Tidak Bisa Dipecah Belah, Klub ISL Ingat Tragedi 2010

CEO Arema Cronus, Iwan Budianto meyakini 18 klub ISL solid meski dapat tawaran menggoda dari "operator" kompetisi lain.

oleh Zainul Arifin diperbarui 19 Mei 2015, 18:49 WIB
Diterbitkan 19 Mei 2015, 18:49 WIB
Iwan Budianto
Iwan Budianto

Liputan6.com, Malang: Digelarnya turnamen pramusim sebelum kompetisi Indonesia Super League (ISL) 2016 digelar disebut sebagai bentuk kesolidan 18 klub peserta. Kekompakan klub juga belajar dari pengalaman dualisme kompetisi dan federasi yang mulai terjadi 2010 silam.

"Ini sudah menjadi komitmen 18 klub, kami belajar dari tragedi 2010 silam," kata CEO Arema Cronus, Iwan Budianto, Selasa (19/5/2015) di Malang, Jawa Timur.

Menurut dia,  llima tahun breakaway league terjadi karena klub dikloning. Dampaknya, saat itu ada dua kompetisi berbeda yakni Indonesia Super League (ISL) dan Indonesia Premier League (IPL). Perbedaan saat itu juga melahirkan dualisme federasi yakni PSSI dan KPSI.

"Arema merasakan sendiri saat itu bagaimana sulitnya mencari sponsor, karena ditanya apakah kompetisi resmi atau breakaway," tutur Iwan.

Belajar dari pengalaman saat itulah maka 18 klub tidak mau lagi dipecah belah. Serta menyerahkan sepenuhnya ke PT Liga Indonesia selaku operator kompetisi untuk berkomunikasi dengan pihak terkait. Salah satu hasil komunikasi PT Liga itu adalah digelarnya turnamen pra musim.

"Kami menyerahkan sepenuhnya ke PT Liga agar berkomunikasi dengan pihak – pihak yang dianggap perlu agar turnamen pra musim bisa terselenggara,” tandas Iwan.

Baca Juga:

Selebrasi Juara, Pemain Barcelona Ledek Madrid dan Espanyol

"Victor Valdes Pengganti Pas untuk De Gea"

Ini Susunan Pengurus Baru PSSI

6 Resep Sukses Barcelona Menjuarai La Liga Musim 2014-15

Fakta Unik Atletico Madrid dan 17 Mei

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya