PT Bridgestone Tire Indonesia, produsen ban, mengaku tertarik menjajaki kerjasama dengan para produsen mobil murah dan ramah lingkungan (Low Cost Green Car/LCGC).
Kerjasama dinilai sejalan seiring peluncuran ban Bridgestone, Ecopia 150 yang diklaim mampu menghemat bahan bakar energi.
"Bisa saja nanti ke depan kita kerjasama dengan para produsen LCGC," ujar Manager Department PT Bridgestone Tire Indonesia, Frankie Paduli di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/9/2013).
Frankie mengaku sangat mengapresiasi keberadaan mobil LCGC. Apa yang menjadi komponen pada mobil murah dinilai sesuai dengan konsep yang diusung perusahaan peduli dengan lingkungan.
"Sebenarnya kalau kita lihat LCGC seperti Ayla dan Agya itu semua komponennya sudah memenuhi, sesuai dengan program pemerintah yang ramah lingkungan, anda tau ban yang dipakai mobil itu? itu pantaslah," terang dia.
Sebab itu Frankie mengaku perusahaan saat ini sedang berkonsentrasi untuk memasarkan produk andalan terbarunya, Ecopia 150 yang juga mampu menghemat BBM dan terbuat dari bahan yang ramah lingkungan.
Dia mengakui, upaya perusahaan menarik pengguna LCGC untuk memakai ban Ecopia 150 masih cukup sulit mengingat perilaku konsumen yang tergantung dari produk awal yang dipakainya.
"Masalahnya kebanyakan orang kalau membeli mobil baru dengan ban itu, pasti nanti mereka akan membeli ban yang itu juga," tutur dia.
Belum Terpengaruh Rupiah
Di sisi lain, Frankie mengaku produksinya belum terpengaruh pelemahan nilai tukar rupiah yang pada Jumat (20/9/2013) ini masih menyentuh angka Rp 11.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Padahal hingga kini mayoritas bahan baku ban Bridgestone masih dipasok dari impor dan dibeli dengan mata uang dolar AS.
Frankie mengatakan perusahaan masih mampu mengatasi anjloknya rupiah terhadap biaya produksi. "Kalau rupiah melemah memang berpengaruh ke bahan baku, namun pengaruh itu masih bisa kita absorb hingga saat ini," ujar dia.
Frankie menjelaskan strategi perusahaan dalam menahan pelemahan rupiah adalah dengan menambah jumlah ekspor ke beberapa negara terutama negara kawasan.
"Kita kan sudah mencanangkan impor setiap tahun porsinya berapa, itu sudah ada, jadi cara mengabsorb itu menjadi solusi kita ekspor sebanyak-banyaknya," tutur dia.
Sebab itu pula, Bridgestone Tire Indonesia belum menaikkan harga jual ban miliknya di semua tipe.
Namun, Frankie berharap pelemahan ini tidak akan terjadi secara berlarut-larut mengingat kemampuan perusahaan ada batasnya.
Bridgestone saat ini memiliki dua pabrik di kawasan industri di Bekasi dan Karawang. Komposisi pemasaran ban Bridgestone saat ini 50% untuk ekspor dan 50% untuk memenuhi kebutuhan doomestik di Indonesia. (Yas/Nur)
Kerjasama dinilai sejalan seiring peluncuran ban Bridgestone, Ecopia 150 yang diklaim mampu menghemat bahan bakar energi.
"Bisa saja nanti ke depan kita kerjasama dengan para produsen LCGC," ujar Manager Department PT Bridgestone Tire Indonesia, Frankie Paduli di JIExpo Kemayoran, Jakarta, Jumat (20/9/2013).
Frankie mengaku sangat mengapresiasi keberadaan mobil LCGC. Apa yang menjadi komponen pada mobil murah dinilai sesuai dengan konsep yang diusung perusahaan peduli dengan lingkungan.
"Sebenarnya kalau kita lihat LCGC seperti Ayla dan Agya itu semua komponennya sudah memenuhi, sesuai dengan program pemerintah yang ramah lingkungan, anda tau ban yang dipakai mobil itu? itu pantaslah," terang dia.
Sebab itu Frankie mengaku perusahaan saat ini sedang berkonsentrasi untuk memasarkan produk andalan terbarunya, Ecopia 150 yang juga mampu menghemat BBM dan terbuat dari bahan yang ramah lingkungan.
Dia mengakui, upaya perusahaan menarik pengguna LCGC untuk memakai ban Ecopia 150 masih cukup sulit mengingat perilaku konsumen yang tergantung dari produk awal yang dipakainya.
"Masalahnya kebanyakan orang kalau membeli mobil baru dengan ban itu, pasti nanti mereka akan membeli ban yang itu juga," tutur dia.
Belum Terpengaruh Rupiah
Di sisi lain, Frankie mengaku produksinya belum terpengaruh pelemahan nilai tukar rupiah yang pada Jumat (20/9/2013) ini masih menyentuh angka Rp 11.000 per dolar Amerika Serikat (AS).
Padahal hingga kini mayoritas bahan baku ban Bridgestone masih dipasok dari impor dan dibeli dengan mata uang dolar AS.
Frankie mengatakan perusahaan masih mampu mengatasi anjloknya rupiah terhadap biaya produksi. "Kalau rupiah melemah memang berpengaruh ke bahan baku, namun pengaruh itu masih bisa kita absorb hingga saat ini," ujar dia.
Frankie menjelaskan strategi perusahaan dalam menahan pelemahan rupiah adalah dengan menambah jumlah ekspor ke beberapa negara terutama negara kawasan.
"Kita kan sudah mencanangkan impor setiap tahun porsinya berapa, itu sudah ada, jadi cara mengabsorb itu menjadi solusi kita ekspor sebanyak-banyaknya," tutur dia.
Sebab itu pula, Bridgestone Tire Indonesia belum menaikkan harga jual ban miliknya di semua tipe.
Namun, Frankie berharap pelemahan ini tidak akan terjadi secara berlarut-larut mengingat kemampuan perusahaan ada batasnya.
Bridgestone saat ini memiliki dua pabrik di kawasan industri di Bekasi dan Karawang. Komposisi pemasaran ban Bridgestone saat ini 50% untuk ekspor dan 50% untuk memenuhi kebutuhan doomestik di Indonesia. (Yas/Nur)