Boeing Terlilit Utang: Ingin PHK 17.000 Karyawan

Boeing akan memangkas jumlah karyawan seiring masalah yang dihadapi termasuk kerugian yang terus meningkat.

oleh Agustina Melani diperbarui 12 Okt 2024, 12:37 WIB
Diterbitkan 12 Okt 2024, 12:37 WIB
Boeing Terlilit Utang: Ingin PHK 17.000 Karyawan
Boeing bakal memangkas 10 persen karyawan atau sekitar 17.000 orang. Langkah Boeing memangkas jumlah karyawan seiring rugi perusahaan terus meningkat dan pemogokan yang telah melumpuhkan pabrik pesawatnya. (AFP Photo)

Liputan6.com, Jakarta - Boeing bakal memangkas 10 persen karyawan atau sekitar 17.000 orang. Langkah Boeing melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) karyawan seiring rugi perusahaan terus meningkat dan pemogokan yang telah melumpuhkan pabrik pesawatnya memasuki minggu kelima.

Selain itu, Boeing juga akan menunda peluncuran pesawat berbadan lebar terbaru yang telah lama tertunda, demikian seperti dikutip dari CNBC, Sabtu (12/10/2024).

Boeing juga tidak akan mengirimkan pesawat berbadan lebar 777X yang masih belum tersertifikasi hingga 2026, sehingga pesawat itu terlambat sekitar enam tahun dari jadwal.

Boeing pada Agustus juga hentikan uji terbang pesawat itu ketika menemukan kerusakan struktural. CEO Boeing Kelly Ortberg menuturkan, Boeing juga akan berhenti membuat pesawat kargo komersial 767 pada 2027 setelah memenuhi pesanan yang tersisa.

“Bisnis kami berada dalam posisi yang sulit, dan sulit hadapi tantangan yang kita hadapi bersama,” ujar Ortberg.

Ia mengatakan, selain menavigasi lingkungan saat ini, pihaknya memutuskan keputusan sulit untuk memulihkan perusahaan. Adapun Boeing memiliki 171.000 karyawan di dunia, dan 147.000 berada di Amerika Serikat. "Kami harus membuat perubahan struktural untuk memastikan kami dapat tetap kompetitif dan memberikan layanan kepada pelanggan kami dalam jangka panjang,” ujar dia.

Alami Masalah

Mengutip CNN, Boeing selama lebih dari lima tahun alami masalah serius dimulai dengan dua kecelakaan fatal pesawat terlarisnya 737 MAX pada 2018 dan 2019 yang akibatkan penghentian operasional jet selama 20 bulan di dunia. Boeing juga alami kerugian besar pada 2020 saat pandemi COVID-19 menyebabkan hampir terhentinya perjalanan udara dan memaksa maskapai menarik kembali pesanan pesawat baru.

Selain itu, masalah baru adalah pintu pada 737 Max yang diterbangkan oleh Alaska Airline yang terlepas beberapa menit setelah penerbangan pada 5 Januari, meninggalkan lubang di sisi pesawat.

Meskipun pesawat itu dapat mendarat tanpa cedera serius pada penumpang dan awak, hal itu memicu putaran baru penyelidikan federal terhadap keselamatan dan kualitas pesawat Boeing.

Temuan awal dari penyelidikan oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Nasional menemukan pesawat itu telah meninggalkan pabrik Boeing dua bulan sebelumnya tanpa empat baut yang diperlukan untuk menahan sumbat pintu agar tetap pada tempatnya.

Utang Boeing

Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)
Ilustrasi pesawat Boeing 737 Max 8 (AFP/Stephen Brashear)

Adapun mengutip Channel News Asia, Boeing memiliki utang sekitar USD 60 miliar atau Rp 933,92 triliun (asumsi kurs dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran 15.565) dan membukukan arus kas operasional lebih dari USD 7 miliar pada semester I 2024.

Analis perkirakan Boeing perlu kumpulkan dana antara USD 10 miliar-USD 15 miliar untuk mempertahankan peringkatnya yang sekarang berada satu tingkat di atas peringkat sampah.

Partner Running Point Capital Advisors, Michael Ashley Schulman menuturkan, keterlambatan pengiriman 777X dan pengurangan tenaga kerja bukan kejutan besar.

“Peringkat kredit dan harga saham telah terancam selama hampir satu dekade karena salah urus dan sikap keras kepala yang ditunjukkan dalam pemogokan,”

Adapun pemutusan hubungan kerja (PHK) dan biaya merupakan langkah paling dramatis hingga kini dari Ortberg yang baru menjabat selama dua bulan di posisi puncak. Ia bertugas  mengembalikan Boeing menuju stabilitas setelah krisis keselamatan dan manufaktur, termasuk masalah pintu. Selain itu, mogok kerja masinis juga jadi tantangan lain bagi Ortberg.

Lembaga pemeringkat kredit telah memperingatkan perusahaan tersebut berisiko kehilangan peringkat investasinya, dan Boeing telah menghabiskan uang tunai dalam apa yang diharapkan oleh para pemimpin perusahaan akan menjadi tahun pemulihan.

 

Potensi Kerugian Boeing

Boeing 737 Next-Generation (Dok boeing.com)
Boeing 737 Next-Generation (Dok boeing.com)

S&P Global Ratings mengatakan awal minggu ini Boeing merugi lebih dari USD 1 miliar per bulan akibat pemogokan lebih dari 30.000 masinis, yang dimulai pada 13 September setelah masinis menolak kesepakatan sementara yang dicapai perusahaan dengan serikat pekerja. Ketegangan meningkat antara produsen dan Asosiasi Pekerja Masinis dan Dirgantara Internasional, dan Boeing menarik tawaran kontrak baru awal minggu ini.

Pada Kamis, Boeing mengatakan telah mengajukan tuntutan praktik ketenagakerjaan yang tidak adil kepada Dewan Hubungan Perburuhan Nasional yang menuduh Asosiasi Pekerja Masinis dan Dirgantara Internasional bernegosiasi dengan itikad buruk dan salah mengartikan proposal pembuat pesawat.

Serikat pekerja mengecam Boeing karena tawaran manis yang menurut dia tidak dinegosiasikan dengan serikat pekerja dan mengatakan pekerja tidak akan memberikan suara untuk itu.

Pemutusan hubungan kerja, yang menurut Ortberg akan terjadi "selama beberapa bulan mendatang," akan terjadi tepat setelah Boeing dan ratusan pemasoknya berusaha keras untuk menambah staf setelah pandemi Covid-19, ketika permintaan anjlok.

30 Ribu Karyawan Boeing Mogok Kerja, Gaji Tak Cukup Buat Hidup

Boeing 737 Next-Generation (Dok boeing.com)
Boeing 737 Next-Generation (Dok boeing.com)

Sebelumnya, lebih dari 30.000 pekerja Boeing melakukan pemogokan setelah serikat pekerja mereka menolak kesepakatan yang akan menaikkan gaji sebagai ganti hilangnya bonus dan pensiun.

Para pekerja kini telah memasuki minggu kedua pemogokan tanpa ada tanda-tanda kesepakatan dengan manajemen Boeing.

Dikutip dari BBC, Senin (23/9/2024) BBC bertanya kepada para pekerja di garis piket di luar pabrik Boeing di Auburn, Washington, mengapa mereka merasa tidak punya pilihan selain melakukan pemogokan.

Banyak pekerja yang menyebutkan hilangnya bonus dan pensiun, serta inflasi dan biaya hidup, menjadi alasan mereka untuk mogok.

Salah satu pekerja di Boeing bernama Davon Smith, memperoleh penghasilan kurang dari USD 28 atau setara dengan Rp 434 ribu per jam untuk memasang sayap pada pesawat Boeing 777X, yang masing-masing dijual seharga lebih dari USD 400 juta atau setara dengan Rp 6,2 triliun.

Ia juga sembari bekerja sebagai penjaga keamanan di sebuah bar demi memenuhi kebutuhan hidup. "Itulah yang membuat saya bertahan hidup," kata Davon.

Bahkan tunangannya, yang bekerja sebagai sekretaris untuk sekolah-sekolah di Seattle, memperoleh penghasilan lebih besar darinya.

Kesepakatan yang disetujui sementara oleh perwakilan serikat pekerja dan Boeing akan membuat pekerja mendapatkan kenaikan gaji sebesar 25% selama empat tahun.

Serikat pekerja di Boeing menolak kesepakatan baru yang menawarkan kenaikan tunjangan kesehatan, pensiun, dan cuti orang tua berbayar, meskipun mereka awalnya menuntut kenaikan gaji 40%.

 

Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Bank Dunia Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Global Bakal Terjun Bebas. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya