Liputan6.com, Jakarta - Angka pengangguran global tetap stabil pada 2024 di level terendah sepanjang sejarah sebesar 5%. Hal itu diprediksi berlanjut pada 2025 di tengah perlambatan ekonomi global.
Mengutip US News, Rabu (22/1/2025) Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan dalam laporan terbarunya angka pengangguran global tetap bertahan di kisaran 5% pada 2025.
Baca Juga
Namun, badan yang berpusat di Jenewa tersebut mengatakan, perlambatan ekonomi global dari 3,3% menjadi sekitar 3,2% tahun lalu, dan perlambatan bertahap dalam jangka menengah, akan membatasi penciptaan lapangan kerja.
Advertisement
"Ekonomi global terus berkembang pada tingkat yang moderat, tetapi diproyeksikan akan kehilangan tenaga secara bertahap, sehingga mencegah pemulihan pasar tenaga kerja yang lebih kuat dan lebih tahan lama," ungkap ILO dalam laporannya tentang ketenagakerjaan global dan tren sosial.
Tingkat pengangguran global saat ini sebesar 5% merupakan yang terendah dalam data ILO yang dimulai sejak 1991, dan diproyeksikan akan turun lagi pada 2026 menjadi 4,9%, menurut organisasi tersebut.
Namun, beberapa negara dan kelompok gagal mendapatkan keuntungan dari tren positif tersebut, dengan kaum muda menghadapi tingkat pengangguran yang jauh lebih tinggi sebesar 12,6%.
Sementara beberapa negara Eropa telah mengalami penurunan pengangguran dalam beberapa tahun terakhir, negara-negara seperti Afrika Selatan melaporkan tingkat pengangguran yang sangat tinggi di atas 30% pada 2024.
Direktur Jenderal ILO Gilbert Houngbo, yang juga dikenal mantan Perdana Menteri Togo, menyerukan tindakan untuk membantu mengatasi hambatan terhadap pasar tenaga kerja yang berkembang.
"Dunia harus merangkul pendekatan baru terhadap keadilan sosial yang menghasilkan pekerjaan layak," katanya dalam kata pengantar laporan tersebut.
Laporan ILO juga mencakup rekomendasi untuk meningkatkan penciptaan lapangan kerja melalui investasi dalam pendidikan.
Jumlah Pengangguran di RI Turun Jadi 7,47 Juta Orang
Diwartakan sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) pada Agustus 2024 mencapai 4,91 persen, turun 0,41 persen dibandingkan angka pengangguran periode yang sama tahun 2023.
Plt. Kepala BPS, Amalia A. Widyasanti, membeberkan bahwa pada Agustus 2024, jumlah penduduk usia kerja tercatat sebanyak 215,37 juta orang, meningkat 2,78 juta dibandingkan Agustus 2023.
"Angkatan kerja (AK) pada Agustus 2024 mencapai 152,11 juta orang, bertambah 4,40 juta dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, bukan angkatan kerja (BAK) tercatat sebanyak 63,26 juta orang, turun sekitar 1,62 juta orang dibanding Agustus 2023," ujar Amalia dalam konferensi pers mengenai pertumbuhan ekonomi triwulan III-2024, 5 November 2024.
Dari jumlah angkatan kerja tersebut, sebanyak 144,64 juta orang di antaranya bekerja, meningkat 4,79 juta dibandingkan Agustus 2023.
Rincian Penduduk yang Bekerja
-Pekerja penuh: 98,45 juta orang (bertambah 2,06 juta orang)
-Pekerja paruh waktu: 34,63 juta orang (bertambah 0,51 juta orang)
-Setengah pengangguran: 11,56 juta orang (naik 2,22 juta orang)
Di sisi lain, data BPS juga mencatat, jumlah angkatan kerja yang tidak terserap pasar kerja mencapai 7,47 juta pengangguran, atau turun 0,39 juta dibandingkan Agustus 2023
Advertisement
Inflasi 2024 Terendah sepanjang Sejarah, Ini Penjelasan BPS
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahun kalender (year to date) Desember 2024 sebesar 1,57% merupakan yang terendah dalam sejarah penghitungan inflasi yang dilakukan BPS.
"Jadi, inflasi tahun kalender atau year to date Desember 2024 sebesar 1,57% adalah inflasi terendah selama ini atau sejak dilakukannya penghitungan inflasi oleh BPS," kata Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers BPS, Kamis (2/1/2025).
Sebelumnya, kata Pudji, BPS pernah mencatat inflasi terendah pada 2020, yang mencapai 1,68%. Data ini mencerminkan adanya penurunan signifikan dalam laju inflasi yang terjadi pada tahun ini.
"Terakhir BPS pernah mencatat inflasi tahun kalender yang juga rendah yaitu di tahun 2020 yaitu sebesar 1,68%," ujarnya.
Menurut Pudji Ismartini, rendahnya inflasi 2024 disebabkan oleh berbagai faktor, terutama stabilitas harga pangan pokok yang sempat melonjak pada 2022 dan 2023. Harga pangan yang kembali stabil menjadi faktor utama dalam menekan inflasi pada tahun ini.
"Rendahnya inflasi 2024 ini disebabkan oleh sejumlah faktor, namun melandainya harga pangan pokok setelah sempat naik di tahun 2022 dan juga 2023 ini bisa dikatakan menjadi faktor utama," jelasnya.
Beberapa komoditas utama yang berperan dalam meredam inflasi tahun kalender pada Desember 2024 antara lain, Cabai Merah yang mengalami deflasi signifikan sebesar 46,53% dengan andil deflasi mencapai 0,27%. Penurunan harga cabai merah sangat berpengaruh pada penurunan angka inflasi.
Kemudian, menyusul cabai merah, harga cabai rawit juga mengalami penurunan yang cukup tajam, yaitu sebesar 39,74%, dengan andil deflasi 0,18%.
Selanjutnya, harga bensin mengalami deflasi sebesar 1,86%, yang memberikan andil deflasi sebesar 0,09%. Lalu, tarif angkutan udara mengalami penurunan sebesar 7,26%, memberikan andil deflasi sebesar 0,06%. Penurunan tarif ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk pengaruh permintaan dan penyesuaian tarif maskapai.
BPS: Inflasi Desember 2024 Tercatat 0,44%, Ini Biang Keroknya
Sebelumnya, untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 0,44% secara bulanan pada Desember 2024. Kenaikan indeks harga konsumen (IHK) dari 106,33% pada November 2024 menjadi 106,80% pada Desember 2024 menunjukkan adanya peningkatan harga barang dan jasa yang memengaruhi daya beli masyarakat.
"Pada Desember 2024 terjadi inflasi sebesar 0,44% secara bulanan atau terjadi kenaikan indeks harga konsumen dari 106,33% pada November 2024 menjadi 106,80% pada Desember 2024," kata Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, dalam konferensi pers pengumuman inflasi Desember 2024, Kamis (2/1/2025).
Ia mengungkapkan, inflasi tahunan atau year-on-year (YoY), pada Desember 2024 tercatat sebesar 1,57%. Perbandingan antara Desember 2024 dan Desember 2023 menunjukkan tingkat inflasi yang stabil, dengan angka YoY dan year-to-date (YTD).
Ia menyebut inflasi bulanan pada Desember 2024 tercatat lebih tinggi dibandingkan inflasi November 2024 dan Desember 2023. Angka inflasi bulanan ini menunjukkan pergerakan harga yang lebih signifikan pada bulan Desember dibandingkan dua bulan sebelumnya.
"Inflasi bulanan pada Desember 2024 lebih tinggi dibandingkan inflasi November 2024 dan juga inflasi Desember 2023," ujar dia.
Advertisement
Kontribusi Terbesar
Adapun kelompok pengeluaran yang memberikan kontribusi terbesar terhadap inflasi Desember 2024 adalah kelompok makanan, minuman, dan tembakau. Inflasi pada kelompok ini tercatat sebesar 1,33%, memberikan andil inflasi sebesar 0,38%. Komoditas yang mendominasi kenaikan harga di kelompok ini adalah telur ayam ras dan cabai merah, masing-masing memberikan andil inflasi sebesar 0,06%.
Komoditas lainnya yang turut memberikan andil inflasi dalam kelompok ini adalah ikan segar, cabai rawit, bawang merah, dan minyak goreng, yang masing-masing memberikan andil sebesar 0,03%. Sementara itu, bawang putih, sawi hijau, daging ayam ras, dan beras turut berkontribusi dengan andil inflasi sebesar 0,01% per komoditas.
Inflasi Desember 2024 juga dipengaruhi oleh komponen harga yang berbeda. Komponen inti, yang mencerminkan kecenderungan inflasi jangka panjang tanpa faktor sementara, mengalami inflasi sebesar 0,17%. Komponen ini memberikan andil inflasi sebesar 0,11%, dengan komoditas yang dominan seperti minyak goreng, emas perhiasan, dan kopi bubuk.