Bonus Produksi Panas Bumi Setor Rp 950 Miliar Lebih ke Daerah

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat hingga 2024, realisasi dana bonus produksi dari lapangan panas bumi di Indonesia mencapai angka yang signifikan, yakni lebih dari Rp 950 miliar sejak 2015.

oleh Maulandy Rizki Bayu Kencana diperbarui 24 Okt 2024, 18:00 WIB
Diterbitkan 24 Okt 2024, 18:00 WIB
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), emiten anak usaha Pertamina yang bergerak dalam sektor panas bumi, membukukan kenaikan laba bersih perusahaan sebesar 49,7 persen dibanding tahun 2021.
PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), emiten anak usaha Pertamina yang bergerak dalam sektor panas bumi, membukukan kenaikan laba bersih perusahaan sebesar 49,7 persen dibanding tahun 2021.

Liputan6.com, Jakarta Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat hingga 2024, realisasi dana bonus produksi dari lapangan panas bumi di Indonesia mencapai angka yang signifikan, yakni lebih dari Rp 950 miliar sejak 2015.

Direktur Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiyani Dewi mengungkapkan, pemanfaatan dana bonus produksi panas bumi oleh pemerintah daerah (pemda) mencakup beberapa bidang. Semisal peningkatan infrastruktur publik, pembangunan fasilitas pendidikan dan kesehatan, pengembangan ekonomi lokal, dan pembangunan instalasi air bersih.

"Bonus produksi panas bumi berperan strategis untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat utamanya yang berada di sekitar proyek pembangkit listrik panas bumi. Dengan distribusi dana yang tepat sasaran, masyarakat setempat dapat merasakan dampak langsung dari pengelolaan energi panas bumi melalui pembangunan infrastruktur, penyediaan fasilitas publik dan peningkatan akses pendidikan serta kesehatan," ujarnya dalam keterangan tertulis, Kamis (24/10/2024).

Eniya mengatakan, beberapa proyek panas bumi yang berkontribusi besar dalam merealisasikan dana bonus produksi. Antara lain, dari lapangan panas bumi Kamojang, Patuha, Darajat, Wayang Windu, dan Salak di Jawa Barat. Wilayah lainnya yaitu lapangan panas bumi di Ulubelu, Lumut Balai, Muaralaboh, Sorik Marapi, dan Sarulla di Sumatera Utara, serta beberapa lapangan lainnya di Nusa Tenggara dan Sulawesi seperti Lahendong.

Kepada badan usaha pengembang panas bumi, Eniya menegaskan pemanfaatan bonus produksi panas bumi harus memperhatikan potensi isu sosial yang dapat timbul. Semisal isu ketidakmerataan distribusi manfaat, gangguan lingkungan, hingga ketidakpahaman masyarakat mengenai proyek panas bumi.

 

Perencanaan dan Pengelolaan Dana

PT PLN Indonesia Power (PLN IP)
PT PLN Indonesia Power (PLN IP) menjaga stabilitas pasokan listrik dalam menyukseskan gelaran KTT ASEAN 2023 atau ASEAN Summit 2023, dengan mengandalkan energi ramah lingkungan melalui Pembangkit Listrik Tenaga Panas bumi (PLTP) Ulumbu. (Dok. PLN)

Dengan pelibatan masyarakat dalam proses perencanaan dan pengelolaan dana, serta memastikan komunikasi yang baik dan transparan, diharapkan dapat meminimalisir potensi konflik sosial dan menciptakan keharmonisan antara pelaku usaha dan masyarakat sekitar.

"Pengelolaan bonus produksi ini harus menerapkan prinsip akuntabilitas, transparansi dan partisipasi aktif masyarakat. Pelibatan masyarakat dalam setiap tahap pengambilan keputusan terkait pemanfaatan dana bonus produksi akan memperkuat rasa memiliki dan tanggung jawab bersama dalam menjaga kelangsungan proyek panas bumi dan manfaat jangka panjang yang dihasilkan," tuturnya.

Kegiatan rekonsiliasi perhitungan dana bagi hasil yang digelar, menurut Eniya, bukan hanya sekedar penyampaian informasi, tetapi juga merupakan ajang dialog untuk mendengarkan aspirasi dan harapan masyarakat melalui pemerintah daerah.

"Agar dapat memahami lebih baik apa yang menjadi kebutuhan masyarakat dan bersama-sama mencari solusi yang tepat," pungkas Eniya.

Demi Swasembada Energi, Pertamina Kembangkan 4 Teknologi Rendah Karbon

Dalam mendukung target swasembada energi, Pertamina terus berkomitmen menjaga ketahanan energi. (Dok Pertamina)
Dalam mendukung target swasembada energi, Pertamina terus berkomitmen menjaga ketahanan energi. (Dok Pertamina)

PT Pertamina (Persero) mendukung kebijakan Presiden Prabowo Subianto untuk mencapai swasembada energi dalam 4-5 tahun mendatang. Swasembada energi merupakan salah satu dari 17 program prioritas dalam visi Asta Cita yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo.

Dalam rangka mencapai target tersebut, Pertamina terus memperkuat ketahanan energi dengan mempertahankan bisnis eksisting sekaligus mengembangkan sektor rendah karbon yang lebih ramah lingkungan.

Vice President Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menjelaskan bahwa saat ini Pertamina sedang mengembangkan empat terobosan teknologi rendah karbon, yaitu biofuel, petrochemical, geothermal, dan Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS). Terobosan ini diharapkan dapat membantu mencapai Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat.

“Pengembangan ini tidak hanya memperkuat swasembada energi, tetapi juga berkontribusi pada penurunan emisi karbon dan membuka peluang bisnis baru,” ujar Fadjar, Kamis (24/10/2024).

1. Biofuel

Pertamina telah berhasil mengembangkan energi biofuel yang ramah lingkungan melalui campuran bahan nabati. Produk Biodiesel B35 yang diproduksi Pertamina telah membantu menurunkan emisi CO2 hingga 32,7 juta ton pada tahun 2023. Selain B35, Pertamina juga mengembangkan Pertamax Green dan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai bahan bakar ramah lingkungan untuk pesawat.

2. Geothermal

Dalam sektor Geothermal, Pertamina saat ini mengelola 15 wilayah kerja panas bumi dengan kapasitas terpasang 672 MW. Pertamina berencana meningkatkan kapasitas tersebut menjadi 1 GW dalam 2-3 tahun mendatang. Potensi cadangan panas bumi ini siap dikembangkan lebih lanjut guna memperkuat sumber energi terbarukan di Indonesia.

3. Petrochemical

Pada sektor petrochemical, Pertamina menargetkan produksi 3,2 juta ton pada tahun 2025, meningkat dari 1,9 juta ton saat ini. Pertamina terbuka untuk menjalin kemitraan dengan berbagai institusi nasional dan internasional guna mendukung pengembangan bisnis ini.

4. CCS/CCUS

Pertamina juga sedang mengembangkan proyek CCS/CCUS di berbagai lapangan minyak, termasuk Field Sukowati, Field Jatibarang, dan Field Ramba. Pengembangan ini diharapkan mampu mengurangi emisi hingga 1,5 juta ton per tahun pada 2029.

 

Desa Energi Berdikari

Desa Energi Berdikari
Desa Energi Berdikari. (Dok. Pertamina)

Selain pengembangan teknologi rendah karbon, Pertamina juga melibatkan masyarakat melalui program Desa Energi Berdikari yang hingga saat ini telah mencakup 85 desa di seluruh Indonesia. Program ini berfokus pada pemanfaatan energi hijau yang berdampak pada kemandirian energi masyarakat lokal.

Pertamina berhasil melampaui target dekarbonisasi dengan reduksi emisi scope 1 & 2 mencapai 124% dari target yang ditetapkan pada tahun 2023. Keberhasilan ini menempatkan Pertamina di peringkat pertama dalam ranking ESG global di subsektor minyak dan gas terintegrasi, berdasarkan Sustainalytics.

“Dengan dukungan dari berbagai pihak, Pertamina optimis dapat mendukung program swasembada energi sekaligus mencapai target NZE sesuai dengan kebijakan nasional,” tambah Fadjar.

Pertamina berkomitmen untuk terus mendukung transisi energi dan target Net Zero Emission 2060, sejalan dengan prinsip Environmental, Social & Governance (ESG) di seluruh lini bisnisnya.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya