Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto, mengungkapkan bahwa Perdana Menteri Jepang, Shigeru Ishiba berkomitmen untuk memberikan dukungan kepada Pemerintah Indonesia terkait program makan bergizi gratis (MBG).
Hal tersebut disampaikan Shigeru Ishiba dalam pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto. Ishiba menyampaikan dukungan itu muncul lantaran Jepang telah lebih dulu melaksanakan program makan bergizi untuk anak-anak selama lebih dari 80 tahun.
Advertisement
Baca Juga
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan bahwa Presiden Prabowo Subianto memiliki target ambisius untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia, yakni mencapai angka 8%, dengan menurunkan ICOR (Incremental Capital Output Ratio).
Advertisement
Pemerintah optimis bahwa pencapaian ini akan tercapai asalkan seluruh tim bekerja keras dan fokus pada tujuan. Airlangga menegaskan bahwa pencapaian tersebut tidak hanya untuk kepentingan ekonomi, tetapi juga untuk kesejahteraan masyarakat, sehingga mengurangi kemiskinan, kelaparan, dan kekurangan gizi.
"Bapak Presiden Prabowo Subianto ingin pertumbuhan ekonomi kita 8% dan ICOR kita (saat ini) turun. Tentu kita berharap bahwa seluruh tim kita di Kemenko Perekonomian bekerja keras, dan terus optimis bahwa itu bisa dicapai. Karena pencapaian itu hanya bisa dicapai kalau kita optimis dan yakin bahwa kita bisa mencapai hal tersebut," kata Airlangga di Jakarta, Minggu (12/1/2025).
Tingkatkan Kualitas Hidup
Kata Airlangga, Presiden Prabowo juga menekankan pentingnya memerangi kelaparan dan kurang gizi sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia.
Ini adalah langkah konkret yang mendukung tujuan jangka panjang untuk menciptakan masyarakat yang sehat dan sejahtera.
"Kita juga harus meyakini bahwa itu adalah kepentingan masyarakat. Karena kita tidak ingin saudara-saudara kita hidup dalam kemiskinan, hidup dalam kelaparan, hidup kekurangan gizi. Karena itu, yang menjadi perhatian utama dari Bapak Presiden adalah memerangi kelaparan, memerangi yang kurang gizi," ujarnya.
Selain itu, Airlangga Hartarto mengatakan salah satu hasil dari forum internasional seperti APEC dan G20 adalah kesepakatan untuk memerangi kelaparan global.
Program makan bergizi gratis yang saat ini tengah digalakkan oleh pemerintah Indonesia sejalan dengan tujuan tersebut, menunjukkan komitmen negara ini dalam memenuhi kebutuhan gizi anak-anak.
Luhut soal Makan Bergizi Gratis: Anak-Anak Senang, Ekonomi Desa Menggeliat
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Luhut Binsar Pandjaitan, mengapresiasi dampak positif program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan sejak Senin, 6 Januari 2025.
Program ini dinilai memberikan kontribusi signifikan terhadap kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat, khususnya anak-anak sekolah dan komunitas pedesaan.
Dalam konferensi pers di Jakarta, Luhut menyebut bahwa program ini membuat anak-anak sekolah lebih bahagia karena mendapatkan makanan bergizi tanpa mengorbankan uang jajan mereka.
"Anak-anak sangat menikmati makan bergizi ini. Mereka bilang sebelumnya hanya membawa uang jajan untuk membeli makanan yang tidak jelas gizinya. Dengan program ini, mereka bisa makan sehat dan senang," ujar Luhut.
Dampak Ekonomi di Pedesaan
Luhut juga menyoroti efek ekonomi dari program ini, yang berhasil menggerakkan perekonomian desa. Pelibatan masyarakat dalam penyediaan makanan menciptakan peluang usaha baru, seperti produksi sayur-mayur dan bahan makanan lainnya.
"Uang yang berputar di desa meningkat. Ada kegiatan ekonomi baru, orang jadi membuat sayur, makanan, dan lainnya. Padahal ini baru berjalan satu minggu," tambahnya.
Advertisement
Pengurangan Beban Konsumsi Rumah Tangga
Anggota Dewan Ekonomi Nasional, Arief Anshory Yusuf, menjelaskan bahwa program ini secara tidak langsung mengurangi beban konsumsi rumah tangga.
Setiap anak mendapatkan makanan senilai Rp 10.000 per hari, yang jika dihitung untuk dua anak dalam satu keluarga selama 20 hari, mencapai Rp 400.000.
"Jumlah ini hampir setara dengan satu kali garis kemiskinan. Walaupun sifatnya universal, dampaknya sangat progresif. Ini adalah bentuk redistribusi pendapatan yang langsung terasa," ungkap Arief.