Liputan6.com, Jakarta Ketua Badan Pangan Nasional (Bapanas) atau National Food Agency (NFA), Arief Prasetyo Adi mengungkapkan produksi beras diharapkan bisa tetap di atas 2,5 juta ton setiap bulan.
Baca Juga
“2,5 juta tone setara beras sebulannya karena angka 2,5 sampai 2,6 juta adalah konsumsi beras kita,” jelas Arief dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi IV DPR RI, Kamis (12/9/2024).
Advertisement
Arief menambahkan jika produksi dalam negeri tinggi, dibutuhkan BUMN bidang pangan untuk menyerap dan teknologi pasca panen juga harus disiapkan. Pada kesempatan yang sama, Arief meminta pada pihak Bulog terkait penambahan dryer.
Menurut Arief ketika produksi lebih, harga ditingkat petani akan jatuh dan itu waktunya Bulog untuk menyiapkan dryer. Arief menuturkan, masih ada waktu hingga Februari 2025 ketika panen raya untuk mempersiapkan dryer.
“Jadi, keseimbangan antara produksi kemudian prosesing sampai warehousing ada di Bulog sampai pada hilirisasinya,” jelas Arief.
Bapanas sendiri menetapkan anggaran Rp 329,9 miliar di 2025. Anggaran ini ditetapkan dalam Rancangan APBN Tahun 2025. Anggaran ini akan digunakan untuk beberapa program yaitu program ketersediaan akses dan konsumsi pangan berkualitas dan program dukungan manajemen.
Adapun untuk Rencana Kegiatan dan Anggaran Tahun 2025 Bapanas, untuk akselerasi pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, Bapanas menuangkan rencana kegiatan 2025 dalam Agenda Pembangunan 5 atau AP5 yaitu ketahan sosial budaya dan ekologi.
Cadangan Beras Ditargetkan 2 Juta Ton di akhir 2024, Kuota Impor Aman?
Sebelumnya, Badan Pangan Nasional (Bapanas) menargetkan cadangan beras pemerintah (CBP) bisa mencapai 2 juta ton pada akhir 2024. Cadangan beras ini berdasarkan perhitungan kebutuhan beras akan melonjak tajam menjelang Pilkada Serentak pada November mendatang.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan bahwa CBP juga perlu ditingkatkan, karena produksi beras diperkirakan akan menurun pada akhir tahun ini dan awal tahun 2025.
“November, Desember, Januari adalah masa-masa kritis, sehingga Bulog harus punya cadangan beras pemerintah, dan angkanya kami berharap bisa di atas 2 juta ton karena hari ini masih 1,3 juta ton,” kata Arief dikutip dari Antara, Rabu (4/9/2024).
Arief menjelaskan stok beras Perum Bulog secara nasional per 2 September adalah 1,39 juta ton, yang terdiri dari stok on hand sebanyak 1,31 juta ton dan beras impor dalam perjalanan 84,75 ribu ton. Stok tersebut tersebar di seluruh gudang Bulog di kabupaten dan kota di Indonesia.
Ia mengatakan bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menambah stok CBP, karena berdasarkan Kerangka Sampel Area (KSA) Badan Pusat Statistik (BPS) amatan Juli 2024 update per 22 Agustus, produksi beras pada periode September dan Oktober 2024 akan meningkat masing-masing menjadi 2,87 juta ton dan 2,59 juta ton.
Jumlah tersebut meningkat dibandingkan produksi beras pada Juni yang tercatat 2,06 juta ton dan Juli 2,05 juta ton.
Advertisement
Produksi Beras
Selain itu, menurut survei BPS, produksi beras pada September dan Oktober itu diperkirakan melampaui konsumsi beras nasional yang hanya 2,58 juta ton dalam periode yang sama, menunjukkan adanya surplus produksi.
“Ini waktunya kita mempersiapkan stok cadangan beras pemerintah … Sehingga kami sangat intens mempersiapkan cadangan pangan pemerintah, khususnya beras,” ujar Arief.
Impor BerasDirektur Utama Perum Bulog Bayu Krisnamurthi pada pekan lalu mengatakan bahwa Bulog, yang mendapatkan kuota impor beras 3,6 juta ton pada tahun ini, telah merealisasikan 2,4 juta ton, sehingga masih ada 1,2 juta ton kuota beras impor yang belum terealisasi.
Impor beras sebanyak 1,2 juta ton itu diharapkan dapat terealisasi sepenuhnya dan tiba sebelum Desember 2024. Beras impor itu akan dijadikan cadangan beras pemerintah, termasuk untuk beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) yang dijual Rp12.500 per kg.