PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) membukukan laba bersih konsolidasi (unaudited) sebesar Rp 2,13 triliun di semester I-2013, naik 8% dari periode sebelumnya sebesar Rp 1,98 triliun.
Perolehan laba bersih ini menghasilkan harga per saham (earning per share/EPS) sebesar Rp 84,90, lebih besar dari angka 2012 sebesar Rp 78,93 per saham.
"Kenaikan laba tersebut disebabkan oleh peningkatan pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 4,92 triliun atau tumbuh 5% dari pencapaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,68 triliun, serta kemampuan CIMB Niaga dalam menekan biaya provisi dan menjaga kualitas aset, " ujar Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/7/2013).
CIMB Niaga tetap tercatat sebagai bank terbesar kelima dari sisi aset, dengan perolehan sebesar Rp 202,20 triliun. Angka ini meningkat 13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 179,42 triliun.
Arwin menjelaskan, di tengah iklim usaha yang menantang baik di tingkat global maupun di dalam negeri, terjadi kenaikan suku bunga dan tekanan inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Namun, menurut dia, CIMB Niaga tetap dapat mempertahankan pertumbuhan dalam penyaluran kredit dan pengumpulan dana pihak ketiga.
Hingga akhir Juni 2013, CIMB Niaga telah menyalurkan kredit sebesar Rp 150,95 triliun, tumbuh 10% dibandingkan periode yang sama di 2012 sebesar Rp 137,46 triliun.
Dari total penyaluran kredit tersebut, perbankan komersial memberikan kontribusi terbesar sebesar Rp 62,15 triliun (41%), menyusul sektor perbankan konsumer dan korporasi masing-masing sebesar Rp 46,63 triliun (31%) dan Rp 42,17 triliun (28%).
Selain itu, personal loan dan mikro laju menjadi bisnis yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi, dengan pertumbuhan 71% secara year on year (yoy) dan 35% yoy masing-masing sebesar Rp 1,30 triliun dan Rp 2,37 triliun.
Sedangkan untuk bisnis lain, seperti kartu kredit mencatatkan pertumbuhan pembiayaan 13% menjadi Rp 3,58 triliun. Kemudian pembiayaan di sektor properti meningkat 11% menjadi Rp 21,78 triliun.
Untuk segmen Syariah, CIMB Niaga mencatat total pembiayaan mencapai Rp 7,55 triliun per semester I-2013 atau naik 77% dibandingkan periode yang sama di 2012 sebesar Rp 4,27 triliun.
Pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha syariah serta semakin bertambahnya jumlah kantor cabang syariah menjadi 30 lokasi dari posisi yang sama di 2012 sebanyak 26 lokasi.
“Seiring dengan pertumbuhan kredit, kami juga tetap berhati-hati terhadap kualitas aset dan berupaya menurunkan rasio gross non performing loan/NPL. Kami berhasil menurunkan rasio gross NPL sebesar 27 basis point (bps) yoy menjadi 2,25% per 30 Juni 2013. Adapun dari sisi permodalan, capital adequacy ratio (CAR) kami tercatat di level 15,89%, meningkat 82 bps dibandingkan periode yang sama tahun 2012,” ungkap Arwin.
Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit, CIMB Niaga juga mencatat kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 9% menjadi Rp 149,94 triliun per 30 Juni 2013, dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 137,59 triliun.
Dia menambahkan, simpanan dalam bentuk CASA (current account savings account) tumbuh 13% yoy menjadi sebesar Rp 67,39 triliun, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 59,90 triliun.
“Di sisa tahun 2013, industri perbankan di Indonesia masih akan terus dipengaruhi perekonomian global dan valuasi rupiah," kata dia.
Selain itu, faktor internal seperti kenaikan inflasi yang disebabkan kenaikan harga BBM dan suku bunga, kemungkinan akan berdampak pada melambatnya penyaluran kredit perbankan. (Dis/Nur)
Perolehan laba bersih ini menghasilkan harga per saham (earning per share/EPS) sebesar Rp 84,90, lebih besar dari angka 2012 sebesar Rp 78,93 per saham.
"Kenaikan laba tersebut disebabkan oleh peningkatan pendapatan bunga bersih yang mencapai Rp 4,92 triliun atau tumbuh 5% dari pencapaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 4,68 triliun, serta kemampuan CIMB Niaga dalam menekan biaya provisi dan menjaga kualitas aset, " ujar Presiden Direktur CIMB Niaga Arwin Rasyid dalam keterangan tertulisnya, Senin (29/7/2013).
CIMB Niaga tetap tercatat sebagai bank terbesar kelima dari sisi aset, dengan perolehan sebesar Rp 202,20 triliun. Angka ini meningkat 13% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 179,42 triliun.
Arwin menjelaskan, di tengah iklim usaha yang menantang baik di tingkat global maupun di dalam negeri, terjadi kenaikan suku bunga dan tekanan inflasi akibat kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).
Namun, menurut dia, CIMB Niaga tetap dapat mempertahankan pertumbuhan dalam penyaluran kredit dan pengumpulan dana pihak ketiga.
Hingga akhir Juni 2013, CIMB Niaga telah menyalurkan kredit sebesar Rp 150,95 triliun, tumbuh 10% dibandingkan periode yang sama di 2012 sebesar Rp 137,46 triliun.
Dari total penyaluran kredit tersebut, perbankan komersial memberikan kontribusi terbesar sebesar Rp 62,15 triliun (41%), menyusul sektor perbankan konsumer dan korporasi masing-masing sebesar Rp 46,63 triliun (31%) dan Rp 42,17 triliun (28%).
Selain itu, personal loan dan mikro laju menjadi bisnis yang mencatatkan pertumbuhan tertinggi, dengan pertumbuhan 71% secara year on year (yoy) dan 35% yoy masing-masing sebesar Rp 1,30 triliun dan Rp 2,37 triliun.
Sedangkan untuk bisnis lain, seperti kartu kredit mencatatkan pertumbuhan pembiayaan 13% menjadi Rp 3,58 triliun. Kemudian pembiayaan di sektor properti meningkat 11% menjadi Rp 21,78 triliun.
Untuk segmen Syariah, CIMB Niaga mencatat total pembiayaan mencapai Rp 7,55 triliun per semester I-2013 atau naik 77% dibandingkan periode yang sama di 2012 sebesar Rp 4,27 triliun.
Pertumbuhan ini sejalan dengan peningkatan kegiatan usaha syariah serta semakin bertambahnya jumlah kantor cabang syariah menjadi 30 lokasi dari posisi yang sama di 2012 sebanyak 26 lokasi.
“Seiring dengan pertumbuhan kredit, kami juga tetap berhati-hati terhadap kualitas aset dan berupaya menurunkan rasio gross non performing loan/NPL. Kami berhasil menurunkan rasio gross NPL sebesar 27 basis point (bps) yoy menjadi 2,25% per 30 Juni 2013. Adapun dari sisi permodalan, capital adequacy ratio (CAR) kami tercatat di level 15,89%, meningkat 82 bps dibandingkan periode yang sama tahun 2012,” ungkap Arwin.
Sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit, CIMB Niaga juga mencatat kenaikan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 9% menjadi Rp 149,94 triliun per 30 Juni 2013, dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 137,59 triliun.
Dia menambahkan, simpanan dalam bentuk CASA (current account savings account) tumbuh 13% yoy menjadi sebesar Rp 67,39 triliun, dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 59,90 triliun.
“Di sisa tahun 2013, industri perbankan di Indonesia masih akan terus dipengaruhi perekonomian global dan valuasi rupiah," kata dia.
Selain itu, faktor internal seperti kenaikan inflasi yang disebabkan kenaikan harga BBM dan suku bunga, kemungkinan akan berdampak pada melambatnya penyaluran kredit perbankan. (Dis/Nur)