Jadi Sumber Energi Bersih, Kementan Turun Tangan Kembangkan Biomassa

Industri pertanian siap mendukung pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan. Kementerian Pertanian siap untuk bersinergi dalam memastikan kesuksesan program ini, termasuk melalui pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat.

oleh Septian Deny diperbarui 09 Okt 2024, 08:29 WIB
Diterbitkan 09 Okt 2024, 08:29 WIB
Kementan
Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono/Istimewa.

Liputan6.com, Jakarta Subholding PLN Energi Primer Indonesia (PLN EPI) melibatkan masyarakat Tasikmalaya dalam pengelolaan biomassa untuk co-firing di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU), serta meningkatkan pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) dan perekonomian lokal melalui program Pengembangan Ekosistem Biomassa Berbasis Ekonomi Kerakyatan dan Pertanian Terpadu atau Green Economy Village (GEV).

Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, mengatakan, industri pertanian siap mendukung pengembangan ekosistem biomassa berbasis ekonomi kerakyatan. Kementerian Pertanian siap untuk bersinergi dalam memastikan kesuksesan program ini, termasuk melalui pembinaan dan penyuluhan kepada masyarakat.

“Kami dari Kementerian Pertanian siap bersinergi dan memberikan dukungan penuh. Program ini tidak hanya berkontribusi pada energi terbarukan, tapi juga berdampak langsung terhadap ekonomi masyarakat. Ini adalah inisiatif yang sangat bermanfaat bagi rakyat,” kata Sudaryono, Rabu (9/10/2024).

Direktur Utama PLN EPI, Iwan Agung Firstantara biomassa merupakan salah satu kunci strategis dalam mengejar target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025 dan mencapai Net Zero Emissions (NZE) pada 2060. Kolaborasi yang kuat antara berbagai pihak, termasuk masyarakat, sangat penting untuk memastikan keberhasilan program ini.

Iwan menegaskan, sebagian besar biomassa yang digunakan untuk cofiring di PLTU PLN berasal dari limbah pertanian dan perkebunan. Dalam upaya memperkuat pasokan biomassa, PLN EPI mengajak masyarakat Tasikmalaya untuk memanfaatkan peluang ekonomi dari pengembangan biomassa ini.

“Kami menargetkan pemanfaatan biomassa sebesar 2,2 juta ton di tahun 2024 dan akan meningkat menjadi 10 juta ton di tahun 2025 untuk memenuhi kebutuhan 52 PLTU,” ujar Iwan.

Iwan menambahkan bahwa pengembangan biomassa tidak hanya penting untuk energi bersih tetapi juga untuk ekonomi masyarakat melalui program pertanian terpadu di lahan kritis.

 


Program GEV

PLN mendukung transisi energi dengan menerapkan program pencampuran biomassa dengan batu bara (Co-firing) pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). (Dok PLN)
PLN mendukung transisi energi dengan menerapkan program pencampuran biomassa dengan batu bara (Co-firing) pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). (Dok PLN)

Program GEV telah dimulai sejak 2023 dan melibatkan tiga lokasi: Tasikmalaya, Cilacap, dan Gunungkidul. Di Tasikmalaya, program ini akan berkembang hingga 100 hektar pada 2025, dengan fokus pada pengembangan tanaman Indigofera yang berfungsi sebagai bahan baku biomassa sekaligus pakan ternak.

“Dengan program ini, PLN berharap dapat membangun ekosistem biomassa yang berkelanjutan serta berkontribusi terhadap pengurangan emisi karbon dan peningkatan kesejahteraan masyarakat,” tutur Iwan.

PJ Bupati Tasikmalaya menyampaikan bahwa program ini memberikan dukungan luar biasa bagi kemajuan Kabupaten Tasikmalaya, terutama di sektor pertanian yang menjadi tumpuan ekonomi masyarakat di Desa Bojongkapol, Kecamatan Bojonggambir, Kabupaten Tasikmalaya.

"Ini bentuk dukungan yang luar biasa bagi kemajuan daerah kami, khususnya dalam bidang pertanian yang menjadi tumpuan ekonomi masyarakat Kabupaten Tasikmalaya. Kabupaten Tasikmalaya dikenal dengan kekayaan alam dan sumber daya pertaniannya, namun tantangan besar yang kita hadapi saat ini adalah bagaimana mengelola potensi tersebut dengan cara yang ramah lingkungan dan berkelanjutan," ujar PJ Bupati Tasikmalaya.

 


Sumber Energi Terbarukan

PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)
PLN berhasil melakukan uji coba penggunaan 75 persen biomassa Woodchips (kepingan kayu) untuk bahan bakar pengganti batu bara (cofiring) di PLTU Bolok dengan kapasitas 2x16,5 Megawatt (MW) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT). (Dok PLN)

Ia menjelaskan bahwa biomassa sebagai sumber energi terbarukan menjadi solusi relevan untuk memanfaatkan limbah pertanian dan hutan sebagai bahan baku energi. Program ini, menurutnya, tidak hanya menjaga kelestarian lingkungan tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat.

"Biomassa sebagai sumber energi terbarukan menjadi solusi yang sangat relevan dalam konteks ini dengan memanfaatkan limbah pertanian dan hutan sebagai bahan baku energi. Kita tidak hanya membantu menjaga kelestarian lingkungan, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru bagi masyarakat lokal," tutupnya

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya