Industri Ini jadi Modal Indonesia Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen

ndustri kimia merupakan salah satu sektor yang strategis dan berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional.

oleh Septian Deny Diperbarui 16 Mar 2025, 18:30 WIB
Diterbitkan 16 Mar 2025, 18:30 WIB
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Taufiek Bawazier
Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Taufiek Bawazier. (Dok.Kemenperin)... Selengkapnya

Liputan6.com, Jakarta Industri kimia merupakan salah satu sektor yang strategis dan berperan penting terhadap pertumbuhan ekonomi nasional. Oleh karenanya, industri kimia menjadi bagian dari sektor yang mendapat prioritas pengembangan sesuai Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2025 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

“Pada tahun 2024, kelompok sektor industri kimia, farmasi dan obat tradisional mampu tumbuh sebesar 5,86 persen, melampaui pertumbuhan ekonomi yang mencapai 5,03 persen,” kata Direktur Jenderal Industri Kimia, Farmasi dan Tekstil (IKFT) Taufiek Bawazier pada acara diskusi dengan Forum Wartawan Industri (Forwin) dikutip Minggu (16/3/2025).

Sebagai sektor strategis, selama ini produksi industri kimia memenuhi kebutuhan bahan baku bagi sektor manufakturnya lainnya seperti industri plastik dan industri tekstil. “Maka itu pentingnya demand bahan baku kimia ini perlu diisi dari produksi dalam negeri, karena tentu akan membawa dampak positif terhadap peningkatan value added, yang juga akan berujung pada penyerapan tenaga kerja,” ujarnya.

Selain itu, industri kimia juga memberikan kontribusi signifikan terhadap penerimaan devisa. Pada tahun 2024, capaian nilai ekspornya menembus USD17,39 miliar. “Untuk semakin memacu kinerja industri kimia ini, challenge kita adalah Indonesia perlu menumbuhkan ekosistem sektor petrokimia dan energi yang terintegrasi sehingga bisa lebih berdaya saing,” imbuhnya.

Berikutnya, realisasi investasi industri kimia sepanjang tahun 2024 menyentuh angka Rp 65,76 triliun. “Untuk mendorong investasi di sektor ini, kami melaksanakan program kebijakan fasilitasi investasi industri petrokimia seperti di Teluk Bintuni, Tanjung Enim, dan Kutai Timur,” ungkap Taufiek.

Dirjen IKFT menegaskan, kinerja industri kimia akan turut memberikan andil signfikan terhadap target pemerintah dalam mencapai pertumbuhan ekonomi 8 persen pada lima tahun ke depan.

“Untuk mencapai sasaran tersebut, sektor IKFT yang termasuk di dalamnya ada peran industri kimia, akan memberikan kontribusi nilai tambah sebesar Rp46,09 triliun pada tahun 2029,” sebutnya.

 

Promosi 1

Menperin: Pembangunan Refinery Jadi Game Changer Pertumbuhan Industri Petrokimia

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Kementerian Perindustrian)
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita. (Foto: Kementerian Perindustrian)... Selengkapnya

Sebelumnya, kementerian Perindustrian (Kemenperin) mendukung upaya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang akan membangun beberapa kilang minyak dengan total kapasitas hingga 1 juta barel per hari.

Pembangunan kilang minyak ini untuk meningkatkan ketahanan energi dan ketahanan industri, terutama pada sektor industri petrokimia. Apalagi, selama ini industri petrokimia memiliki peranan sangat penting dalam memasok kebutuhan bahan baku ke sejumlah sektor industri lainnya.

"Kami sangat mendukung pembangunan refinery ini guna penguatan hulu di sektor petrokimia dalam rangka menuju substitusi impor, serta dapat berdampak positif pada penguatan nilai tambah dan investasi, hingga penyerapan tenaga kerja," ujar Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita di Jakarta, seperti dikutip dari keterangan resmi, Kamis (13/3/2025).

Menperin optimistis, pembangunan kilang minyak ini selain untuk mewujudkan visi pemerintah dalam upaya mempercepat program hilirisasi, juga menjadi game changer dalam mendorong pertumbuhan industri petrokimia di Indonesia.

"Tentu kami akan berkoordinasi dengan Kementerian ESDM dan Kementerian Investasi terkait adanya penambahan refinery ini. Pembangunan refinery tersebut akan disebar di beberapa wilayah Indonesia," ungkapnya.

Agus Gumiwang Kartasasmita menuturkan, pembangunan kilang minyak ini akan mengoptimalkan produksi nafta yang menjadi kebutuhan bahan baku bagi sejumlah sektor industri.

"Kami juga mendukung upaya Kejaksaan Agung untuk melakukan pembenahan tata kelola minyak dalam negeri yang akan bisa mengoptimalkan proses seluruh refinery yang ada di Indonesia untuk menghasilkan BBM dan nafta,” kata dia.

Indonesia Baru Punya 6 Kilang

Investasi Apple
Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita didampingi Wakil Menteri Perindustrian Faisol Riza memberikan keterangan kepada media terkait komitmen dengan Apple di Kantor Kementerian Perindustrian, 26 Februari 2025. (Dok Kemenperin)... Selengkapnya

Perlu diketahui, nafta merupakan salah satu fraksi minyak bumi yang dapat digunakan sebagai bahan baku bensin atau petrokimia. Fraksi ini dihasilkan terutama melalui proses distilasi minyak mentah di Crude Distillation Unit (CDU).

Saat ini, produksi nafta untuk 1 juta ton per tahun memerlukan sekitar 3,03 juta ton per tahun minyak mentah jenis light crude.

"Dalam formulasinya, dari minyak mentah itu akan menghasilkan nafta sebesar 20 persen. Ini juga tergantung dari proses pemanasan atau titik didihnya,” ujar Menperin.

Sementara itu, hingga kini Indonesia hanya memiliki enam kilang minyak, dan kesemuanya itu merupakan investasi yang sudah berumur sangat lama.

Adapun dari enam kilang minyak tersebut, baru mampu memproduksi nafta sebesar 7,1 juta ton per tahun. Sedangkan kebutuhan nafta nasional saat ini mencapai 9,2 juta ton per tahun, sehingga masih dibutuhkan importasi sebanyak 2,1 juta ton. Artinya, diperlukan peningkatan kapastias produksi nafta di dalam negeri.

Menperin mengemukakan, nafta adalah “mother of petrochemical”, yang apabila dapat diproduksi di dalam negeri mampu menghemat impor nafta sampai USD9 miliar per tahun.

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya