Setelah Rupee dan Rupiah, Giliran Ringgit Malaysia Ikut Ambruk

Pada kuartal ini, Ringgit telah anjlok 4,4% atau terburuk setelah rupee dan rupiah.

oleh Siska Amelie F Deil diperbarui 04 Sep 2013, 14:10 WIB
Diterbitkan 04 Sep 2013, 14:10 WIB
ringgit-malaysia-130904b.jpg
Pelemahan nilai tukar ringgit Malaysia terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi yang paling parah dalam satu minggu terakhir. Merosotnya nilai tukar ringgi menyusul lonjakan indeks manufaktur AS ke level tertinggi dalam dua tahun terakhir. Pergerakan indeks yang positif memicu isu pengurangan pembelian obligasi Bank Sentral AS (The Fed).

Data yang dihimpun Bloomberg, ringgit merosot 0,6% ke level 3,306 per dolar AS pada perdagangan pukul 9:24. Sebelumnya ringgit sempat menyentuh level 3,3068, level terendah sejak 29 Agustus.

Seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (4/9/2013), ringgit telah anjlok 4,4% sepanjang kuartal ini atau kemerosotan mata uang terburuk di Asia setelah rupee dan rupiah. Para investor asing tercatat telah menjual US$ 2,1 miliar saham Malaysia pada Agustus.

"Pulihnya data manufaktur AS menambah pulihnya ekonomi AS dan menguatkan isu pengurangan pembelian obligasi The Fed," ujar Kepala Ekonom di RAM Holdings Bhd., Kim Leng di Kuala Lumpur.

Namun dia memprediksi ringgit akan menguat mencapai level 3,2 per dolar AS pada akhir tahun didorong tingginya permintaan global yang dipicu negara-negara maju.

Tak seperti kebijakan yang diambil Indonesia untuk meningkatkan suku bunga acuannya, 18 ekonom yang disurvei Bloomberg memprediksi Bank Sentral Malaysia mempertahankan suku bunganya sebesar 3%. Kebijakan tersebut akan dikaji besok oleh Bank Sentral Malaysia dan jajarannya.

Sementara itu, yield obligasi pemerintah sebesar 3,48% yang jatuh tempo pada Maret 2023 adalah 4%. (Sis/Shd)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya