Solar Mahal, Pemerintah Daerah Andalkan Bioediesel

Pemerintah mendorong pengembangan bioediesel untuk memenuhi kebutuhan energi di sejumlah daerah yang sulit mendapatkan solar.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 09 Feb 2014, 13:45 WIB
Diterbitkan 09 Feb 2014, 13:45 WIB
biodiesel-130613c.jpg
Saat ini sejumlah daerah kesulitan memperoleh pasokan bahan baku solar untuk kepentingan pembangkit listrik tenaga diesel. Dengan kondisi ini, pemerintah daerah (pemda) tak mampu menyediakan tenaga listrik bagi penduduk maupun industri di daerah tersebut.

Wakil Menteri ESDM, Susilo Siswoutomo menuturkan, pihaknya kerap didatangi banyak Bupati, di antaranya dari Sumbawa, dan lainnya hanya untuk mengadukan permasalahan itu.

"Bupati-bupati itu mengatakan bahwa mereka punya mesin diesel atau pembangkit listrik tenaga diesel, tapi tidak dengan solarnya. Menunggu sampai berdoa pun, belum tentu solarnya datang," tambah dia saat Kunjungan Pengembangan Tanaman Kemiri Sunan di Sukabumi, Jawa Barat, Minggu (9/2/2014).

Jika pun solar tersedia, kata Susilo, harganya jauh lebih mahal dibandingkan yang dijual pada umumnya. Contohnya saja harga solar di Jakarta dipatok Rp 5.500 per liter, sedangkan di daerah Buol, Sulawesi Tengah, harga solar bisa menembus Rp 20 ribu per liter. "Listrik di daerah keseringan petnya (mati), padahal sudah bayar," ujar Susilo.

Oleh karena itu, pemerintah bersama pemerintah daerah turut mengembangkan tanaman untuk bahan bakar nabati. Susilo mengakui, Kementerian ESDM dan pemda misalnya di Nias dan daerah-daerah basis pertambangan untuk ikut menanam kemiri sunan yang dapat menghasilkan biodiesel, pengganti bahan bakar minyak (BBM).

Hal itu karena kemiri sunan dapat ditanam di area-area kritis bekas pertambangan. Sehingga dapat menggerakkan program reboisasi (penanaman kembali) lahan untuk mencegah kerusakan lingkungan.

"Bisa kerja sama dengan masyarakat setempat, biar mereka yang melakukan pengawasan dan pemeliharaan tanaman kemiri sunan. Mereka juga bisa mendapatkan penghasilan dari penjualan kemiri sunan, dan sambil menunggu berbuah selama 3,5-4 tahun pengusaha bisa memberikan bantuan,"  ujar Susilo.

Kata dia, dalam satu hari, kemiri sunan dapat menghasilkan biodiesel sebanyak 1-2 ton biodiesel per hari sehingga bisa langsung dipakai ke kendaraan operasional mereka dan tenaga listrik.

"Biodiesel adalah masa depan energi Indonesia. Tidak ada di tempat lain. Karena kalau tidak diapa-apain, impor BBM dan minyak mentah bisa mencapai 800 ribu-900 ribu barel per hari," pungkas Susilo.  (Fik/Ahm)

Baca juga:

Tanaman Kemiri Sunan Dikembangkan untuk Bisa Kurangi Impor BBM

Dukung Konservasi Energi, Kini Avtur Dicampur Bahan Bakar Nabati

Pemerintah Sulap Kemiri Jadi Bahan Bakar Nabati



Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya