Liputan6.com, Merauke Masyarakat Papua Selatan diajak untuk mendukung penuh kegiatan cetak sawah yang akan dijalankan pemerintah di tahun 2025. Demikian ajakan dari Ketua Marga Gebze di Kampung Urumb (Dusun Serapuh) Distrik Semangga, Kabupaten Merauke, Johanes Gebze.
Menurut Johanes, masyarakat tak perlu ragu apalagi risau akan adanya isu penyerobotan lahan yang selama ini muncul ke permukaan. Sebaliknya, pemerintah malah akan memperkuat posisi hak adat dan hak ulayat sebagai bagian dari kearifan lokal yang harus dilestarikan bersama.
Baca Juga
"Saya mengajak masyarakat bahwa pemerintah ini memiliki kegiatan cetak sawah. Mereka mau bantu kita ya kita harus rajin-rajin lagi seperti yang kemarin. Kemarin yang kita kerja habis itu gagal, habis juga. Kalau proyek cetak sawah ini tidak akan gagal dan saya yakin betul," kata Johanes, Selasa (24/9).
Advertisement
Dalam kesempatan itu, Johanes berterima kasih karena selama ini pemerintah terus memberi bantuan dan pendampingan yang intensif kepada petani dan masyarakat Papua. Dia mencontohkan, para petani saat ini bisa melakukan pertanaman setelah adanya bantuan pompa dan juga sarana produksi lainya.
"Dulu disini masyarakat memang sering olah, cuma kendalanya di alat terus penguapan air asin. Pintu air-pintu air juga lagi bocor, lagi rusak. Jadi, petani di sini memakai air itu menadah hujan saja. Tapi sekarang kita dapat bantuan pemerintah dan bisa bertanam dengan baik," katanya.
Sementara itu, para petani di Distrik Kurik, Kabupaten Merauke, Papua Selatan mengaku senang lantaran sawah di sana kini bisa ditanam 3 kali dalam setahun. Mereka bahkan optimis bisa berkontribusi besar pada peningkatan produksi nasional terutama dalam mewujudkan swasembada dan juga Indonesia lumbung pangan dunia.
Danis Kagawai (42), salah satu petani setempat mengatakan optimasi lahan atau Oplah yang digarap pemerintah ini dimulai sejak 2016. Kala itu, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman menjabat sebagai Mentan pada periode pertama Presiden Joko Widodo.
Beberapa tahun kemudian, lahan yang tadinya terbengkalai ini berubah menjadi lahan produktif dan subur. Petani bahkan bisa panen 3 kali dalam setahun karena pemrograman menyediakan bibit, pompa hingga pupuknya secara berkala.
"Sekarang sudah dibantu mesin dan pompa dan kami yakin bisa 3 kali dalam setahun. Kami bersyukur petani dilayani semuanya oleh pemerintah. Kami dibantu pompa, pupuk bahkan benih," katanya.
(*)