Liputan6.com, Jakarta - Harga minyak melonjak pada perdagangan hari Jumat karena Departemen Keuangan Amerika Serikat (AS) mengumumkan sanksi besar-besaran terhadap industri minyak Rusia.
Mengutip CNBC, Sabtu (11/1/2025), harga minyak Brent naik USD 2,84 atau 3,69% ditutup pada USD 79,76 per barel. Sedangkan harga minyak mentah AS naik USD 2,65 atau 3,58% dan ditutup pada USD 76,57 per barel.
Advertisement
Baca Juga
Harga minyak dunia ini ditutup pada level tertinggi sejak Oktober 2024.
Advertisement
Sanksi yang dijauhkan Departemen Keuangan AS menargetkan perusahaan minyak Rusia Gazprom Neft dan Surgutneftegas dan anak perusahaan mereka, lebih dari 180 kapal tanker, dan lebih dari selusin pejabat dan eksekutif energi Rusia.
Para eksekutif yang terkena sanksi termasuk CEO Gazprom Neft Aleksandr Valeryevich Dyukov.
Berebut Pasokan
Dalam catatan Departemen Keuangan AS, kapal-kapal yang dikenai sanksi sebagian besar adalah kapal tanker minyak yang merupakan bagian dari armada bayangan Rusia yang telah menghindari sanksi yang ada terhadap ekspor energi negara itu.
"AS mengambil tindakan besar-besaran terhadap sumber pendapatan utama Rusia untuk mendanai perang brutal dan ilegalnya melawan Ukraina," kata Menteri Keuangan Janet Yellen dalam sebuah pernyataan.
"Dengan tindakan hari ini, kami meningkatkan risiko sanksi yang terkait dengan perdagangan minyak Rusia, termasuk pengiriman dan fasilitasi keuangan untuk mendukung ekspor minyak Rusia," kata Yellen.
Pasar Berebut Produksi Timur Tengah
Direktur Eksekutif Energi Berjangka Mizuho Securities Bob Yawger dalam catatannya menuliskan bahwa persepsi yang ada di pasar minyak adalah dengan adanya sanksi ini maka penyuling India dan China yang telah mengimpor minyak Rusia harus berebut pasokan dari Timur Tengah.
Pemerintahan AS yang dipimpin Joe Biden telah berupaya untuk meningkatkan tekanan kepada Rusia dan memberikan bantuan kepada Ukraina sebelum Presiden terpilih Donald Trump menjabat yang pelantikannya akan diadakan pada 20 Januari nanti.
"Pemerintahan Biden memilih sanksi energi yang lebih kuat, yang membuat pasar minyak khususnya merasa puas dengan risiko sanksi," kata Bob McNally, presiden Rapidan Energy Group.
"Oleh karena itu, kami memperkirakan premi risiko material saat ini dalam Brent akan bertahan sambil menunggu sinyal dari tim Trump mengenai apakah mereka akan melanjutkan sanksi ini," kata McNally.
Advertisement
Perdagangan Kemarin
Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak menguat lebih dari 1 persen pada perdagangan Kamis, 9 Januari 2025. Harga minyak melesat seiring cuaca dingin yang melanda sebagian wilayah Amerika Serikat (AS) dan Eropa meningkatkan permintaan bahan bakar saat musim dingin.
Mengutip Yahoo Finance, Jumat (10/1/2025), harga minyak Brent berjangka naik 98 sen atau 1,29 persen menjadi USD 77,14 per barel pada pukul 1:10 siang EST. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 84 sen atau 1,15 persen menjadi USD 74,16. Pada perdagangan Rabu pekan ini, harga minyak acuan itu telah turun lebih dari 1 persen.
"Kenaikan ini jelas merupakan permintaan bahan bakar musim dingin yang meningkat di Amerika Serikat,” ujar Partner Again Capital, John Kilduff.
Berdasarkan National Weather Service, sebagian wilayah Texas timur hingga utara Kentucky berada di bawah peningkatan badai musim dingin, yang sebagian besar wilayah di Arkansas dan Tennessee.
"Saat ini tampaknya es akan tetap berada di utara deretan kilang di sepanjang Pantai Teluk AS, tetapi pemadaman listrik akan menjadi perhatian karena hujan lebat dan angin akan datang,” ujar TACenergy trading.
Kilduff menuturkan, pihaknya melihat tingkat produksi kilang yang kuat dan kilang di Amerika Serikat memproduksi bahan bakar dari semua jenis dan itu juga menopang pasar minyak mentah.
Peningkatan produksi minyak mentah kilang naik sebesar 45.000 barel per hari (bph) dalam seminggu hanya 3 Januari, sementara tingkat pemanfaatan naik 0,6 persen menjadi 93,3 persen.
Penyulingan di sepanjang Pantai Teluk AS menaikkan input bersih minyak mentah mereka ke level tertinggi sejak Desember 2018, kata EIA.