Produsen BBN Sanggup Pasok 3,6 Juta KL Biofuel

Penggunaan biodiesel saat ini diperkirakan telah mencapai 669 ribu kiloliter atau setara dengan 4,2 juta barel.

oleh Septian Deny diperbarui 10 Nov 2013, 15:00 WIB
Diterbitkan 10 Nov 2013, 15:00 WIB
bio-solar-130426b.jpg
Seiringan penerapan kebijakan mandatori penggunaan campuran bahan bakar nabati (BNN) biodiesel sebesar 10% baik untuk industri maupun transportasi, produsen biofuel mengaku sanggup menyiapkan 3,3 juta kiloliter (KL) biofuel untuk Pertamina.

Tak cuma Pertamina, para pemasok BBM ramah lingkungan ini juga siap memasok sekitar 300 ribu KL biofuel untuk perusahaan minyak lain.

"Peningkatan produksi ini bergantung pemakaiannya, kalau tender dengan Pertamina berhasil, maka kami bisa menyiapkan itu," ujar Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia (APROBI) Paulus Tjakrawan di Jakarta, seperti ditulis Minggu (10/11/2013).

APROBI memprediksi produksi minyak sawit dan biomasa pada 2015 bisa mencapai 30 juta ton. Dari angka tersebut, 10 juta ton diantaranya dimanfaatkan untuk konsumsi dalam negeri dan sisanya 20 juta ton diperuntukan untuk ekspor.

Sementara untuk memasok kebutuhan pada 2020, APROBI memperkirakan produksi minyak sawit dan biomasa untuk kebutuhan dalam negeri naik menjadi 13 juta ton dan ekspor menjadi 27 juta ton.

Paulus menjelaskan, naiknya produksi minyak sawit dan biomassa ini didukung masih tersedianya lahan perkebunan kelapa sawit.

Pada tahun ini, penggunaan biodiesel diperkirakan mencapai 669 ribu kiloliter atau setara dengan 4,2 juta barel. Dengan penggunaan ini, efek gas rumah kaca yang bisa dikurangi mencapai 1,6 juta ton CO2.

Seperti diketahui, penerapan kebijakan BBN merupakan bagian dari paket kebijakan ekonomi dengan tujuan untuk mengurangi dampak pelemahan rupiah terhadapt dollar Amerika Serikat beberapa waktu lalu.

Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa sendiri pernah mengatakan bahwa dengan pencampuran sebesar 10% ini diperkirakan akan mampu mengurangi impor solar sebesar 3,5 juta kiloliter atau sama dengan penghematan mencapai US$ 3,5 miliar.(Dny/Shd)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya