Inti Minta Harga Alat Pemantau BBM Naik gara-gara Rupiah

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berdampak pada pelaksanaan Program Sistem Monitoring dan Pengendalian Bahan Bakar Minyak.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 01 Nov 2013, 16:30 WIB
Diterbitkan 01 Nov 2013, 16:30 WIB
spbu-bbm-130929b.jpg
Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang terjadi belakangan ini berdampak pada pelaksanaan Program Sistem Monitoring dan Pengendalian Bahan Bakar Minyak (BBM) yang menggunakan alat pemantau Radio Frequency Identification (RFID).

Vice President Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Ali Mundakir mengatakan, kondisi itu terjadi karena komponen sistem program yang bertujuan memantau konsumsi BBM tersebut, sebagian besar dipasok dari luar negeri.

"Karena dolar menguat, investasi Inti pembeliannya dolar, sementara pembayaran kita dalam bentuk rupiah," kata Ali, di Jakarta, Jumat (1/10/2013).

Dia mengatakan, karena penambahan biaya tersebut PT Industri Telekomunikasi Indonesia (Inti) (Persero) sebagai patner Pertamina yang memasang tehnologi tersebut, mengajukan perubahan harga pengembalian investasi proyek ini.

"Kita masih terus, belum ada progress disampaikan mengenai harga masih menunggu dari BPKP. Inti untuk perubahan harga," ungkapnya.

Namun Ali menegaskan pemasangan RFID di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dan di kendaraan tidak berhenti dengan adanya perubahan nilai proyek yang diajukan Inti.

Di wilayah Jakarta, sistem ini masih diuji cobakan untuk memastikan kehandalan kinerja untuk menghindari permasalah jika sistem tersebut mengalami gangguan yang akan menimbulkan kerugian bagi pengusaha SPBU dan Pertamina.

"Kita tetap komitmen Inti meski mulai mundur targetnya tetap pertengahan 2014," pungkasnya. (Pew/Nur)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya