Besarnya utang PT Merpati Nusantara Airlines yang hampir mencapai Rp 7 triliun mengakibatkan seluruh karyawannya sudah tak menerima gaji sejak dua bulan lalu. Tanpa adanya pemasukan ditengah kewajiban menghidupi keluarga mendorong para pegawai maskapai penerbangan pelat merah ini terus memutar otak demi bertahan hidup.
Salah satunya dialami Captain M Fadjrudin, salah satu pegawai Merpati yang berprofesi sebagai Pilot. Tanpa canggung, Fadjurdin mengaku rela menjajakan masakan di sekolahan tempat cucunya menempuh pendidikan untuk tetap menyambung hidup.
"Habis sholat subuh ke pasar, lalu masak. Kami menawarkan masakan di tempat cucu saya sekolah, di situ ada yang ambil, SMS saya, saya hidup dari situ, katering kecil-kecilan lah," ungkapnya di kantor pusat Merpati, Jakarta, Jumat (7/2/2014).
Fadjrudin telah melalui perjuangan hidupnya ini selama dua bulan terakhir. Katering kecil-kecilan yang dirintisnya bisa membantu Fadjrudin mendapatkan pemasukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap harinya.
Namun Fadjarudin mengaku dirinya tak sepenuhnya menggantungkan pemasukan dari berjualan katering. Beruntung, Fadjrudin masih memiliki pamasukan cadangan dari dana pensiun yang diterimanya. Sebagai pensiunan Merpati yang menjadi pilot yang diperbantukan, uang sebesar Rp 1,9 juta masuk dalam kantongnya setiap bulan.
Seluruhnya pemasukan tambahan ini tak sepenuhnya menyelesaikan masalah Fadjrudin. Kepalanya masih dipenuhi dengan pikiran biaya kuliah anak, tagihan listrik, dan berbagai iuran lainnya.
"Itu saya pikirkan dengan cara lain, saya dapat dana pensiun Rp 1,9 juta sampai mati," jelas pria yang sudah berusia 58 tahun itu.
Sebagai Pilot Merpati, Fadjarudin berjanji akan tetap setia kepada perusahaan tempatnya meniti karier. Dirinya akan bersabar menunggu Merpati bangkit kembali.
"Kami disini sudah serasa rumah sendiri, jadi kami akan tetap disini sampai Merpati baik lagi, makanya tolong komitmen pemerintah ini direalisasikan," harap Fadjrudin. (Yas/Shd)
Salah satunya dialami Captain M Fadjrudin, salah satu pegawai Merpati yang berprofesi sebagai Pilot. Tanpa canggung, Fadjurdin mengaku rela menjajakan masakan di sekolahan tempat cucunya menempuh pendidikan untuk tetap menyambung hidup.
"Habis sholat subuh ke pasar, lalu masak. Kami menawarkan masakan di tempat cucu saya sekolah, di situ ada yang ambil, SMS saya, saya hidup dari situ, katering kecil-kecilan lah," ungkapnya di kantor pusat Merpati, Jakarta, Jumat (7/2/2014).
Fadjrudin telah melalui perjuangan hidupnya ini selama dua bulan terakhir. Katering kecil-kecilan yang dirintisnya bisa membantu Fadjrudin mendapatkan pemasukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga setiap harinya.
Namun Fadjarudin mengaku dirinya tak sepenuhnya menggantungkan pemasukan dari berjualan katering. Beruntung, Fadjrudin masih memiliki pamasukan cadangan dari dana pensiun yang diterimanya. Sebagai pensiunan Merpati yang menjadi pilot yang diperbantukan, uang sebesar Rp 1,9 juta masuk dalam kantongnya setiap bulan.
Seluruhnya pemasukan tambahan ini tak sepenuhnya menyelesaikan masalah Fadjrudin. Kepalanya masih dipenuhi dengan pikiran biaya kuliah anak, tagihan listrik, dan berbagai iuran lainnya.
"Itu saya pikirkan dengan cara lain, saya dapat dana pensiun Rp 1,9 juta sampai mati," jelas pria yang sudah berusia 58 tahun itu.
Sebagai Pilot Merpati, Fadjarudin berjanji akan tetap setia kepada perusahaan tempatnya meniti karier. Dirinya akan bersabar menunggu Merpati bangkit kembali.
"Kami disini sudah serasa rumah sendiri, jadi kami akan tetap disini sampai Merpati baik lagi, makanya tolong komitmen pemerintah ini direalisasikan," harap Fadjrudin. (Yas/Shd)