Petaka Blunder Taktik Aji Santoso, Timnas U-23 Gagal Lolos

Timnas U-23 harus kehilangan kesempatan tampil di Piala Asia U-23 2016 di Qatar.

oleh Windi Wicaksono diperbarui 01 Apr 2015, 14:27 WIB
Diterbitkan 01 Apr 2015, 14:27 WIB
Timnas Indonesia U-23 vs Timnas Korsel U-23 (Helmi Fithriansyah)
Pra Piala Asia U-23 2016

Liputan6.com, Jakarta - Pertandingan antara Korea Selatan U-23 melawan Indonesia U-23 merupakan laga penentu juara Grup H Kualifikasi Piala Asia U-23 2016.

Sama-sama berhasil meraih kemenangan pada dua laga sebelumnya, Korea Selatan lebih unggul dalam produktivitas gol dari Indonesia. Sehingga, Garuda Muda membutuhkan kemenangan untuk bisa memastikan lolos secara otomatis ke putaran final di Qatar tahun depan.

Aji Santoso menggunakan skema yang berbeda dari laga sebelumnya, dengan menurunkan Zulfiandi yang menggantikan Hendra Adi Bayauw untuk memperkuat lini tengah bersama Adam Alis dan Paulo Sitanggang. Selain itu, Muchlis Hadi dan Abduh Lestaluhu juga kembali menjadi starter menggantikan Antoni Putro dan Andik Rendika.

Sementara julukan Korsel U-23, Macan Putih, masih menggunakan skema yang sama, namun melakukan banyak perombakan skuat. Shin Tae Yong menurunkan sembilan pemain berbeda dari laga sebelumnya. Hanya kapten Yeon Jeimin dan Lee Chandong yang tidak digantikan. 

Paga laga tersebut, Garuda Muda pun harus menerimanya kenyataan takluk 0-4 dari Korsel U-23, dan semua gol lahir di babak kedua. Hasil itu juga membuat Timnas U-23 gagal mendapat tiket lolos ke Piala Asia U-23 2016 yang berlangsung di Qatar. 

Bersambung ke halaman berikutnya>>>

Pressing tinggi Korea Selatan

LabBola
LabBola

Sejak awal laga, Korea Selatan langsung menerapkan pressing tinggi di lini pertahanan Indonesia. Pressing yang dilakukan Korea Selatan ini terorganisir dengan sangat baik, satu unit secara kolektif. Kedua gelandang sayap ikut merapat ke tengah dan memberikan ruang kepada kedua bek sayap untuk naik ke depan.

Seluruh pemain tengah juga ikut naik, termasuk kedua bek tengah yang menerapkan garis pertahanan tinggi guna meminimalisir lubang yang terbentuk. Pressing tinggi ini terlihat dari jumlah tekel yang dilakukan lini tengah dan depan Macan Putih yang melebih lini belakangnya, yakni mencapai 18 kali dari total 28 tekel pada babak pertama.

Meskipun demikian, Indonesia masih berhasil lepas dari pressing yang diberikan oleh Korea Selatan karena memiliki teknik individu yang baik. Lini tengah Indonesia beberapa kali mampu lolos dari hadangan lawan dengan kecepatan dan kemampuan dribbling yang mereka miliki.

Adam Alis bersama Ahmad Nufiandani menjadi pemain terbanyak di laga itu yang berhasil melewati pemain lawan pada babak pertama, yaitu masing-masing sebanyak tiga kali.

Bersambung ke halaman berikutnya>>

Buruknya ritme permainan Indonesia

Ketika berhasil lepas dari pressing Korea Selatan, Indonesia justru terlalu terburu-buru dalam membangun serangan. Garuda Muda sangat buruk dalam mengontrol tempo dan ritme permainan.

Pada babak pertama, hanya sebesar 79% dari seluruh umpan yang dilepaskan Indonesia berhasil tepat sasaran. Selain itu, Garuda Muda juga terlalu sering kehilangan bola yakni sebanyak 26 kali.

Buruknya serangan Indonesia dikarenakan tidak adanya pemain yang menjadi penghubung ke lini depan sebagai agen transisi. Sehingga lini tengah Garuda Muda terpaksa melepaskan umpan-umpan panjang langsung ke sayap, terutama ke Ilham Udin yang berada di sisi kiri. Sedangkan Muchlis Hadi terjebak dalam situasi 2-lawan-1 akibat pengawalan ketat kedua bek tengah Korea Selatan. Muchlis Hadi tercatat kehilangan bola sebanyak empat kali pada babak pertama.

Lebarnya jarak antar lini Indonesia

Indonesia bermain kurang proaktif dengan tidak memberikan pressing ke depan dan menumpuk banyak pemainnya di belakang. Hal ini justru menciptakan jarak antara lini tengah dan lini depan menjadi sangat lebar, akibat Muchlis Hadi yang cenderung menunggu dan tidak ikut turun serta Ilham Udin dan Nufiandani yang statis di sisi lapangan.

Jarak antar lini tersebut memberikan Korea Selatan lebih banyak waktu dan ruang untuk menguasai bola dalam membangun serangan. Korea Selatan melalui double pivot bersama kedua bek sayap dengan leluasa mengalirkan bola dan melepaskan umpan-umpan silang berbahaya ke kotak penalti Indonesia. Keempat pemain tersebut berhasil melepaskan 10 dari 18 umpan silang yang dilakukan Macan Putih sepanjang pertandingan.

[Double pivot Korea Selatan dengan leluasa menguasai bola tanpa pressing dari Indonesia]

Skema inipun membuahkan gol bagi Korea Selatan pada menit ke-52. Berawal dari umpan silang di sisi kiri, Jung Seunghyun berhasil melesakkan bola liar dari buruknya antisipasi M. Natshir dalam memotong bola. 

Bersambung ke halaman berikutnya>>> 

Blunder perubahan taktik Indonesia

Tertinggal satu gol memaksa Aji Santoso mengubah skema permainan Indonesia menjadi lebih proaktif dalam menekan. Antoni Putra masuk menggantikan Muchlis Hadi sebagai penyerang tunggal.

Sedangkan Adam Alis ditarik keluar digantikan Evan Dimas yang bermain sebagai transisi penghubung lini tengah ke depan. Pergantiaan ini mengubah skema formasi Indonesia menjadi 4-2-3-1, dengan Paulo Sitanggang dan Zulfiandi sebagai double pivot yang ikut naik dan menekan hingga ke sepertiga lapangan akhir. 

[Gol kedua Korea Selatan; L Chandong dan L Yeongjae berhasil memanfaatkan lubang di depan barisan pertahanan Indonesia melalui skema umpan satu-dua]

Sayangnya, pressing yang diberikan Garuda Muda tidak berjalan dengan baik, tidak satu unit secara kolektif. Para pemain belakang Indonesia bermain terlalu jauh ke dalam dan tidak ikut menekan ke depan, akibat telah kelelahan dalam menerima gempuran Korea Selatan sebelumnya.

[Gol keempat Korea Selatan; Melalui skema serangan balik, L Changmin dengan bebas mengeksploitasi lubang di depan barisan pertahanan Indonesia untuk melakukan tembakan jarak jauh]

Jarak antar lini yang begitu lebar ini menciptakan lubang besar di depan barisan pertahanan Indonesia. Korea Selatan berhasil memanfaatkan situasi ini dengan mengeksploitasi lubang tersebut untuk menciptakan gol tambahan.

Man of the Match: Lee Changmin

Selain menciptakan gol spektakuler di penghujung laga, Lee Changmin merupakan kunci penting dalam kemenangan telak empat gol tanpa balas Korea Selatan atas tuan rumah Indonesia. Ia merupakan roh permainan dari negeri Gingseng.

Lee Changmin dengan leluasa menguasai bola, mendikte permainan dan membangun serangan dari belakang. Ia melepaskan umpan sebanyak 104 kali, dengan persentase keberhasilan mencapai 83%. Dia tercatat berhasil melesakkan umpan silang sebanyak tujuh kali. Kedua jumlah tersebut merupakan yang tertinggi dari seluruh pemain di laga tersebut.

Selain itu, ia juga sangat disiplin dalam melakukan pressing dan menjadi dinding pertama dari lini pertahanan Korea Selatan. Lee Changmin tercatat sebagai pemain terbanyak yang melakukan percobaan tekel yaitu sebanyak 10 kali.

(Adhitya Warman/Labbola)

Baca juga: 

Benarkah Spanyol Coret Fabregas?

6 Pemain Voli Cantik di Pro Liga 2015

Pedrosa Pertimbangkan Pensiun dari Moto GP

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya