet pemerintahan Jokowi-JK, nilai Rupiah terahadap Dollar AS hingga siang ini menembus Rp 13.849. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Dari luar negeri, Rangga menuturkan nilai tukar rupiah akan mengalami tekanan dari Pemilu AS. Salah satunya survei yang menunjukkan calon presiden AS dari Republik, Donald Trump mengungguli bakal calon dari Demokrat, Kamala Harris.

"Ini menimbulkan kekhawatiran Amerika akan agresif terhadap China. Kita tahu kita ekspor ke China itu hampir 25 persen. Jadi kalau ekonomi China makin terganggu, pasti ekspor kita ke sana juga terganggu,” ujar dia. 

Sedangkan dari dalam negeri penyebabnya adalah peralihan pemerintahan baru seperti pengumuman kabinet terkait ekonomi dan kebijakan ekonominya. 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya